Jowonews

BPBD: Gas di Sungai Tangsi Akibat Tumpukan Material Organik

MAGELANG, Jowonews.com – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan munculnya gas di Sungai Tangsi di Dusun Drojogan, Desa Sriwedari, Salaman, Kabupaten Magelang akibat hasil tumpukan material organik. Edy di Magelang, Minggu, mengatakan dugaan tersebut merupakan hasil peninjauan petugas dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah. “Daerah tersebut memungkinkan menjadi area tertumpuknya material organik yang terbawa oleh aliran sungai dan beban sedimentasi yang terjadi pada aliran sungai memberikan tekanan pada tumpukan material organik pada dasar sungai sehingga terbentuk gas,” ujarnya. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Sriwedari, tanda-tanda kemunculan gas yang diketahui pada Selasa (14/4) dengan gejala munculnya gelembung udara di tengah aliran Sungai Tangsi yang berada pada bagian hulu sebuah bendungan saat aliran sungai surut. Pada Jumat (17/4) sekitar pukul 15.00 WIB seorang anak mencoba memberikan percikan api dan ternyata gas dapat menyala. Pada lokasi tersebut baru saja dilakukan kegiatan normalisasi sungai yang selesai pada 7 April 2020. Berdasarkan rekomendasi Dinas ESDM Provinsi Jateng, maka telah dibuat garis pembatas untuk mengamankan agar semburan gas tidak menjadi permainan bagi anak-anak. Potensi gas kurang signifikan untuk dikelola lebih lanjut. Dinas ESDM juga menyarankan agar secara berkala dilakukan pemantauan untuk pengawasan potensi dan kandungan gas. Oleh karena itu, pihak terkait segera melapor kepada desa dan kecamatan apabila terjadi perkembangan yang signifikan. Kemudian jika aliran sungai sedang surut dan titik semburan gas tidak terendam, maka sebaiknya dilakukan pembakaran (dinyalakan api) agar gas tidak meracuni dan tekanan gas dapat menurun. (jwn5/ant)

BPBD Pasang CCTV di Lima Titik Rawan Banjir di Semarang

SEMARANG, Jowonews.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang memasang kamera tersembunyi atau CCTV di lima titik yang rawan bencana banjir, sebagai salah satu alat pendukung pada sistem peringatan dini bencana. “Kami pasang CCTV dan skala debit air di Sungai Babon Genuk, Sungai Pengkol Meteseh, Wates , Wonosari, dan Mangkang Wetan, agar kami bisa mengawasi secara langsung perkembangan di tiap daerah,” kata Sekretaris BPBD Kota Semarang Winarsono di Semarang, Jawa Tengah, Kamis. Ia menyebut ada sepuluh daerah di Kota Semarang yang rawan banjir yaitu Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Timur, Tugu, Candisari, Gunungpati, Gayamsari, Pedurungan, Tembalang, dan Genuk. “Berdasarkan data BPBD, sudah ada 11 bencana banjir yang terjadi di Kota Semarang pada periode Januari-Februari 2020,” ujarnya. Ia menjelaskan sebagai upaya mengurangi risiko bencana banjir, BPBD Kota Semarang juga memberikan edukasi langsung kepada masyarakat tidak hanya dilakukan di tingkat kelurahan, tapi juga melaksanakan Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang pesertanya berasal dari perwakilan pelajar SMA. “Untuk meningkatkan sumber daya kami dan edukasi ke masayarakat, kami menggelar latihan evakuasi setiap Minggu di Sungai Banjir Kanal Barat secara gratis, mulai pukul 06.00-09.00 WIB, dengan narasumber dari Badan SAR Nasional,” katanya. Kepala Pelaksana BPBD Kota Semarang Agus Rudianto menambahkan pihaknya mengajak masyarakat untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan masing-masing. “Saluran dibuat sesuai dengan kapasitasnya, tidak membuang sampah di saluran agar tidak menghambat air yang mengalir saat banjir, sedimen dikurangi dengan dibuang di karung yang akan dibantu oleh pemerintah untuk mengambilnya,” ujarnya. BPBD Kota Semarang juga melakukan sosialisasi di kelurahan yang dikemas dalam bentuk sarasehan untuk menambah edukasi bagaimana saat banjir atau lokasi evakuasi saat terjadi banjir. “Jadi ketika terjadi banjir, masyarakat langsung membawa tas yang didalamnya berisi dokumen-dokumen penting, dan mengunci rumah, serta langsung menyelamatkan diri,” katanya. (jwn5/ant)

BPBD: Ruas Jalan Provinsi di Banjarnegara Tertutup Longsor

PURWOKERTO, Jowonews.com – Tanah longsor menutup ruas jalan provinsi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, akibat hujan lebat yang terjadi sejak Rabu (8/1) siang hingga malam hari, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Arief Rahman. “Ada dua lokasi kejadian tanah longsor yang menutup ruas jalan provinsi. Kejadian pertama pada Rabu (8/1) malam di ruas jalan provinsi yang menghubungkan Wanayasa-Batur, tepatnya di Sikelir, Kecamatan Wanayasa,” katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis. Menurut dia, ada lima titik longsoran di Sikelir dan hingga Kamis (9/1) pagi masih dilakukan pembersihan terhadap ruas jalan yang tertimbun longsor dengan mengerahkan alat berat. Sementara kejadian longsor kedua terjadi pada Kamis (9/1) pagi yang menutup ruas jalan provinsi Banjarnegara-Karangkobar di Dusun Bolang, Desa Slatri, Kecamatan Karangkobar. “Kami sedang menuju lokasi kejadian longsor di Slatri guna membuka ruas jalan provinsi yang tertimbun tanah dari tebing. Ruas jalan provinsi itu tertutup total sehingga tidak bisa dilalui kendaraan,” katanya. Lebih lanjut, Arief mengatakan berdasarkan hasil rekapitulasi, pada hari Rabu (8/1) hingga Kamis (9/1), pukul 08.00 WIB, tercatat 12 kejadian tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, dua di antaranya yang terjadi di ruas jalan provinsi Sikelir dan Slatri. Menurut dia, 10 kejadian longsor lainnya berada di jalur Sumberejo menuju Sidengok yang merupakan jalan desa di Kecamatan Pejawaran, longsor di permukiman warga Dusun Sipreng, Desa Kalisat Kidul, Kecamatan Kalibening. Selanjutnya, tebing longsor di Tanjakan Princigan ruas jalan Ratamba menuju Batur yang merupakan jalan desa, longsor di ruas jalan kabupaten yang masuk wilayah Karangnangka, Desa Binangun, Kecamatan Karangkobar. Selain itu, kejadian longsor di jalan kabupaten yang masuk wilayah Dukuh Alian, Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, longsor di jalan Dukuh Gintung RT 02 RW 02, Desa Binangun, Kecamatan Karangkobar. Kemudian longsor di permukiman Dukuh Sidamulya, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, yang mengancam satu rumah warga, longsor di jalan desa yang menghubungkan Gumelar dengan Karangkobar, longsor di permukiman Dusun Sawalan RT 05 RW 03, Desa Kalisat Kidul, Kecamatan Kalibening, dan longsor di jalan desa Dusun Sruni RT 04 RW 04, Desa Pesantren, Kecamatan Wanayasa. Data kejadian bencana di Kabupaten Banjarnegara sejak awal Januari 2020 hingga pagi ini (9/1) tercatat sebanyak 26 kejadian yang terdiri atas 18 kejadian longsor, satu kejadian banjir, satu kejadian kebakaran, dan enam kejadian angin kencang. “Kejadian tersebut berdampak terhadap 15 unit rumah rusak sedang, delapan rumah rusak ringan, dan infrastruktur jalan di 16 lokasi,” kata Arief. Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati ketiga hujan mulai turun karena cuaca ekstrem diprediksi akan terus ada hingga Februari 2020.  (jwn5/ant)

BNPB Meminta BPBD Aktif Informasikan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem ke Warga

JAKARTA, Jowonews.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seluruh Indonesia aktif menginformasikan peringatan dini cuaca ekstrem kepada masyarakat. “Melalui peringatan dini tersebut, warga dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam rilis yang diterima di Jakarta pada Minggu. Peringatan dini diperlukan, ujar Agus, karena melihat hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengenai kondisi dinamika atmosfer terkini masih ada potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Bahkan laporan BMKG hari Minggu (5/1) menunjukkan potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia masih terjadi untuk sepekan ke depan. Menurut BMKG, berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola Tekanan Rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia. Di samping itu, meningkatnya pola tekanan rendah di BBS, di sekitar Australia, dapat membentuk pola konvergensi atau pertemuan massa udara dan belokan angin menjadi signifikan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator. Sementara itu, berdasarkan model prediksi, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah diprediksikan mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia selama periode sepekan ke depan. Menurut BMKG, kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah nusantara. Oleh karena itu, tegas Agus Semua pihak diimbau untuk waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan. “BNPB mengimbau masyarakat agar waspada dan siap-siap apabila terjadi bencana banjir, longsor dan puting beliung. Amankan dokumen-dokumen penting, siapkan tas siaga bencana yang dapat dibawa secara cepat,” ujar dia. Isi tas siaga bencana dapat berupa makanan, minuman, pakaian, senter, peluit, radio, obat-obatan, dan lain sebagainya sesuai keperluan. BNPB juga mengimbau warga bergotong-royong membersihkan saluran air di rumah dan lingkungan, buang sampah pada tempatnya, pangkas pohon yang terlalu rimbun dan tanam pohon. (jwn5/ant)