Acara tradisi tahunan Perang Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, selalu menarik perhatian ribuan penonton. Lebih dari 15 ribu orang hadir untuk menyaksikan pertunjukan budaya yang spektakuler ini.
Perang obor dimulai setelah waktu Isya. Sebanyak 40 pemain, yang dipimpin oleh tiga orang berpakaian tradisional Jawa, membawa kemenyan dan oncor. Selanjutnya, sesaji diarak dari rumah Petinggi Tegalsambi hingga perempatan setempat. Rute tersebut dipadati oleh puluhan ribu orang yang berdiri di sepanjang kanan dan kiri jalur prosesi.
Setelah doa dibacakan, kemenyan dibawa ke hadapan kepala daerah. Penjabat Bupati Jepara, Edy Supriyanta, dipilih untuk menyalakan obor sebagai tanda dimulainya perang, pada malam Senin (5/6/2023).
Suara tepuk tangan dan sorak-surai bergema, membangkitkan semangat para pemain. Mereka membawa ikat obor setinggi dua meter yang terbuat dari daun kelapa kering.
Obor tersebut diayunkan sambil mencari lawan. Begitu menemukan lawan, mereka saling menghantam. Api berkobar di udara, menambah semarak suasana.
Tidak jarang, beberapa penonton terkena percikan api. Namun, untungnya tidak ada yang mengalami luka serius. Jika ada yang terkena luka ringan, panitia telah menyiapkan minyak kelapa yang diyakini dapat menyembuhkan kulit yang terkena api.
Perang obor saling serang berlangsung selama hampir dua jam. Sekitar 400 obor habis terpakai dalam aksi saling hantam. Tidak ada kemarahan di antara para pemain. Para pria asli Tegalsambi menganggap benturan dengan lawan adalah simbol persaudaraan.
Petinggi Desa Tegalsambi, Agus Santoso menjelaskan, tradisi Perang Obor telah dilestarikan sejak ratusan tahun yang lalu. Hampir semua pria di desa ini pasti akan berkesempatan menjadi pemain dalam Perang Obor.
”Tradisi ini akan selalu terjaga dan lestari sampai anak cucu nanti,” kata Agus.
Ia menambahkan, atraksi budaya ini telah menjadi salah satu acara nasional yang menarik perhatian banyak pihak. Hal ini terbukti dari jumlah fotografer dan videografer dari berbagai penjuru Indonesia yang datang setiap tahunnya, yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Perang Obor bahkan telah menjadi agenda khusus bagi mereka yang mencintai atraksi budaya Nusantara.
Agus juga menekankan bahwa Perang Obor ini menjadi sarana pemersatu bagi seluruh masyarakat desa. Karena Perang Obor ini merupakan bagian dari rangkaian sedekah bumi yang melibatkan seluruh masyarakat desa.
“Dengan adat ini, kami berharap bahwa masyarakat akan semakin harmonis, tenang, dan makmur. Tidak ada konflik apa pun. Tegalsambi aman dan tenteram,” ujar Agus.
Foto dok. Muria News