Jowonews

BSI Masuk The World’s Best Banks 2021

JAKARTA, Jowonews- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berhasil meraih prestasi gemilang dengan dinobatkan sebagai salah satu bank terbaik di dunia atau The World’s Best Banks 2021 oleh Forbes. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan pengakuan bergengsi ini menjadi motivasi bagi BSI untuk terus berupaya mencetak kinerja gemilang dan mendorong pengembangan ekonomi di tengah pandemi COVID-19. “Itu menjadi motivasi untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dan masyarakat luas serta mendorong pengembangan ekonomi syariah demi kesejahteraan umat di masa mendatang,” katanya sebagaimana dilansir Antara, Kamis (27/5). Penyematan The World’s Best Banks tersebut mengacu pada hasil survei yang dilakukan terhadap lebih dari 43 ribu konsumen yang mewakili 28 negara serta lima kriteria penilaian yaitu trust, terms and conditions, customer services, digital services, dan financial advice. Hery menyatakan pihaknya berkomitmen pada kemaslahatan umat dengan mengusung beragam agenda sustainable finance seperti program ekonomi desa, ketahanan pangan, beasiswa sociopreneur, keberpihakan kepada UMKM serta berperan aktif mendorong pemulihan ekonomi nasional. Ia memastikan berbagai upaya BSI akan sesuai arahan Presiden Joko Widodo saat peresmian BSI yakni menjadi bank yang inklusif, memajukan ekonomi syariah Tanah Air dan membawa Indonesia menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah di lingkup regional dan global. “Pengakuan dari Forbes ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus bekerja keras mewujudkan hal tersebut,” tegasnya. Sebelumnya, BSI mencatatkan laba bersih Rp742 miliar pada triwulan I 2021 atau naik 12,85 persen dibandingkan periode sama pada 2020 sebesar Rp657 miliar. Kenaikan kinerja tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan margin dan bagi hasil sebesar 5,16 persen (yoy). Kenaikan laba perusahaan juga dipengaruhi ekspansi pembiayaan dan kenaikan dana murah yang optimal sehingga mendorong biaya dana yang harus ditanggung perusahaan menjadi lebih baik dari tahun lalu. Sementara itu, hingga akhir Maret 2021 pembiayaan yang disalurkan BSI telah mencapai Rp159 triliun atau naik 14,47 persen (yoy) dengan diikuti terjaganya kualitas pembiayaan yang disalurkan BSI. Pada kuartal I 2021, rasio NPF gross BSI ada di kisaran 3,09 persen atau turun dari posisi setahun lalu yaitu 3,25 persen. Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI telah mencadangkan cash coverage sebesar 137,48 persen hingga Maret 2021. Dari sisi liabilitas, BSI mengelola dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp205,5 triliun atau naik 14,3 persen (yoy) didorong meningkatnya dana murah berupa giro dan tabungan yang dikelola perusahaan sebesar 14,73 persen. Per Maret 2021, rasio dana murah (CASA) yang dihimpun BSI mencapai 57,76 persen dibanding total DPK atau naik dari posisi triwulan I 2020 yang ada di angka 57,54 persen. Selanjutnya, volume transaksi kanal digital BSI juga tercatat tumbuh signifikan mencapai Rp40,85 triliun atau naik 43,4 persen (yoy) ditopang oleh layanan BSI Mobile yang naik 82,53 persen secara tahunan menjadi Rp17,3 triliun.

MUI Jateng Dorong Umat Jadi Nasabah BSI

SEMARANG, Jowonews- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah mendorong umat Islam menjadi nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk mengembangkan industri perbankan tersebut. “Jumlah nasabah bank syariah saat ini masih relatif masih kecil, pangsa pasarnya masih di angka 8,5 persen, sisanya masih milik perbankan konvensional,” kata Ketua Umum MUI Jawa Tengah K.H. Ahmad Darodji ketika menerima delegasi BSI yang dipimpin oleh Regional CEO Semarang Bank Syariah Indonesia Imam Hidayat Sunarto di Kantor MUI Jateng di Semarang, Rabu. Dengan capaian tersebut,  pangsa pasar BSI perlu didorong mengingat mayoritas penduduk di Indonesia merupakan umat muslim. Pihaknya berharap Bank Syariah Indonesia bisa memaksimalkan sentuhan literasi, sosialisasi, dan edukasi kepada khalayak. “Selain itu juga melakukan jemput bola dan kemudahan pelayanan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan indikasi jumlah nasabah syariah di Jawa Tengah masih rendah salah satunya hingga kini umat Islam di Jawa Tengah masih kesulitan mencari ATM bank syariah. “Tentu saja kelemahan ini berpengaruh terhadap ‘market share’, maka untuk meningkatkannya perlu kemudahan pelayanan kepada nasabah syariah. Masyarakat membutuhkan sentuhan BSI,” katanya. Ia mengatakan upaya jemput bola dan kemudahan pelayanan merupakan kata kunci agar masyarakat Jawa Tengah yang 90 persen muslim dapat mengalihkan rekeningnya dari bank konvensional ke bank syariah. “BSI termasuk bank besar yang dapat dipercaya. Setidaknya MUI Jateng, Baznas Jateng maupun masjid Raya Baiturrahman Jateng menaruh uangnya di rekening bank syariah,” katanya. Bahkan, dikatakannya, MUI Jateng yang bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah dalam hal sertifikasi halal juga menggunakan syariah. “Dalam hal ini MUI Jawa Tengah siap kerja sama menyosialisasikan bank syariah,” katanya. Sementara itu, Imam Hidayat mengatakan berbagai langkah sosialisasi, literasi, dan edukasi sudah dilaksanakan dan akan terus digencarkan. “Harapannya BSI akan dapat memenuhi harapan masyarakat. Saat ini, sistem syariah mulai dirasakan masyarakat termasuk nonmuslim dalam penghimpunan dana lewat sistem bagi hasil. BSI harus bisa melayani seluruh segmen ekomomi mulai ritel hingga korporasi,” katanya. Ia mengatakan sektor UMKM menjadi salah satu perhatian BSI. Ia mengatakan tujuan disasarnya segmen tersebut agar nasabah dapat naik kelas ke level yang lebih tinggi. “BSI mulai bekerja sama dengan nasabah atau pengusaha kecil yang menjadi binaan Lazisnu dan Lazismu di Jawa Tengah, hingga akhirnya dapat memberi kontribusi pada kemandirian ekonomi umat,” katanya.

Bank Syariah Indonesia, Bank Syariah BUMN Hasil Merger

JAKARTA, Jowonews- Bank hasil penggabungan PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) akan bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Nama ini akan digunakan secara efektif oleh PT Bank BRIsyariah Tbk selaku Bank Yang Menerima Penggabungan. “Kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia,” kata Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat. (11/12). Ia mengatakan seluruh proses dan tahapan-tahapan merger akan terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan. Ia memastikan semua rencana perubahan dan penyesuaian operasional telah sesuai dengan tujuan dan kegiatan operasional bank hasil merger. Visinya menjadi Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun ke depan dan sebagai Top 10 bank terbesar di Indonesia. “Sebagai bank syariah terbesar di, Indonesia entitas baru ini tentu memerlukan identitas yang kuat dan Direksi yang berpengalaman untuk menjalankan operasionalnya. Dengan Direksi yang akan diisi oleh orang-orang berpengalaman di bidangnya, visi Bank Syariah Indonesia untuk menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia akan semakin mantap dan yakin bisa kita wujudkan,” ujar Hery yang kini menjadi Dirut Bank Syariah Mandiri. Direktur Utama BRISyariah, Ngatari menambahkan masih ada sejumlah tahapan yang harus dilalui hingga penggabungan tiga bank ini tuntas, termasuk memperoleh persetujuan dari regulator- regulator terkait. “Alhamdulillah, saat ini kami telah memiliki rancangan nama baru untuk menjadi identitas bank hasil merger nanti. Identitas baru ini semakin memicu semangat kami untuk menuntaskan merger dan integrasi sebaik mungkin, dan mulai beroperasi memenuhi segala kebutuhan nasabah dan masyarakat,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia menambahkan, pihaknya menjamin semua proses merger akan dilakukan dengan mengedepankan para karyawan, nasabah, dan mitra usaha. “Perlu dicatat bahwa saat ini merger belum efektif. Kami masih menjalankan sejumlah proses agar dapat memperoleh semua persetujuan dari regulator. Hingga proses itu selesai, semua operasional dan layanan tetap berjalan normal dan optimal,” ujar Ngatari. Bank hasil penggabungan nanti akan memiliki aset mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Disampaikan, Bank Hasil Penggabungan diyakini akan dapat turut membantu UMKM hingga membiayai proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar dan sejalan dengan rencana Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Di samping itu, Bank Hasil Penggabungan juga akan menyasar investor global lewat produk-produk Syariah yang kompetitif dan inovatif. Bank Hasil Penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BRIS. Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI – Saham Syariah 2 persen dan publik 4,4 persen.