Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran merupakan salah satu kuliner legendaris Ungaran yang masih bertahan hingga saat ini. Bahkan kuliner ini dari waktu ke waktu semakin berkembang dan diminati pelanggan.
Terdapat berbagai jenis sate di Indonesia, setiap daerah memiliki khas sendiri dalam pengolahan satenya. Ada sate meranggi dari Purwakarta, sate suruh di Salatiga, sate taichan dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu, zaman yang semakin modern namun terdapat olahan sate yang sudah lebih dari setengah abad memanjakan lidah para pengunjungnya yang masih bertahan hingga kini.
Sate Sapi Pak Kempleng Bu Hartini sangat legendaris, rasanya cenderung manis dan sedikit gurih khas sate sapi yang manis. Dagingnya disajikan dengan potongan besar namun tidak keras, bahkan sangat jarang daging yang terselip di gigi. Tingkat kematangannya medium well yang masih terasa juicy. Sate sapi Pak Kempleng disajikan dengan saus kacang, isrisan lombok, serta bawang merah yang ditempatka secara terpisah (tidak lagsung disiram pada satenya). Seporsi sate sapi Pak Kempleng dapat dinikmati dengan sepiring nasi atau lontong, dapat dipilih sesuai selera.
Sudah banyak pesohor negeri ini yang berkunjung ke Sate Sapi Pak Kempleng, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengatakan bahwa sate sapinya spesial.
Sejarah Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran
Sate Sapi Pak Kempleng dimulai oleh Pak Kempleng yang memiliki nama asli Sakimin pada tahun 1946. Pada saat itu, Sakimin berjualan berkeliling dengan pikulan di pemukiman sekitar Ungaran dan Babadan pada malam hari dan berakhir di alun-alun Ungaran yang saat ini sudah menjadi Gedung DPRD Ungaran.
Asal usul nama “Kempleng” yang saat ini sudah dipatenkan, konon berasal dari kebiasaan Sakimin memiringkan kepala (kempleng) saat menjual sate sapi dengan berkeliling di sekitaran alun-alun Ungaran.
Pada buku Peta 100 Tempat Makan Khas Daerah di Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang (2008) menyatakan, sate sapi Pak Kempleng adalah hasil rintisan puluhan tahun Pak Kempleng menjajakan sate sapi di Ungaran dengan angkringan. Pak Kempleng keluar masuk gang di kota kecil berhawa dingin itu untuk menawarkan sate sate sapi kepada pelanggannya. Setiap malam, perjalanan Pak Kempleng selalu berakhir di alun-alun Ungaran hingga akhir hayatnya.
Semenjak Pak Kempleng tiada, sempat terjadi kekosongan alias tidak ada generasi penerus yang meneruskan usaha Pak Kempleng berjualan sate sapi. Padahal saat itu sate sapi Pak Kempleng sudah cukup populer dan memiliki banyak pelanggan. Sakimin wafat meninggalkan nama besar sate sapi Pak Kempleng.
Namun, salah satu anak Sakimin bernama Sumorejo berinisiatif untuk meneruskan usaha ayahnya. Sumorejo mulai berjualan sate sapi dan memulainya dari nol alias berjualan keliling seperti ayahnya dengan modal nama besar sate sapi Pak Kempleng yang sudah terkenal. Hadirnya Sumorejo berjualan sate sapi, mengobati rindu orang-orang yang selama ini telah menjadi pelanggan sate sapi Pak Kempleng.
Sekitar 1986 Sumorejo menyewa sebidang lahan di pinggir jalan raya Ungaran untuk berjualan sate sapi, setelah sempat membuat warung tenda di alun-alun Ungaran. Hingga saat ini sate sapi Pak Kempleng 1 yang dirintis Sumorejo diteruskan oleh anaknya, Hamzah.
Hingga saat ini, eksistensi sate sapi Pak Kempleng duteruskan oleh anak, cucu, dan keponakannnya. Terdapat rumah makan 1, 2, 3, 4, yang menjual sate sapi Pak Kempleng dan semua berada di ruas jalan Diponegoro, Ungaran, serta ada juga cabang di Jakarta.
Keunikan Sate Sapi Kempleng
Wajar saja jika sate sapi Pak Kempleng bisa bertahan hingga saat ini. Salah satu rahasianya adalah tetap mempertahankan kualitas bahan dan rasa. Pada dasarnya, metode pembuatannya biasa saja. Daging diungkep di bumbu-bumbu rempah ketumbar, merica, gula aren. Bahan yang digunakan hanyalah bagian has dalam, sama dengan penggunaan daging dalam hidangan steak.
Daging segar dipotong pagi, bagian has dalam saja, pisah dengan lemak. Kemudian daging tersebut tidak langsung dicuci bersih agar tidak merusak aliran darah di pembuluhnya dan dipotong secara menyamping, mengikuti serat-serat atau urat daging. Inilah rahasianya agar daging tidak alot dan mudah digigit. Setelah pemotongan, barulah sate diungkep dalam bumbu yang mengandung gula aren asli. Ramuan inilah yang membuat dagung bercita rasa khas.
Jika sedang berkunjung ke Ungaran, jangan sampai melewatkan untuk mencicipi sate sapi Pak Kempleng ini di Jalan Diponegoro No. 274, Ungaran, Kabupaten Semarang mulai pukul 09.00 – 21.00 WIB.
Untuk satu porsi sate sapi Pak Kampleng berisi 10 tusuk dijual seharga Rp 55.000. Juga bisa dipesan satuan dengan harga Rp 5.500 per tusuk untuk tiap jenis sate. Terdapat juga menu olahan lain seperti sate kambing dengan sambal kecap, sate ayam, gulai sapi, gulai kambing, tongseng sapi, tongseng kambing, dan sup iga, juga gongso.