Jowonews

Sejumlah Hotel di Solo Terapkan Promo Demi Bertahan di Tengah Pandemi

SOLO, Jowonews.com – Sejumlah hotel di Kota Solo menerapkan potongan biaya atau promo di tengah pandemi Covid-19 agar keuangannya tetap berputar. “Kami menawarkan paket ‘long stay’ mulai dari seminggu hingga satu bulan,” kata perwakilan Public Relations Lorin Solo Hotel Dhani Wulandari di Solo, Rabu. Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan untuk mempertahankan tingkat kunjungan para tamu yang selama pandemi ini mengalami penurunan cukup drastis. Menurut dia, paket tersebut cukup diminati masyarakat baik yang berasal dari dalam kota maupun luar kota. “Sebagian dari mereka merasa jenuh di rumah, padahal harus tetap bekerja dari rumah. Jadi mereka butuh suasana baru yang nyaman namun tetap dilengkapi dengan fasilitas kerja, salah satunya koneksi internet. Kebanyakan untuk ‘conference call’ tiap pagi,” katanya. Ia mengatakan dengan program promo tersebut, dari sebanyak 359 kamar yang disediakan, untuk jumlah kamar yang terisi sekitar 15-20 kamar/hari. Ia mengatakan beberapa tamu memilih mengambil paket mulai dari satu minggu, dua minggu, hingga satu bulan. “Lumayan untuk menjaga keterisian kamar, daripada tidak terisi sama sekali,” katanya. Sementara itu, promo serupa juga dilakukan oleh Syariah Hotel Solo. Public Relations Syariah Hotel Solo Adil Martha mengatakan sebelum larangan mudik diberlakukan, tamu “long stay” mayoritas datang dari Jakarta. “Mereka melakukan karantina mandiri sebelum kembali ke rumah,” katanya. Ia mengatakan untuk menjaga karantina berjalan efektif, segala kebutuhan tamu termasuk makan diantar ke kamar tamu. “Ada juga keluarganya yang datang menjenguk tamu, mereka juga datang untuk mengantarkan makanan,” katanya. (jwn5/ant)

Ilmuwan Upayakan Jamu Indonesia Uji Klinis Untuk Corona

JAKARTA, Jowonews.com – Herbal atau jamu-jamu khas Indonesia berpotensi membantu kesembuhan pasien terinfeksi virus corona baru atau COVID-19 sehingga tak kalah dari obat herbal asal China yang belakangan disebut-sebut masuk ke rumah sakit rujukan COVID-19. Ilmuwan dan dokter saat ini mengupayakan agar jamu memasuki tahap uji klinis pada manusia. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania dalam diskusi via daring, Senin, mengatakan perizinan uji klinik di RS Darurat Wisma Atlet dan prosedur birokrasi masih dilakukan. Menurut dia, pada pasien COVID-19, jamu bisa membantu ketika terjadi badai sitokin pada peradangan paru-paru berat. Namun ini baru sebatas testimoni pasien. Menurut Tania, obat herbal China yang masuk ke rumah sakit rujukan COVID-19 beberapa waktu lalu sebenarnya belum diuji klinis pada manusia. Padahal obat ini sebenarnya berkhasiat sama seperti tanaman herbal di Indonesia antara lain untuk meredakan gejala seperti demam, meriang, batuk, pilek dan sakit tenggorokan misalnya empon-empon seperti yang rutin dikonsumsi Presiden Joko Widodo atau daun sirih. Lalu penelitian biofarmatika yang dilakukan UI dan IPB juga menyebutkan jambu biji, kulit jeruk, daun kelor, potensi antivirus dari sambiloto dan tanaman lainnya. “Sebenarnya banyak herbal Indonesia yang berpotensi, karena penelitian sampai tingkat hewan coba sudah menunjukkan hasil yang demikian. Banyak sekali herbal yang berpotensi tapi kembali lagi perlu dibuktikan dengan uji klinik pada pasiennya langsung lewat prosedur penelitian baku, bukan sekadar uji coba pakai dan dikasih sekadar testimoni,” kata dia. Dia lalu menyoroti efek pemberitaan tentang satgas DPR membagikan herbal China pada rumah sakit rujukan COVID-19 yang membuat masyarakat awam memburu obat-obat itu dan muncullah obat bermerek palsu. Ada kesan herbal China sangat efektif hingga dipakai di rumah sakit rujukan COVID-19. “Ini kan sebenarnya secara ekonomi juga merubuhkan pasar dari jamu atau herbal Indonesia juga karena herbal China ini mendapat kesempatan dipakai di rumah sakit rujukan sementara jamu atau herbal Indonesia belum mendapatkan kesempatan tersebut,” kata dia. Di sisi lain, para dokter yang bertugas di rumah sakit rujukan juga sempat bingung karena pada kemasan obat tidak tertulis komposisi obat, lokasi produksi. Di luar kemasan hanya tertera cara penggunaan dan dosisnya. (jwn5/ant)

Antisipasi Dampak Corona, NU Temanggung Bentuk Satgas Ketahanan Pangan

TEMANGGUNG, Jowonews.com – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, membentuk satuan tugas ketahanan pangan (STKP) untuk membantu warga yang terdampak wabah virus corona (COVID-19) di daerah tersebut. Ketua PCNU Kabupaten Temanggung KH. Muhammad Furqon di Temanggung, Selasa, mengatakan STKP bertugas mengumpulkan bahan makanan berupa sembako dari donatur untuk kemudian disalurkan pada mereka yang terdampak wabah virus corona. “Melalui program ini kami berusaha membantu masyarakat dari sisi ketahanan pangan,” katanya. Ia menyampaikan salah satu dampak dari pandemi COVID-19 adalah munculnya masyarakat miskin mendadak, karena perusahaan tempat mereka bekerja usahanya sepi dan tidak lagi mampu menggaji sehingga terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). “Pendapatan mereka berkurang bahkan ada yang tidak lagi mempunyai penghasilan, sementara kehidupan terus berlangsung. Teman-teman yang miskin mendadak ini akan mendapat bantuan berupa sembako,” katanya. Ia menuturkan pendistribusian bantuan dalam dua gelombang, yakni pertama pada awal Ramadhan yang diperoleh antara lain dari zakat harta benda, pendapatan dan berbagai zakat lain termasuk infaq dan shodaqoh. Sedangkan gelombang kedua pada akhir Ramadhan berupa zakat fitrah. Furqon mengajak semua pihak untuk terlibat dalam gerakan tersebut, terutama mereka yang berada dalam masyarakat menengah ke atas serta berkecukupan. Menurut dia jika masyarakat menengah ke atas mau membantu masyarakat di lingkungannya, yang terdampak COVID-19 dan santunan juga diberikan pada mereka secara tepat sasaran yang betul miskin mendadak dan menganggur, virus corona tidak akan menjadi bencana di Kabupaten Temanggung. “Kita harus sampaikan rasa optimisme melalui persatuan dan saling membantu sehingga kita akan dapat melewati wabah virus corona,” katanya.  (jwn5/ant)

Mensos Lempar Masalah Pendataan Penerima Bansos ke Pemda

JJAKARTA, Jowonews.com – Menteri Sosial Juliari Peter Batubara menyampaikan mekanisme pendataan penerima bantuan sosial tidak diatur pemerintah pusat, melainkan diserahkan kepada daerah. “Mekanisme pendataannya atau alokasi per kelurahan/desa, diserahkan full ke daerah. Kami tidak mengatur hal tersebut supaya nanti tidak kacau,” ujar Mensos dalam pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Senin. Mensos mengatakan pasti ada saja warga yang tidak menerima bantuan sosial tersebut. Oleh karenanya dia menekankan penyelesaian dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. “Sudah pasti ada yang tidak menerima (bansos). Makanya penyelesaiannya silahkan pemda atur,” ujar dia. Dia menekankan sejatinya pendataan dana lokasi bansos dapat dibicarakan antarwarga dan dipimpin ketua RW atau kepala desa. “Rakyat kita kan punya semangat gotong-royong. Kalau yang sudah dapat, terus dapat lagi, dikasih ke yang belum dapat. Saya yakin dapat diselesaikan secara kekeluargaan di level warga. Adat kita sudah seperti itu,” ujar dia. (jwn5/ant)

Dokter di Batang yang Positif Corona Bertambah, Kini 4 Orang

BATANG, Jowonews.com – Empat dokter di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, berdasar hasil pemeriksaan swab dinyatakan positif terpapar virus corona (COVID-19), kata Bupati Batang Wihaji. “Kasus virus corona yang menimpa profesi terus bertambah. Jika sebelumnya ada tiga orang, pada Sabtu malam (25/4) kami menerima laporan hasil swab lagi, seorang yang berprofesi dokter terpapar positif COVID-19,” kata Wihaji di Batang, Minggu. Menurut dia, empat dokter tersebut kini 2 orang diisolasi di rumah sakit swasta di Batang, satu dokter dirawat di RSUP Kariadi Semarang, dan satu dokter dinyatakan sembuh. Adapun berdasar data Dinas Kesehatan, kata dia, jumlah kasus COVID-19 dengan status orang dalam pemantau (ODP) sebanyak 151 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) (3 orang), dan PDP meninggal dunia sebanyak 5 orang. Ia yang didampingi Kepala Dinas Kesehatan Muchlasin mengatakan seorang dokter yang terakhir terpapar COVID-19 berdomisili di Kecamatan Limpung dan sekarang yang bersangkutan menjalani isolasi di rumah sakit swasta di Batang. Adapun riwayat perjalanan atau hasil tracking, kata dia, dokter berjenis kelamin perempuan itu terpapar virus corona karena pernah bersentuhan dengan 11 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Sebanyak 11 orang tersebut, kata dia, semula termasuk orang tanpa gejala (OTG) sehingga tentu saja mereka sangat membahayakan bagi orang lain karena mereka bisa beraktivitas seperti biasa. “Oleh karena itu, kami berpesan masyarakat lebih serius lagi dalam penanganan virus corona dengan menerapkan protokol kesehatan, menggunakan masker dan pshycal distanching atau jaga jarak,” katanya. (jwn5/ant)

MUI: Tidak Berpuasa Saat Wabah Corona Tidak Bisa Diganti Fidyah

Jakarta, 22/4 (ANTARA) -JAKARTA, Jowonews.com – Sekretaris Satgas COVID-19 Majelis Ulama Indonesia, KH M Cholil Nafis, mengatakan puasa di saat terjadi wabah COVID-19 saat ini tidak bisa diganti dengan membayar fidyah, kecuali terhadap orang-orang yang sudah ditentukan sesuai syariah. “Jadi tak bisa karena pendemi COVID-19 lalu puasa Ramadhan diganti dengan bayar fidyah,” kata Cholil kepada wartawan di Jakarta, Rabu. Fidyah sendiri mengacu pada istilah dalam agama Islam sebagai kegiatan mengganti kewajiban puasa dengan memberi makan orang miskin. Fidyah merupakan tebusan bagi orang yang tidak melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Atas hal itu, Cholil mengatakan kewajiban fidyah diberlakukan kepada seorang Muslim karena tidak bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan tidak mungkin mengganti puasa yang ditinggalkan di waktu lain satu tahun ke depan. Sedangkan di masa pandemi COVID-19, kata dia, tak ada halangan untuk melaksanakan ibadah bagi yang mampu. Membayar fidyah hanya diberlakukan kepada wanita hamil dan orang menyusui yang karena puasa justru membahayakan dirinya dan atau anaknya. Fidyah, kata dia, juga dibolehkan bagi rang tua yang tak mampu berpuasa karena berusia lanjut. Kemudian orang sakit yang tidak ada harapan sembuh yang tak bisa berpuasa dan orang yang berhutang puasa wajib tapi tidak menggantinya sampai melewati bulan Ramadhan berikutnya. “Ayo tetap puasa karena puasa itu menyehatkan,” kata Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia itu. Dia mengatakan MUI belum pernah menerima pertanyaan atau permintaan fatwa secara resmi dari manapun untuk menetapkan hukum fidyah menggantikan kewajiban puasa Ramadhan karena mewabahnya COVID-19. (jwn5/ant)

Presiden Beri 3 Arahan Mitigasi Dampak Corona ke Sektor Riil

JAKARTA, Jowonews.com – Presiden RI Joko Widodo memberikan tiga arahan terkait upaya mitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor riil melalui Rapat Terbatas “Lanjutan Program Mitigasi Terhadap Sektor Riil” yang diselenggarakan melalui video conference dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu. “Sektor riil menyerap banyak tenaga kerja dan kita harap mereka mampu bertahan dan tidak melakukan PHK. Saya ingin menekankan beberapa hal,” ujar Presiden. Presiden mengatakan, pertama, perlu dilakukan penilaian yang cepat terhadap sektor riil yang terdampak dengan cara memilahnya secara detail terkait sektor apa yang terdampak paling parah, sedang dan mana sektor yang mampu bertahan dan justru bisa mengambil peluang. Kedua, Presiden mengingatkan yang harus dibantu bukan hanya sektor kecil dan menengah melainkan juga sektor usaha mikro. “Usaha mikro, usaha kecil plus usaha menengah penting, sehingga stimulus ekonomi harus menjangkau sektor-sektor ini. Jangan dilupakan yang berkaitan dengan sektor-sektor informal, karena ini juga banyak menampung tenaga kerja,” jelas Presiden. Ketiga, Kepala Negara meminta skema stimulus ekonomi bagi sektor riil ini betul-betul terbuka, transparan dan terukur. “Sektor apa mendapat stimulus apa dan bisa selamatkan tenaga kerja berapa, semuanya dihitung dan saya minta diverifikasi detail, dievaluasi berkala sehingga efektivitas stimulus ekonomi betul-betul bisa dirasakan sektor riil,” ujarnya. Presiden menyampaikan program mitigasi dampak COVID-19 pada sektor riil penting sekali karena sektor ini sangat terpukul oleh pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, Presiden menekankan diperlukan penyelamatan dan stimulus ekonomi yang menyentuh sektor yang paling terdampak. (jwn5/ant)

6 Petugas Kesehatan RSUD Kudus Dikarantina Setelah Kontak dengan Pasien Positif

KUDUS, Jowonews.com – Enam petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi Kudus, Jawa Tengah, menjalani karantina setelah pernah melakukan kontak dengan pasien yang terkonfirmasi positif terjangkit COVID-19.  “Satu di antaranya berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan sudah diisolasi sejak beberapa hari lalu,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kudus Andini Aridewi di Kudus, Minggu. Sementara lima tenaga medis lainnya kini berstatus orang tanpa gejala (OTG) dan mulai dikarantina di mes RSUD Kudus yang sebelumnya dipakai untuk Akbid Kudus. Karantina tim medis tersebut, dilakukan karena sebelumnya mereka menangani pasien berstatus PDP asal Jepara yang dirujuk ke RSUD Loekmono Hadi pada 29 Maret 2020 dalam kondisi hamil. Dua hari kemudian, pasien tersebut dirujuk ke RSUP Kariadi Semarang untuk penanganan lebih lanjut. Pada perkembangannya, pasien tersebut dilakukan tes swab tenggorokan dan hasilnya diketahui positif COVID-19. Sejumlah tenaga medis yang sempat menangani pasien tersebut, kemudian dilakukan tes cepat (rapid test) dan menjalani karantina. Hasil rapid test, salah satunya menunjukkan indikator positif, sedangkan penegakan diagnosis akan dilakukan tes swab. Hasil swab petugas medis yang berstatus PDP diketahui negatif, namun kembali dilakukan swab ulang sambil menunggu masa pemulihan. “Tim medis yang bertugas saat itu, sudah melengkapi dengan alat pelindung diri,” ujarnya. Sementara itu, Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus Abdul Aziz Achyar membenarkan adanya tim medis yang dikarantina setelah kontak dengan pasien yang dinyatakan positif corona.  Demi menjaga keamanan petugas medis, maka semua petugas medis yang bertugas, khususnya di ruang IGD sebagai zona merah harus memakai APD lengkap untuk menghindari penularan virus corona. Pasien yang hendak melakukan operasi, kata dia, juga akan menjalani rapid test terlebih dahulu, meskipun tidak termasuk PDP guna meminimalkan penularan virus corona terhadap tim medis. (jwn5/ant)