Jowonews

Cilacap Siaga Bencana Hidrometereologi

CILACAP, Jowonews- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menyiagakan personelnya hadapi bencana hidrometereologi. Hal teresebut seiring dengan adanya peringatan dini cuaca ekstrem yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). “Yang pasti, selain menyiagakan personel di Pusdalops (Pusat Pengendalian Operasi) BPBD, kami juga menyiapkan pos siaga di masing-masing kecamatan maupun UPT (Unit Pelaksana Teknis) BPBD,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy, sebagaimana dilansir Antara, Ahad (27/9). . Menurut dia, personel pos siaga selanjutnya diminta untuk memantau kondisi wilayah masing-masing empat kali dalam 24 jam serta berkoordinasi dengan Pusdalops dan pihak lainnya melalui sarana komunikasi yang ada. Ia mengatakan pihaknya juga telah menyampaikan kepada para camat di wilayah rawan bencana hidrometeorologi untuk mengimbau warganya agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya banjir atau longsor. “Kami juga telah membentuk desa tangguh bencana banjir maupun longsor, juga telah melakukan pemetaan daerah rawan bencana, menyiapkan sumber daya kebencanaan, membuat arah jalur evakuasi, rumah panggung untuk tempat pengungsian, serta titik kumpul di masing-masing desa yang mempunyai ancaman banjir maupun longsor,” katanya. Ia mengatakan berdasarkan hasil pemetaan, di Kabupaten Cilacap tercatat 30 desa di 12 kecamatan yang masuk daerah rawan banjir. Selain itu, kata dia, di Kabupaten Cilacap juga terdapat 64 desa yang teridentifikasi sebagai daerah rawan longsor. “Kalau daerah rawan banjir itu merata di wilayah barat maupun timur Cilacap. Tapi, kalau daerah rawan longsor itu di wilayah barat Cilacap,” ucapnya.

Hadapi Kemarau, BPBD Cilacap Siapkan 500 Tangki Air Bersih

PURWOKERTO, Jowonews.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah menyiapkan bantuan air bersih sebanyak 500 tangki menghadapi musim kemarau khususnya di 54 desa yang rawan kekeringan dan krisis air bersih “Kami sudah siapkan empat armada tangki untuk mendistribusikan bantuan air bersih, tiga armada di antaranya milik BPBD Kabupaten Cilacap dan satu armada milik PMI Kabupaten Cilacap,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy saat dihubungi dari Purwokerto Kabupaten Banyumas, Rabu. Selain armada, kata dia, pihaknya juga telah menyiapkan personel beserta sarana dan prasarana pendukung penyaluran bantuan air bersih tersebut. Menurut dia, pihaknya akan memaksimalkan alokasi anggaran bantuan air bersih dari APBD Kabupaten Cilacap minimal sebanyak 500 tangki. “Tahun kemarin sampai lebih dari 1.000 tangki karena musim kemaraunya berlangsung selama 7 bulan. Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, musim kemarau tahun ini tidak sampai 7 bulan,” katanya. Dalam hal ini, kata dia, musim kemarau di Kabupaten Cilacap diprakirakan berlangsung hingga bulan November atau selama 5 bulan. Dengan demikian, lanjut dia, alokasi bantuan air bersih sebanyak 500 tangki tersebut diharapkan dapat mencukupi kebutuhan karena di Kabupaten Cilacap terdapat sekitar 54 desa di 17 kecamatan yang rawan kekeringan maupun krisis air bersih. “Seumpamanya 500 tangki tersebut tidak mencukupi kebutuhan, kami akan menggandeng dunia usaha dalam penyaluran bantuan air bersih seperti yang dilakukan pada tahun 2019. Alhamdulillah tahun kemarin, semua desa yang membutuhkan bantuan air bersih dapat tercukupi berkat dukungan dunia usaha maupun berbagai instansi dan organisasi,” katanya. Menurut dia, pihaknya tetap mengandalkan PDAM Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap dalam penyediaan bantuan air bersih yang akan disalurkan kepada masyarakat. Disinggung mengenai pipanisasi air bersih, Tri mengatakan hingga saat ini belum ada perluasan jaringan khususnya dari PDAM Tirta Wijaya. Oleh karena itu, dia mengharapkan adanya keterlibatan dari perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Cilacap termasuk PDAM Tirta Wijaya untuk membantu program pipanisasi air bersih bagi desa-desa yang rawan kekeringan maupun krisis air bersih. “Dengan adanya perluasan jaringan maupun pipanisasi air bersih dapat mengurangi jumlah desa yang terdampak kekeringan maupun krisis air bersih,” katanya. Ia mengakui di tengah pandemi COVID-19 seperti saat sekarang, kebutuhan air bersih dipastikan meningkat karena digunakan untuk cuci tangan menggunakan sabun dan airnya harus mengalir. Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya harus tetap siap untuk memenuhi bantuan air bersih yang dibutuhkan masyarakat saat musim kemarau. “Alhamdulillah sampai saat ini belum ada yang mengajukan bantuan air bersih. Mungkin karena ketersediaan air bersihnya masih mencukupi kebutuhan,” katanya. Menurut dia, masyarakat Kecamatan Kampung Laut dan Kawunganten biasanya sudah mengalami krisis air bersih karena sumber air bakunya terintrusi air laut namun sampai sekarang belum mengajukan bantuan. (jwn5/ant)