Jowonews

Warga Jalawastu Brebes Gelar Ritual Ngasa Untuk Melestarikan Adat Sunda Wiwitan

Jalawastu

BREBES – Kampung Jalawastu, Desa Ciseureuh, Kecamatan Untung, Kabupaten Brebes memiliki tradisi unik yang masih dilestarikan hingga saat ini. Meski terletak di Jawa Tengah, desa ini memiliki adat budaya Sunda Wiwitan. Untuk menjaga kelestarian adat ini, masyarakat setempat tetap menjaga tradisi Ngasa. Ritual ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka, penganut Sunda Wiwitan. Prosesi ngasa ini berlangsung setiap hari Selasa Kliwon pada mangsa kesanga dalam bahasa jawa dan dilaksanakan setahun sekali. Ritual adat juga dipusatkan di hutan adat yang dikeramatkan, yakni Gedong Pesarean. Gedong Pesarean terletak di kawasan tanah putih (tanah suci) di atas kampung adat Jalawastu, kampung Ciseureuh, kecamatan Keuntungan. Ngasa tahun ini jatuh pada 28 Februari 2023. Prosesi dimulai pagi-pagi sekali. Masyarakat adat Jalawastu di dataran tinggi Gunung Sagara tampak sibuk mempersiapkan hari suci. Sebagai wilayah adat yang mayoritas penduduknya bergantung pada hasil alam, masyarakat membawa dan mengarak hasil tersebut. Berbagai hasil pertanian mulai dari beras, jagung, kelapa hingga sayur mayur disajikan di Ngasa ini. “Ritual Ngasa ini kami adakan setiap tahun dengan tujuan untuk melestarikan tradisi nenek moyang kami. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur warga Jalawastu asli atas hasil panennya,” kata Lurah Cisereuh, Darsono, disela-sela. oleh ritual Ngasa, Selasa (28/2/2023) dikutip dari Detik Jateng. Dalam ritual Ngasa, seorang tetua adat yang dikenal sebagai kakolot membacakan mantra Sunda ke Gedong Pesarean. Selanjutnya dilakukan pemanjatan doan sebagai wujud syukur atas hasil panen yang telah mereka terima. Usai berdoa, upacara diakhiri dengan makan bersama-sama dengan menu nasi, jagung, dan sayur mayur. Ritual Ngasa ini merupakan tradisi Jalawastu kuno untuk mempertahankan tradisi Sunda Wiwitan. Meski mayoritas masyarakat beragama Islam, namun tradisi leluhur mereka yang mengikuti Sunda Wiwitan masih dipertahankan. Sejarawan Pantura Wijanarto menjelaskan, pengaruh Sunda Wiwitan yang masih tersisa adalah penggunaan bahasa Sunda di desa ini. Masyarakat setempat masih bergantung pada alam dan mereka sangat peduli terhadap alam sebagai sumber penghidupan. Selain itu pantangan adat Sunda Wiwitan tetap ada dan tidak dilanggar. “Secara historis Sunda Wiwitan berasal dari Jalawastu. Setelah kedatangan Islam, warga yang menolak memilih bermukim di berbagai daerah, termasuk ke Baduy. Pengaruh Sunda Wiwitan terlihat dari penggunaan bahasa Sunda, ketaatan tentang menjaga alam dan tidak berani melanggar pantangan,” kata Wijanarto. Beberapa pantangan dipertahankan seperti tidak beternak kambing, domba, kerbau, tidak menanam bawang merah dan kacang-kacangan, serta tidak menggunakan semen atau batu di rumah-rumah penduduk. Mereka percaya, jika dilanggar akan membawa malapetaka. Julianus Limbeng yang hadir dalam upacara Ngasa Jalawastu mengatakan, pihaknya membantu penguatan lembaga adat dan upacara adat Ngasa Jalawastu. “Kami juga mendorong mereka untuk memiliki hak mengelola hutan yang kami sebut hutan rakyat dengan luas 64,9 hektare,” kata Julianus.  Foto dok. Detik Jateng

Tahu Kupat Rempoah Banyumas, Tahunya Garing Diluar dan Lembut Di Dalam

Tahu Kupat Rempoah

JIka Anda berkesempatan berkunjung ke Baturaden, jangan lupa untuk mencoba Tahu Kupat Rempoah. Rasanya terasa begitu lezat dengan potongan tahu putih yang digoreng dadakan, potongan ketupat, dan rajangan kubis yang ditaburi bawang goreng. Selanjutnya diguyur dengan bumbu kacang yang dicampur dengan kuah asam jawa semakin menambah cita rasa kuliner tradisional ini. Tampilannya sederhana namun berkesan setelah memakannya. Tahu kupat atau sebagian orang mengenalnya karena tahu masak ini memang sangat populer. Namun Tahu Kupat Rempoah ini memiliki cita rasa yang berbeda. Kuncinya terletak pada kuah atau bumbu kacang terlihat lebih buthek atau lebih kental dari pada bumbu kacang pada umumnya. Selain itu, tahu yang digunakan juga tahu putih, jika digoreng, garing di luar namun saat digigit lembut di bagian dalam. Kupat Rempoah Tahu terletak di sebelah Indomaret atau sekitar 8 km dari pusat kota Purwokerto. Kalau dari kantor kecamatan Baturraden hanya sekitar 100 meter saja. Tidak hanya menjual tahu kupat, warung ini juga memiliki menu lain seperti Soto Semarangan dan aneka minuman. “Kalau ke sini, masakan yang paling dikenal adalah Kupat Tahu karena bumbunya sangat enak. Murah, dan ketika dibungkus untuk dimakan di rumah, rasanya tetap sama. Namun, serunya kalau makan di tempat, dapat mengambil kerupuk sepuasnya,” kata konsumen Agil Putra dikutip dari Tribunbanyumas.com, Selasa (28/2/2023). Harga sepotong tahu kupat hanya Rp 10.000 dengan jaminan perut Anda akan terasa kenyang.  Foto dok. Tribun Jateng

Situs Timboa di Lereng Gunung Merbabu Dieskavasi Disdikbud Boyolali

Situs Timboa Merbabu

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali terus menyelidiki dugaan situs cagar budaya. Setelah kompleks candi Watu Genuk, prasasti Sarongga dan sekarang penggalian di situs Timboa Taman Nasional Gunung Merbabu. Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto, mengaku saat ini pihaknya sedang melakukan penelitian di wilayah Timboa yang terletak di Kecamatan Gladagsari, Boyolal. Untuk kegiatan tersebut, pihaknya berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) dan Balai Pelestarian Budaya (BPK) X Wilayah Jateng-DIY. “Ya, kami sudah menyurati BPCB (BPK) untuk eskavasi. Dengan BTNGMb sudah (koordinasi). Kami sudah sosialisasi bersama-sama di Desa Ngadirojo (Gladagsari), salah satu pembicaranya dari BTNGMb,” kata Darmanto, Selasa (28/2/2023). Ia menjelaskan, situs Timboa diduga sebagai cagar budaya. Situs ini juga termasuk dalam inventarisasi. “Nanti setelah dikaji, ternyata unsur-unsur cagar budaya masuk, lha itu kita masukkan,” kata Darmanto, dikutip dari Detik Jateng. Pihak ketiga kini mulai melakukan kegiatan pengkajian di situs Timboa dengan dukungan BPK-Wilayah X Jateng-DIY. Ekskavasi yang dilakukan Disdikbudi Boyolali ini juga bekerjasama dengan BTNGMb karena lokasi situs tersebut berada di dalam cagar alam. Sementara itu, Pengendali Ekosistem Ahli Madya BTNGMb, Kristina Dewi membenarkan bahwa situs Timboa berada di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Kurang lebih 2700 mdpl dan secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali. Ia menjelaskan, sebelumnya memang pernah ada penelitian terkait situs yang diduga sebagai cagar budaya tersebut. Tahun 2020, BTNGMb bersama peneliti UNS juga melakukan pemetaan situs tersebut dan memang benar ada peninggalan yang diduga sebagai cagar budaya. “Kemudian Disdikbud Boyolali menindaklanjuti hasil tersebut. Hasilnya juga diteruskan ke kami (BTNGMb). Jadi meskipun dilakukan oleh Disdikbud, pelaksanaannya tetap di taman nasional dan memastikan langkah yang diambil sesuai dengan aturan yang berlaku di kawasan lindung,” ujar Kristina Dewi. Jadi akan selalu ada Petuhas dari BTNGMb yang mendampingi. Dewi menjelaskan, situs Timboa berada sekitar 2.700 meter di atas permukaan laut. Tepat berada di lereng atau perbukitan dan tidak ada vegetasi atau pohon besar. Hanya semak atau rerumputan.  

KPU Cilacap Diskusikan Sharing Anggaran Pemilu 2024

KPU Cilacap

CILACAP – KPU Kabupaten Cilacap mengemukakan ‘uneg-uneg’ terkait dinamika dan kendala persiapan penyelenggaraan Pemilu serentak 2024. Paparan itu disampaikan saat Komisi A DPRD Provinsi Jateng menyambangi KPU Kabupaten Cilacap dalam rangka monitoring persiapan penyelenggaraan Pemilu 2024 di Kantor KPU, Senin (27/2/2023). Handi Tri Ujiono selaku Ketua KPU Cilacap yang menerima kunjungan mempersoalkan anggaran dalam tahapan penyelenggaraan semisal dalam penganggaran pengadaan ‘uba rampe’ pemilu tidak disertakan sekaligus distribusinya. Sehingga, pihaknya harus melakukan sejumlah penyesuaian agar perlengkapan pemilu itu tetap didistribusikan sesuai jadwal dalam tahapan pemilu. “Meski tak berdampak menambah anggaran secara langsung, namun kami harus menghitung ulang terkait bagaimana mendistribusikan alat perlengkapan pemilu yang dianggarkan tanpa biaya distribusinya. Apalagi, wilayah kami sangat luas, jadi kita seolah-olah mensubsidi provinsi soal ini,” keluh Handi. Terkait pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih, ada sejumlah kendala dan fakta lapangan yang ditemui. Diantaranya, saat Pemilu 2019, Kabupaten Cilacap ditemukan kejanggalan dalam jumlah pemilih. Kemudian setelah diteliti, keberadaan tenaga kerja asing dan banyaknya Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) menjadi potensi penyebab ketidakcocokan data. Menanggapi hal itu, Soenarno selaku Anggota Komisi A berpesan agar melakukan pembahasan lebih lanjut dan komprehensif serta memperkuat koordinasi para penyelenggara pemilu. Terlebih, terhadap isu-isu tenaga asing yang membanjiri wilayah Jateng. Mengenai anggaran, dalam pembahasan di provinsi disepakati untuk TPS dan PPK penganggarannya ditanggung provinsi. “Untuk anggaran memang harus ada pembahasan yang lebih detil sehingga sharing antara kabupaten dan provinsi akan tercapai proporsi yang adil,” kata Politikus Partai Golkar itu. Selanjutnya, Anggota Komisi lainnya yakni Sururul Fuad menambahkan hingga saat ini penyelenggara pemilu masih punya Pekerjaan Rumah (PR) mengenai bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu. Ia juga menyoroti masih ditemukan data orang meninggal muncul sebagai pemilih hingga saat ini. Usulnya, saat bersangkutan sudah meninggal, sebaiknya langsung ditandai atau dieksekusi datanya tanpa menunggu surat keterangan kematian. “Saya masih melihat dengan data yang ada masih memunculkan data orang meninggal. Bisakah pantarlih pada saat melakukan pencatatan langsung saja mencoret nama itu,” sarannya.

Kebun Benih Masaran Karanganyar Berupaya Kejar Target PAD

Kebun Benih Masaran

KARANGANYAR – Dalam hal monitoring kinerja pendapatan, Komisi C DPRD Provinsi Jateng tidak hanya menyambangi BUMD bidang keuangan/ perbankan tapi juga organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya seperti Dinas Pertanian & Perkebunan (Distanbun) yang memiliki banyak kebun benih. Pada Senin (27/2/2023), Komisi C menyasar Kebun Benih Tanaman Pangan & Hortikultura (TPH) Masaran Kabupaten Karanganyar. Saat bertemu dan berdiskusi dengan pihak pengelolanya, Kepala Balai Benih Tanaman Pangan & Hortikuktura Wilayah Surakarta Suryono Budi Santosa memaparkan pada 2021 lalu dari target pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 50 juta terealisasi Rp 96.81 juta dengan anggaran operasional Rp 113,73 juta. Pada 2022, dari target Rp 40 juta terealisasi Rp 22.43 juta dengan anggaran operasional Rp 33,54 juta. Hingga 27 Februari 2023, dari target Rp 60 juta baru terealisasi Rp 25,55 juta dengan anggaran Rp 36,90 juta. “Kami sebagai pengelola kebun benih meyakini, dengan anggaran Rp 36,90 juta, tidak mampu mencapai target PAD Rp 60 juta. Dana dari mana kita mendapatkannya, padahal permintaan banyak tapi tidak ada yang mensupport/ mendorong kebun benih TPH itu,” ungkapnya. Selama ini, pihaknya telah mampu melaksanakan fungsi sosial kepada masyarakat sekitar. Dikatakan Suryono, luas kebun eksisting 17.224 hektar dengan tinggi tempat 377 Mdpl, jenis tanah latosol. “Ciri-ciri buah durian yang unggul/ bagus bisa dicium dari aromanya, durinya besar-besar, dan bentuknya elips. Kebun benih banyak menghasilkan buah durian. Pertumbuhan durian sendiri berpengaruh dari  cuaca/ iklim dan jenis tanahnya. Kalau musim hujan seperti ini, durian kebanyakan busuk/ gagal panen,” jelasnya. Ragam durian yang ada di TPH Masaran diantaranya Durian Montong, Durian Bawor, Durian Musnagkir, dan Durian Keni. Sebagian besar pendapatan untuk fungsi sosial seperti adanya bagi hasil untuk masyarakat terutama penjualan durian tapi Durian Montong sekarang sudah tidak bertumbuh lagi dan kini yang lagi lebat berbuah adalah Durian Bawor. Selain itu, TPH Masaran juga memproduksi pupuk organik. Hanya saja, kendalanya di cuaca ekstrim yang terus menerus, banyak durian yang gagal panen. “Pada 2022 lalu, anggaran dari APBD, target sebanyak 1.000 benih durian. Pada 2023 ini, permintaan penanaman durian banyak tapi tidak ada anggarannya,” ungkapnya lagi. Mendengarnya, Wakil Ketua Anggota Komisi C DPRD Provinsi Jateng Sriyanto Saputro mengatakan persoalan kurangnya pendapatan anggaran itu akan dibahas agar Kebun Benih Tanaman Pangan & Hortikultura (TPH) Masaran Kabupaten Karanganyar tetap eksis untuk masyarakat. Selain itu, fasilitas juga perlu dibenahi, mengingat kebun benih melaksanakan fungsi sosial. Anggota Komisi C lainnya, Siti Rosidah, juga mengakui hampir setiap kebun benih memiliki kendala sarana dan prasarana. Sementara, Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Jateng Henry Wicaksono mengaku sangat apresiatif dengan kinerja Kebun Benih Tanaman Pangan & Hortikultura (TPH) Masaran Kabupaten Karanganyar. “Karena, di tengah keterbatasan anggaran, kebun benih masih bisa berdiri,” kata Henry.

Jajanan Khas Pekalongan Legendaris Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Jajanan Khas Pekalongan Legendaris Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Jajanan khas Pekalongan ini menjadi salah satu menu kuliner wajib yang perlu Anda coba saat mengunjungi Kota Batik. Pekalongan dikenal sebagai salah satu sentra batik di Jawa Tengah. Bahkan, kain batik ini menjadi salah satu oleh-oleh orang yang bepergian ke Pekalongan atau orang yang melintasi Jalur Pantura. Selain kain batik, Pekalongan juga dikenal dengan banyak tempat wisata alam yang menarik. Tak hanya itu, di Pekalongan ternyata banyak sekali jajanan tradisional yang melegenda. Nah, saat melintas atau singgah di Pekalongan, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi sajian legendaris ini. Selain enak, jajanan ini juga murah. Berikut beberapa daftar jajanan khas Pekalongan yang masih ada hingga saat ini. Kue Lumpang Kue Lumpang merupakan salah satu kue basah yang digandrungi wisatawan. Biasanya jajanan khas Pekalongan ini cocok sebagai hidangan pembuka. Disebut kue lumpang karena bentuknya dan warnanya yang coklat. Ciri khas dari jajanan khas Pekalongan ini adalah kuenya diguyur taburan aren atau santan dimasak hingga mengental dan dicampur dengan daun bawang. Alhasil, aroma dan rasa yang dihasilkan menjadi harum dan nikmat. Harga kue basah ini relatif murah, hanya Rp5.000. Apem Kesesi Makanan khas Pekalongan ini memiliki ciri khas berbentuk bulat pipih dan juga berwarna coklat. Disebut Apem Kesesi karena jajanan ini berasal dari daerah Kesesi, Pekalongan. Bahan dasarnya adalah campuran tepung beras dan gula merah. Biasanya apem dilapisi dengan daun pisang di bawahnya. Saat pertama kali menggigit apem ini, akan ada rasa legit yang berasal dari gula aren. Apem ini dinamakan Apem Comal karena Kesesi biasanya menjual Apemnya di daerah Comal yang dekat dengan Kesesi. Ongol-Ongol Jajanan jadul ini rasanya gurih, manis, dan mengenyangkan. Kuliner ini sangat cocok sebagai pengganjal perut saat lapar. Bahan dasar pembuatannya adalah campuran tepung sagu atau pati dengan gula jawa. Sehingga warna yang didapat lebih mirip dengan warna jenang atau wajik, yakni lebih coklat. Rasanya tidak jauh berbeda dengan jajanan tradisional lainnya, cenderung manis karena gula jawa dan rasa asin dari isian parutan kelapa. Perbedaannya terletak pada teksturnya yang kenyal dan halus dibandingkan dengan jajanan tradisional. Srinthil Hampir identik dengan onol-ongol, namun srinthil tampilannya lebih kasar. Tampilan srinthil memang sengaja didesain agar terlihat seperti bintik-bintik. Pasalnya, pengolahannya menggunakan bubuk khusus bernama tepung srintil untuk menciptakan tekstur kasar dengan partikel berwarna putih. Dari segi tekstur, Srinthil memiliki tekstur yang kenyal dan lengket karena gula merah, rasa pandan dan rasa gurih dari parutan kelapa yang dicampur dengan garam. Capret Jika beberapa jajanan tradisional terkenal dengan rasanya yang manis, kali ini terdaat kuliner tradisional yang disebut dengan Capret. Jajanan tradisional khas Pekalongan ini memiliki bentuk dan tekstur seperti kerupuk. Rasanya juga akan sesuai dengan selera semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Camilan renyah ini terbuat dari tepung kanji dengan bumbu khusus. Capret kemudian dibentuk menjadi bulat pipih lalu digoreng. Jajanan ini setelah digoreng akan memiliki rasa asin, gurih dan renyah. Oleh karena itu, jajanan tradisional ini sangat cocok sebagai cemilan untuk menemani waktu luang Anda.  

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang, Rasanya Manis Dan Bikin Badan Hangat

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang, Rasanya Manis Dan Bikin Badan Hangat

Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang merupakan salah satu minuman yang cukup populer di Semarang dari masa ke masa. Di Kota Semarang, minuman penghangat badan ini masih cukup mudah ditemui di banyak tempat. Biasanya minuman tradisional ini dijajakan dengan gerobak atau tenda yang buka pada sore hari. Wedang legendaris ini bisa ditemukan di Jalan Ki Mangunsarkoro, Semarang Tengah. Sriyati, seorang pedagang kaki lima, menawarkan menu wedang kacang ini bersama beberapa menu wedang populer lainnya, yaitu wedang kacang ijo dan wedang durian. Buka dari sore hari, warung tenda selalu ramai dikunjungi pelanggan. Untuk mencicipi minuman tradisional ini, para pembeli bahkan rela antre. “Alhamdulillah selalu ramai,” kata Sri, Sabtu sore (25/2/2023), dikutip dari Tribun Jateng. Sri mengatakan toko tendanya buka mulai pukul 14.30 hingga 22.00 WIB. Sejak Tahun 1975 Menu Wedang Kacang Tanah Kapuran Semarang ini sudah disajikan kedainya sejak tahun 1975. Sri merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha kakek dan ayahnya. “Saya hanya meneruskan usaha ayah saya, tapi ini sudah generasi ketiga,” ujarnya. Menurut Sri, daya tarik utama pembeli yang terus datang ke warungnya adalah wedang kacang tanah, disusul wedang kacang ijo dan wedang durian. Harga menunya Rp 9.000 per porsi. Selain bisa menikmati menu panas, masyarakat juga bisa memilih menu dalam bentuk es, baik es kacang tanah, es kacang hijau atau es durian. Menariknya lagi, warung ini menawarkan berbagai makanan berat dan jajanan mulai dari arem-arem, bakmi, bihun, lumpia, kroket, nasi risol, tahu, tempe dan bacem, kue pangsit, pangsit basah dan lain-lain. Adapun aneka jajanan tradisional itu dibanderol bervariasi dengan rata-rata harga Rp 4.000. “Pembeli paling suka wedang, apalagi ada makanannya juga orang-orang bisa sekalian makan,” imbuhnya. Di antara pembeli, Agustin mengatakan, ia merupakan pelanggan tetap di warung tersebut. Ia seringkali mengajak rombongan karyawan untuk untuk menyantap kuliner di sana. Menurutnya, yang membuatnya rela berdesakan mengantre di warung itu utamanya adalah menu wedang kacang tanah. Dikatakan Agustin, wedang kacang tanah itu memiliki rasa manis yang manis pas di lidah. “Tekstur kacangnya empuk, rasanya mantap. Wedang durian juga suka, kalau makan di sini Rp 20 ribu sudah kenyang,” tambahnya.

FOCUS GROUP DISCUSSION : Manajemen BUMDES Perlu Diperbaiki

FGD Optimalisasi Bumdes

UNGARAN – Kiprah Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES sebagai lembaga pengungkit perekonomian desa melalui peningkatan layanan umum dan mengoptimalkan aset desa patut terus didorong. Dengan demikian perekonomian di desa bisa berputar sehingga bisa menjadi salah satu pilar penyokong perekonomian daerah. Pun pada pemanfaatan hasil usaha BUMDES bisa untuk mewujudkan kemandirian desa dan meningkatkan kesejahteraan warganya. Penegasan tersebut disampaikan anggota DPRD Kabupaten Semarang Hadi Wuryanto saat menjadi pembicara dalam acara Focus Group Discussion (FGD) DPRD Jateng : Optimalisasi BUMDES terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengan, di Aula Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Kamis (23/2/2022). Dijelaskannya, sekarang ini banyak badan usaha desa telah berhasil mengelola kegiatan usahanya melalui kegiatan ekonomi produktif desa. “BUMDES yang ada harus didorong terus, beri pendampingan termasuk mencarikan pasar. Dengan bisa mengelola badan usaha tersebut, saya yakin tidak ada lagi warga miskin atau desa tertinggal,” ucapnya.   Ia pun lantas menguraikan, BUMDES harus punya strategi dalam memecahkan permasalahan sosial di desa. Pemerintah desa harus berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, serta pada potensi pemberdayaan mengonsolidasi produk lokal yang ada di desa. Dari hasil pemantauannya selama ini, selama ini masih ada kekurangan pengembangan BUMDES. Beberapa permasalahan yang kerap dialami BUMDES yaitu terkait manajemen, adanya akses internet (e-commerce), dan kurangnya inovasi untuk pengembangan usaha. Bahkan ada pula beberapa badan usaha kesulitan pembangunan organisasi yang valid dan berkualitas, sehingga BUMDES belum mampu berkontribusi besar terhadap pendapatan desa. “Maka perlu membangun BUMDES yang kredibel dan mandiri agar dapat berkontribusi besar bagi pendapatan desa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,”ucapnya.