Soto Esto Salatiga merupakan salah satu kuliner legendaris yang masuk dalam kategori Culinary Legend (Kuliner Legendaris) yang ditetapkan Pemerintah Kota Salatiga.
Setiap mengunjungi kota atau provinsi di Indonesia, hampir tersedia sajian soto dengan ke khasan nya masing-masing. Karena soto termasuk sajian kuliner Indonesia yang populer dan paling banyak variannya. Termasuk di Kota Salatiga, meskipun tidak pernah disebut-sebut kota yang memiliki sajian soto yang khas tapi salah satu sajian kuliner yang bersejarah di kota ini adalah Soto Esto.
Sejarah Soto Esto Salatiga
Soto Esto memiliki ikatan sendiri dengan masyarakat Salatiga. Memiliki asal usul nama yang unik dan memiliki jejak sejarah yang kuat dan panjang, yang berhubungan dengan sejarah transportasi di Salatiga.
Soto Esto dirintis sejak tahun 1940, oleh sepasang suami-isteri bernama Martosetiko dan Sudarmi. Pada awalnya mereka menjajakan soto dengan berkeliling dan saat sore hari mereka berhenti di depan garasi Bus Esto. Karena kelezatannya itu, sotonya menjadi langganan para kru Bus Esto.
Seiring berjalannya waktu, tidak hanya menjadi langganan para kru Bus Esto tapi juga mulai terkenal kelezatannya lewat mulut ke mulut hingga menjadi langganan masyarakat sekitar. Karena mulai ramai, pada tahun 1953 pemilik Bus Esto bersimpati dan memberikan tempat berjualan di depan garasi PO Bus Esto tersebut. Sejak saat itulah Martosetiko dan istrinya tidak lagi berjualan keliling, dan mangkal di depan garasi PO Bus Esto.
Esto sendiri merupakan Perusahaan Otobus (PO) di Salatiga yang tercatat berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Cikal bakal Esto adalah perusahaan transportasi pertama Kota Salatiga yang didirikan pada 1921 oleh Kwang Tjwan Ing, berdasarkan artikel “Esto, Bus Legendaris Salatiga.” (Kompasiana, 2/2/2015) oleh Purwanti Asih Anna.
Esto adalah singkatan dari Eerste Slatigasche Transport Onderneming (Perusahaan Transportasi Pertama Slatiga) yang diberikan pada tahun 1923. Saat Martosetiko mangkal tahun 1950-an di depan garasi, Bus Esto masih eksis meski menurut catatan sejarah transportasi Salatiga, PO Bus Esto pernah mengalami krisis pada dekade 1930-an dan 1940-an. Namun pada rentang 1980-1990 dalam catatan sejarah juga menunjukkan generasi penerus Bus Esto mampu mengembalikan kejayaan Bus Esto. Salatiga – Tuntang – Bawen – Ambarawa menjadi salah satu trayek andalan Bus Esto.
Dari sejarah itulah nama Esto berasal. Sejak mangkal di depan garasi Bus Esto, para pelanggan memberi nama soto langganan mereka sebagai Soto Esto untuk mempermudah penyebutan karena saat itu belum memiliki nama. Alamat Soto Esto Salatiga telah berpindah tempat sejak tahun 2009, yakni di Jalan Langensuko No. 4 Salatiga (belakang Hotel Grand Wahid).
Keunikan dan Cita Rasa Soto Esto Salatiga
Selain memiliki nama dan sejarah yang unik, sajian Soto Esto juga unik. Sotonya disajikan dalam mangkuk dengan kuah santan kekuningan yang tidak terlalu gurih namun tetap meninggalkan rasa yang berbeda. Inilah yang menjadikan Soto Esto panjang umur hingga kini karena tetap mempertahankan rasa dan kualitas yang sama sejak dulu.
Satu porsi berisi nasi dengan kuah dipadukan dengan suwiran ayam, tauge, kemudian diberi taburan daun seledri dan remukan kerupuk karak yang juga menjadi ciri khas tersendiri. Di meja juga banyak disediakan makanan pendamping seperti gorengan yang khas Jawa Tengah seperti bakwan jagung, lentho, tahu bakso, juga sate ayam, sate usus, sate telur puyuh, dan sate kerang yang juga menjadi khasnya.
Satu porsi soto cukup merogoh kocek Rp 11.000 tanpa kerupuk karak. Sebelum memesan ada baiknya bertanya menu dan harga yang disediakan, karena tidak disediakan daftar menu. Soto Esto buka setiap hari pada pukul 06.00 – 12.00 WIB, tapi disarankan untuk datang pagi hari karena akan cepat habis dan karena gerainya tidak cukup luas sedangkan pengunjung ramai.
Saat ini Soto Esto dikelola oleh generasi kedua, yang diwariskan pada tahun 1991 kepada Sulasmi hingga sekarang. Sejarah yang panjang dan unik serta cita rasa yang masih bertahan hingga kini, menjadikan Soto Esto ditetapkan sebagai salah satu kuliner bersejarah Salatiga (Salatiga Culinary Heritage) pada tahun 2021.