Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan kuliner yang bentuknya bulat, terbuat dari daging olahan yang dicincang yang biasa disebut bakso. Pencipta bakso pertama kali konon adalah orang bernama Meng Bo, yang hidup di Kota Fuzhou, Cina pada wal abad ke 17 atau pada akhir masa dinasti Ming. Istilah bakso sendiri berasal dari kata “Bak-So” yang secara harfiah dalam bahasa Hokkien artinya daging giling. Di Indonesia belum dapat dipastikan penemu bakso, tapi diyakini bakso adalah salah satu makanan yang diakulturasi dari budaya Cina yang sudah menetap di Indonesia ratusan tahun lalu. Salah satunya adalah Bakso Titoti Wonogiri.
Sejarah Bakso Titoti Wonogiri
Hampir di setiap wilayah di Indonesia memiliki bakso anadalannya masing-masing. Namun, Wonogiri dikenal luas oleh masyarakat kerena bakso dan mie ayamnya. Kedai Bakso Wonogiri sudah ada hampir di seluruh pelosok negeri yang dibawa oleh orang Wonogiri yang merantau. Titoti adalah kedai bakso yang sudah lama melegenda.
Slamet Triyanto asli Wonogiri adalah pemilik sekaligus pendiri Bakso Titoti. Beliau sudah berjualan bakso sejak 1971 di daerah Kota Bambu. Awalnya, Pak Slamet merantau ikut orang yang sudah berjualan bakso lebih dulu di Jakarta. Dengan pikulan Pak Slamet menjajakan baksonya. Saat itu harga bakso masih sangat murah, Rp 75 sudah mendapatkan semangkuk bakso. Setelah sekian lama menjajakan bakso dengan pikulan, Pak Slamet mengganti dengan gerobak dorong. Dengan modal nekat dan yakin, Pak Slamet tidak ikut orang lagi dan memilih berjualn sendiri. Setelah mendapatkan gerobak dorong, Pak Slamet memilih menjajakan baksonya dengan cara berdiam, tidak berkeliling lagi. Sempat mengalami penggusuran dan berpindah-pindah tempat jualan. Pada akhirnya di tahun 1987 membuka kedai Bakso di daerah Kota Bambu Jakarta Barat.
Nama Titoti ternyata diambil dari nama ketiga anaknya pada saat itu. Ti diambil dari nama anak pertama, Nuryanti. To diambil dari nama anak kedua, Hartanto. Dan Ti diambil dari nama anak ketiga, Susanti.
Menjaga Kulitas dan Rasa Asli
Karena memiliki rasa yang berkualitas dan tidak berubah, Bakso Titoti masih terus berkembang hingga saat ini. Pak Slamet menjelaskan bedanya Bakso Titoti dengan bakso pada umumnya. Jika Bakso Titoti haruslah dibuat menggunakan daging sapi sepenuhnya, hanya ditambah putihan telur agar bisa dibentuk dan merekat. Bakso pada umumnya dibuat dengan banyak campuran tepung tapioka. Bakso Titoti juga dibuat dengan daging segar dan menggunakan daging bagian paha belakang sapi yang disebut daging panasar dan daging penutup yang lembut dan kenyal. Selain dari bakso, istimewanya Bakso Titoti berasal dari kuah bakso yang dibuat dari rebusan tulang sum-sum.
Hingga saat ini Bakso Titoti terus mempertahankan kualitas dan rasa asli dari sejak awal berdiri. Dengan menjaga keaslian rasa dan kualitas tanpa ada modifikasi, hingga kini Bakso Titoti sudah memiliki 18 cabang dengan omset ratusan juta per-hari.
Beragam Variasi Bakso
Saat ini sudah terdapat berbagai variasi bakso seperti bakso urat, bakso polos, bakso halus dan bakso telur. Tidak hanya menu bakso juga terdapat mie ayam, siomay, ayam goreng dan sop sapi.
Pengunjung dapat memesan beragam menu bakso seperti bakso kuah, bakso mie, dan bakso spesial yang menjadi andalan. Satu porsi bakso spesial berisikan mie putih, mie kuning, urat halus kecil, urat kecil, satu tahu bakso, satu bakso urat besar, dan satu bakso isi telur. Kemudian disiram dengan kuah, diberi taburan bawang goreng dan daun seledri dan ditambah toping kikil sapi. Satu porsi bakso spesial dibandrol dengan harga Rp 30.000. Namun untuk varian menu yang lain cukup terjangkau, yang dapat dinikmati mulai dari kalangan mahasiswa hingga pejabat.
Jika melihat dari berbagai aspek, tidak heran jika warung bakso ini sangat melegenda dan tak pernah sepi pengunjung. Kamu belum coba? harus coba sekarang juga 🙂