Jowonews

Mitos Jalur Krumput Banyumas, Pengendara Lempar Uang Agar Tidak Celaka

BANYUMAS, Jowonews.com – Jalur Krumput Banyumas merupakan jalan yang menghubungkan Purwokerto dan Jogja. Kedua sisi jalan adalah deretan karet yang menjulang tinggi.

Jalur Krumput terletak di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Jalan utama menuju Purwokerto dari Jogja atau sebaliknya memiliki nuansa yang berbeda.

Hal ini dikarenakan tidak adanya pemukiman penduduk di sepanjang jalan sepanjang 2 km ini. Bahkan ada pohon beringin besar yang menambah kesan angker di area tersebut.

Jalur tersebut salah satu daerah rawan kecelakaan. Kontur tanah yang berkelok serta naik turun membuat pengendara terkadang terbatas jarak pandang.

Meskipun tidak ada pemukiman, banyak penduduk setempat yang duduk di pinggir jalan. Mereka sepertinya menunggu uang dari pengendara yang lewat.



Ternyata ada mitos di balik lemparan uang pengendara itu. Ada yang menyebut uang yang dilemparkan merupakan tolak bala untuk keselamatan.

Ini adalah orang-orang yang tinggal tidak jauh dari hutan karet. Setiap hari, ada orang yang menunggu lemparan uang dari pengendara sepeda motor. Kegiatan ini sudah berlangsung puluhan tahun. Namun, tidak jelas kapan tepatnya pengendara mulai membuang-buang uang saat melintas.

Banyak warga yang hidup dari kegiatan ini. Salah seorang warga yang menunggu lemparan uang, Sariyah (53 tahun) mengatakan, pekerjaan ini ia lakukan sejak tahun 2006.

Selama ini, ia sering mengalami kecelakaan lalu lintas. Salah satu kecelakaan lalu lintas paling serius yang pernah dia temui sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, konvoi bus Karya Sari terjun ke jurang dan menewaskan 15 orang.

“Seingat saya, nama busnya Sari-Sari. Kalau tidak salah pas hari raya Idul Fitri. Banyak yang meninggal dunia, termasuk warga di sini yang sedang istirahat dan dua orang meninggal dunia,” ujarnya dalam rapat, Minggu (23/7/2023).

BACA JUGA  Mahasiswa Universitas Telkom Purwokerto Borong Penghargaan di Krenova Banyumas 2024

Kecelakaan serius jarang terjadi akhir-akhir ini. Menurutnya, paling banyak hanya kecelakaan sepeda motor yang hilang kendali akibat tumpahan oli.

“Paling kalau ada oli atau apa. Semingguan lalu. Yang sering motor. Kadang-kadang mengendarai sambil HP-an atau apa. Tapi sekarang sudah jarang kecelakaan. Dahulu waktu jalannya bergelombang sering,” terangnya, dikutip dari Detik Jateng.

Tentang mitos melempar uang melawan bala, saya pernah mendengar seseorang yang memegang kepercayaan itu. Awalnya jalanan sepi dan gelap.

“Kata warga banyak warga yang duduk di perbatasan. Lalu ada sopir yang membuang uang. Selang beberapa waktu, banyak warga yang duduk di sini dan menyebar,” jelasnya.

Saat ini ada setidaknya ada sekitar 150 warga yang melakukan kegiatan seperti itu. Untuk perbatasan selatan adalah warga Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen. Sedangkan wilayah utara didiami oleh Desa Karangrau, Kabupaten Banyumas.

“Jumlahnya sekitar 150 orang. Soalnya ada yang pernah antar sembako, bawa 100 paket tapi tidak cukup. Jadi mungkin jumlahnya kurang lebih segitu,” ujarnya.

Sehari-harinya uang yang didapat dari hasil lemparan para pengendara tidak tentu. Namun pada saat akhir minggu atau hari libur jumlahnya akan lebih banyak.



“Sehari bisa dapat minimal Rp 10.000. Tapi belum tentu. Kadang ada yang buang uang Rp 50.000 atau Rp 100.000, tapi itu jarang. Kalau hari libur biasanya jalanan ramai. Orang yang buang uang juga lumayan. Rata-rata koin yang dilempar,” ujarnya.

Hasil tersebut didapat selama kurang lebih 4 jam ia duduk di tepian jalan setempat.

“Saya tadi berangkat jam 12 lebih sampai jam 5 sore biasanya. Daripada cuma duduk di rumah mending ke sini cari uang. Soalnya saya kakinya sudah sakit, asam urat jadi sudah tidak bisa bekerja. Dahulu pernah kerja selama 15 tahun jadi karyawan,” katanya.

BACA JUGA  Ribuan Masyarakat Berdesak-desakan Saksikan Festival Kenthongan HUT Banyumas ke-452

Dalam kurun waktu 17 tahun tersebut, ia pernah mengalami kejadian unik. Pernah ada satu kesempatan, pengendara yang kasih uang berhenti dan meminta doa langsung dari dirinya.

“Terkadang orang memberi uang tetapi berhenti berdoa untuk kedamaian dan kesuksesan. Ada juga yang meminta doa agar perceraian mereka lancar. Karena prosesnya panjang tapi tidak bisa dipisahkan. Saya berdoa sebanyak-banyaknya,” tutupnya.

(Detik/JN)

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait