Jowonews

Longsor di Kebumen, 3 Warga Hilang

KEBUMEN, Jowonews- Sebanyak empat rumah warga Desa Kalijering, Padureso, Kabupaten Kebumen, tertimpa longsor dan tiga warga hilang diduga tertimbun. Pelaksana tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Benana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen Teguh Kristianto di Kebumen, Rabu (10/2), mengatakan hingga saat ini tim SAR gabungan bersama masyarakat masih melakukan pencarian terhadap korban. Ia menuturkan sebuah bukit di Desa Kalijering longsor pada Selasa (9/2) pukul 18.30 WIB saat terjadi hujan lebat mengguyur wilayah Kecamatan Padureso. “Kami mendapat kabar sekitar pukul 19.00 WIB dan tim BPBD langsung meluncur ke lokasi,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Korban hilang dan kini masih dalam pencarian, yakni Jemarun (48), Doniatun (46) dan Tarsina (60) Warga Dukuh Krajan, Desa Kalijering, Kecamatan Padureso. Teguh menyampaikan selain tiga orang diduga tertimbun longsor, sekitar 95 jiwa warga mengungsi akibat longsor tersebut. Mereka mengungsi di tiga rumah dan sebuah masjid. Ia menuturkan dari semalam di lokasi longsor masih terjadi hujan dan dikhawatirkan terjadi longsor susulan.

Longsor di Desa Wisata Jepara, Akses Jalan Tertutup

JEPARA, Jowonews- Sebuah tebing di Desa Wisata Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, mengalami longsor akibat gerusan air hujan hingga menutup akses jalan warga desa setempat, menyusul tingginya curah hujan di daerah setempat. Menurut Sekretaris Desa Tempur Mahfud di Jepara, Kamis (28/1), dampak longsor sangat dirasakan oleh warga Desa Tempur karena akses jalan hendak menuju daerah lain terganggu. Sedangkan pembersihan jalan dari material longsor tidak bisa dilakukan secara manual. Penyebabnya, material longsornya menutupi jalan cukup tebal karena tebing yang longsor memiliki ketinggian 20-an meter dengan lebar tanah yang longsor mencapai 15 meteran. Peristiwa tanah longsor yang menutupi akses jalan warga dari Dukuh Petung ke Dukuh Pekoso, Desa Tempur tersebut, terjadi pada Rabu (27/1) malam sekitar pukul 19:00 WIB. Sementara saat ini alat berat sudah didatangkan ke lokasi sejak pukul 11.00 WIB, sedangkan pembersihan jalannya diperkirakan baru selesai sore hari. “Untuk sementara belum bisa dilalui kendaraan roda empat karena memang akses jalannya tidak begitu lebar,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Desa Tempur sendiri merupakan salah satu desa tangguh bencana yang ditetapkan pada tahun 2016 sehingga warganya juga sudah terlatih. Selain diresmikan sebagai desa tangguh bencana, dibentuk pula forum relawan Desa Tempur yang memiliki anggota puluhan personel. Mereka menjadi tangan panjang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara yang sudah dibekali berbagai kemampuan. Mulai dari mitigasi bencana, pembuatan jalur evakuasi bencana hingga pembuatan peta risiko bencana. 

Longsor di Magelang, Jalan Putus

MAGELANG, Jowonews- -Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Jeketro, Desa Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengakibatkan jalan penghubung antara Desa Windusari-Gondangrejo putus total. Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto di Magelang, Kamis, mengatakan longsor terjadi dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, setelah di daerah tersebut diguyur hujan sejak Rabu (2/12) siang. Ia menyampaikan hujan dengan intensitas ringan-sedang yang terjadi di Wilayah Kecamatan Windusari sejak Rabu pukul 14.30 WIB hingga malam hari menyebabkan saluran drainase di samping jalan tidak mampu menampung debit air sehingga air menggerus dan mengikis tanah di bawah jalan. “Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun jalan penghubung Desa Windusari dengan Desa Gondangrejo terputus total,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Warga Gondangrejo, Sulis mengatakan hujan dengan durasi yang cukup panjang mengakibatkan air irigasi meluap dan menggenang di jalan penghubung antardesa tersebut. Ia menyampaikan diduga karena tidak kuat menahan derasnya air irigasi menyebabkan jalan dengan panjang sekitar 60 meter dan ketinggian 90 meter longsor. “Akibat jalan yang terputus tersebut, kini warga terpaksa harus berputar melalui jalan lain yang lebih jauh sekitar tiga kilometer,” katanya. Selain memutus jalan, katanya, longsor juga memutus saluran air bersih menuju ke Desa Gondangrejo. 

Ancaman Bahaya Intai Warga Banjarnegara

BANJARNEGARA, Jowonews- Waspadalah warga Banjarnegara. Ancaman bahaya mengintai selama tiga hari ke depan. Hujan lebat diperkirakan akan mengguyur kabupaten tersebut. “Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan longsor,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie, di Banjarnegara, Ahad (27/9). Dia menjelaskan potensi hujan lebat terdapat di hampir seluruh wilayah di Banjarnegara antara tanggal 27 – 29 September 2020. Hal serupa diprediksi akan terjadi di kabupaten sekitarnya seperti Purbalingga, Wonosobo, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan lain sebagainya. “Beberapa wilayah di Jawa Tengah lainnya juga berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Untuk itu, kata dia, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi hujan lebat. Musim Peralihan Dia menambahkan bahwa Kabupaten Banjarnegara dan kabupaten lain di sekitarnya mulai memasuki musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Dia menjelaskan, Banjarnegara diprakirakan akan memasuki awal musim hujan pada dasarian pertama bulan Oktober 2020. “Sekarang ini peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sementara awal musim hujan paling awal dasarian pertama bulan Oktober, meliputi sebagian besar Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga dan Wonosobo. Selain itu sebagian Banyumas dan Magelang serta beberapa wilayah di Jawa Tengah lainnya,” katanya. Sementara itu dia juga menambahkan bahwa pada dasarian II September 2020 seluruh wilayah Banjarnegara mengalami hujan dengan kriteria curah hujan rendah. Sementara pada dasarian II September 2020 wilayah Banjarnegara mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria sedang. “Sementara pada dasarian III September umumnya wilayah kabupaten Banjarnegara diprakirakan terjadi hujan dengan kriteria menengah,” katanya. Dia menambahkan pihaknya akan terus melakukan pemutakhiran data untuk menginformasikan kondisi cuaca terkini kepada masyarakat. “Masyarakat juga dapat mengakses media sosial yang kami miliki untuk mengetahui prakiraan cuaca terkini,” katanya.

Cilacap Siaga Bencana Hidrometereologi

CILACAP, Jowonews- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menyiagakan personelnya hadapi bencana hidrometereologi. Hal teresebut seiring dengan adanya peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). “Yang pasti, selain menyiagakan personel di Pusdalops (Pusat Pengendalian Operasi) BPBD, kami juga menyiapkan pos siaga di masing-masing kecamatan maupun UPT (Unit Pelaksana Teknis) BPBD,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy, sebagaimana dilansir Antara, Ahad (27/9). . Menurut dia, personel pos siaga selanjutnya diminta untuk memantau kondisi wilayah masing-masing empat kali dalam 24 jam serta berkoordinasi dengan Pusdalops dan pihak lainnya melalui sarana komunikasi yang ada. Ia mengatakan pihaknya juga telah menyampaikan kepada para camat di wilayah rawan bencana hidrometeorologi untuk mengimbau warganya agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya banjir atau longsor. “Kami juga telah membentuk desa tangguh bencana banjir maupun longsor, juga telah melakukan pemetaan daerah rawan bencana, menyiapkan sumber daya kebencanaan, membuat arah jalur evakuasi, rumah panggung untuk tempat pengungsian, serta titik kumpul di masing-masing desa yang mempunyai ancaman banjir maupun longsor,” katanya. Ia mengatakan berdasarkan hasil pemetaan, di Kabupaten Cilacap tercatat 30 desa di 12 kecamatan yang masuk daerah rawan banjir. Selain itu, kata dia, di Kabupaten Cilacap juga terdapat 64 desa yang teridentifikasi sebagai daerah rawan longsor. “Kalau daerah rawan banjir itu merata di wilayah barat maupun timur Cilacap. Tapi, kalau daerah rawan longsor itu di wilayah barat Cilacap,” ucapnya.

Penambang Pasir Merapi Tewas Tertimpa Tebing Longsor

SLEMAN, Jowonews- Duka menyelimuti para penambang di lereng Gunung Merapi. Salah seorang pekerjanya tewas setelah tertimpa tebing longsor di lokasi penambangan pasir di Dusun Tangkisan, Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, Kamis (27/8) siang. “Korban yang diketahui bernama Bonar (55) warga Sidorejo, Temanggung, Jawa Tengah, tersebut meninggal dunia di lokasi kejadian,” kata Kapolsek Cangkringan AKP Samiyono. Menurut dia, saat kejadian korban sedang melakukan aktivitas penambangan pasir seorang diri sejak pagi sekitar pukul 08.00 WIB. “Sekitar pukul 11.45 WIB tiba-tiba tebing lokasi penambangan longsor. Awalnya tidak ada yang tahu kalau korban tertimpa longsor, karena korban hanya sendiri saat menambang,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan, korban diketahui tertimpa material longsor, setelah ada salah satu saksi yang merupakan awak kendaraan pengangkut material yang menunggu untuk mengisi muatan merasa curiga karena korban tidak datang. “Di lokasi ada dua kendaraan yang menunggu. Mungkin berpikir kok tidak datang-datang. Ternyata sudah longsor. Mengetahui hal itu, seorang saksi kemudian melaporkan kepada petugas,” katanya. Pihaknya menerima laporan sekitar pukul 12.00 WIB, setelah ada laporan langsung ke lokasi dan langsung evakuasi. Namun, korban sudah meninggal dunia Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Sugiyanto mengatakan korban tertimba longsoran tebing setinggi sekitar 20 meter. “Kami mendapat laporan sekitar pukul 12.00 WIB melalui WhatsApp ke SAR DIY unit Cangkringan. Setelah itu, petugas jaga piket Pos AJU meluncur dan melakukan evakuasi,” katanya. Ia mengatakan, proses evakuasi korban dilakukan bersama Polsek Cangkringan, Koramil Cangkringan, dan warga sekitar. “Proses evakuasi tidak memakan waktu lama. Karena di dekat lokasi terdapat alat berat sehingga dapat diperbantukan untuk evakuasi,” katanya.

Pasca Longsor, BPBD Banjarnegara Sebut Akses Jalan Desa Slatri Kembali Normal

BANJARNEGARA, Jowonews.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara menginformasikan bahwa akses jalan Desa Slatri, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara kembali normal setelah longsor mengakibatkan badan jalan tertutup material . “Pembersihan badan jalan dari material longsoran sudah tuntas sejak kemarin (Sabtu, red) sekarang akses jalan sudah kembali normal,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara Agus Haryono di Banjarnegara, Ahad. Dia mengatakan penanganan longsor di lokasi tersebut dilakukan oleh tim gabungan. “Tim gabungan mulai dari dinas terkait hingga relawan ikut serta dalam penanganan.” Sementara itu, dia juga mengatakan bahwa tim BPBD Banjarnegara pada hari ini terus melakukan monitoring terhadap lokasi-lokasi yang sempat mengalami longsor. “Pemantauan terus dilakukan mengingat masih tingginya curah hujan pada saat ini.” Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Arief Rahman menginformasikan bahwa cuaca esktrem yang terjadi pada Kamis (5/3) telah menyebabkan terjadi longsor di sejumlah lokasi di wilayah setempat. Dia menyatakan longsor terjadi di Desa Slatri, Kecamatan Karangkobar, juga terjadi di ruas jalan kabupaten Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran, di ruas jalan kabupaten di Desa Karekan, Kecamatan Pejawaran. Selain itu longsor juga terjadi di Desa Lebakwangi, Kecamatan Pagedongan yang mengakibatkan dua rumah warga terancam dan sebagian bahu jalan penghubung antardesa tertutup material longsor. “Selain itu longsor juga terjadi di sejumlah titik lainnya, ada sekitar 13 kejadian tanah longsor yang terjadi pada waktu yang hampir bersamaan yakni hari Kamis (5/3),” katanya. (jwn5/ant)

Penanaman Vetiver Dinilai Langkah Tepat Cegah Longsor

PURWOKERTO, Jowonews.com – Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr Indra Permanajati mengingatkan bahwa penanaman akar wangi atau vetiver di lokasi rawan longsor merupakan langkah yang tepat untuk mitigasi bencana jangka panjang. “Penanaman vetiver di lokasi rawan longsor adalah langkah tepat untuk usaha pencegahan dan pengurangan risiko bencana jangka panjang, karena tanaman ini mempunyai karakter yang khas sebagai tanaman penguat lereng,” katanya di Purwokerto, Kamis. Koordinator bidang bencana geologi, Pusat Mitigasi Unsoed tersebut menjelaskan bahwa dengan perakaran yang kuat dan dalam, tanaman tersebut cukup efektif untuk mengikat tanah pada dinding lereng. “Dengan demikian akan efektif untuk menghambat terjadinya longsoran,” katanya. Anggota Ikatan Ahli Bencana Indonesia itu juga menambahkan pada masa mendatang tanaman tersebut perlu ditanam di daerah yang rawan longsor atau lahan kritis yang berpotensi longsor. “Pemerintah daerah melalui dinas terkait perlu mempertimbangkan untuk menanam vetiver di lokasi-lokasi rawan longsor yang ada di wilayahnya masing-masing,” katanya. Dia juga menambahkan bahwa selain tanaman akar wangi bisa juga menanam tanaman lain yang juga memiliki perakaran yang kuat sebagai upaya alternatif mencegah bencana longsor. “Selain vetiver bisa juga menanam tanaman lain sebagai alternatif untuk upaya mitigasi bencana longsor yaitu tanaman yang perakarannya kuat namun menghasilkan misalkan tanaman kopi, manggis, dan tanaman buah-buahan lainnya,” katanya. Dia menambahkan konsep penanaman tanaman yang produktif tersebut akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah setempat. Dengan demikian, kata dia, diharapkan akan memiliki dampak positif yang beragam “Yakni selain meningkatkan daya dukung tanah di lokasi rawan longsor juga dapat berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Diharapkan pada masa yang akan datang tanaman-tanaman itu mampu teruji sebagai tanaman yang mampu menahan longsor,” katanya. (jwn5/ant)