Jowonews

Berikut Gejala Umum Long Covid, Mulai Dari Batuk Hingga Kabut Otak

Berikut Gejala Umum Long Covid, Mulai Dari Batuk Hingga Kabut Otak

SEMARANG – Meski kasus COVID-19 disebut sudah terkendali, namun jumlah kasusnya masih terus bertambah setiap hari. Sementara itu, meski sudah dinyatakan bebas dari Covid, sebagian orang masih mengalami efek jangka panjang atau biasa disebut dengan Long Covid. Setidaknya ada 14 gejala efek jangka panjang Covid yang tak bisa dianggap sepele. Dikutip dari laman Centers of Disease Control and Prevention (CDC), lama atau durasi waktu long Covid yang dialami setiap orang berbeda-berbeda. Ada sebagian yang mengalaminya hanya hitungan minggu, namun ada juga hingga beberapa bulan. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, menyebut setidaknya ada 14 gejala umum yang biasa dialami penyintas. Ada yang mengalami hanya satu gejala saja, ada pula yang mengalami beberapa gejala sekaligus. Berikut 14 gejala umum Long COVID menurut CDC Napas pendek Letih dan lelah Sulit konsentrasi dan berpikir (brain fog) Batuk-batuk Sakit kepala Nyeri otot Jantung berdebar Perubahan mood Diare Masalah tidur Pusing dan sakit kepala Perubahan indra pengecap atau perasa Perubahan siklus menstruasi Rasa seperti tertusuk-tusuk jarum. Adapun di Indonesia, menurut Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, gejala long Covid yang paling banyak dilaporkan di Indonesia adalah kabut otak atau sulit untuk berkosentrasi. Penyakit yang biasa juga disebut dengan brain frog ini banyak dialami para tenaga kesehatan (nakes) yang pernah terinveksi varian Omicron. Siapa yang Berisiko Terkena Long Covid? Berdasarkan informasi daro Satgas Perubahan Perilaku, perempuan lebih berisiko mengalami long Covid dibandingkan laki-laki. Selain itu, usia 35-49 tahun memiliki risiko tertinggi dalam mengalami long Covid. Data di atas berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 21.622 responden yang dites pada 6 Maret 2021 hingga 26 April 2021 di Inggris.

Ini Perbedaan Demam Dengue dan Covid-19

JAKARTA, Jowonews- Banyak orang kesulitan membedakan gejala demam pada penderita dengue dengan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Padahal keduanya memiliki pola yang berbeda. “Fase demam pada dengue terjadi akibat viremia, artinya di dalam darah ada virus. Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat penurun panas, karena penyebabnya pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh seperti mikroorganisme dan toksin,” kata dokter spesialis penyakit dalam Erni Juwita Nelwan dalam acara Temu Media Virtual bertajuk Asean Dengue Day 2021 yang dipantau di Jakarta, Kamis (10/6). Dokter yang aktif di Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu mengatakan gejala demam pada penderita dengue yang dipicu gigitan nyamuk Aedes aegypti betina memiliki rentang waktu sekitar tiga hari. Selain itu, gejala demam yang terjadi pada pasien dengue langsung ditandai suhu tubuh yang melonjak tinggi sebab virus sudah lebih dulu berinkubasi. Menurut Erni, asupan obat penurun panas dalam tiga hari gejala demam bagi pasien dengue tidak akan bertahan lama, biasanya penurunan suhu tubuh terjadi hanya setengah jam, lalu naik lagi. Kondisi tersebut, kata Erni, berbeda dengan demam yang dialami pasien Covid-19 sebab disertai dengan gejala respirasi lebih dominan seperti sesak napas, batuk, sakit saat menelan, kehilangan kemampuan penciuman, tidak bisa merasakan makanan dan lainnya. Erni mengatakan penyakit dengue juga memiliki karakteristik sakit kepala yang khas, yakni di sekitar kening atau di belakang bola mata pada dewasa. “Demam dan sakit kepala yang khas pada penderita dengue bisa menjadi petunjuk awal bagi tim medis dalam melakukan langkah lanjutan mendeteksi dengue,” katanya. Pada acara yang sama, Dokter Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Mulya Rahma Karyanti mengatakan gejala dengue pada anak ditandai dengan panas akut secara mendadak dan memiliki ruam memerah yang khas pada wajah anak. “Kalau pada Covid-19 tidak mengakibatkan wajah anak memerah yang khas. Yang dominan pada dengue adalah demam, sakit kepala dan batuk serta pileknya lebih ringan dibandingkan Covid-19,” katanya. Dengue pada usia anak juga kerap disertai dengan muntah dan sakit perut sedangkan demam pada Covid-19 terjadi dalam kurun waktu lima hingga tujuh hari dan disertai batuk serta pilek. “Setelah hari ketiga panasnya turun, itu harus diperhatikan pada anak-anak. Karena memasuki fase kritis dan bisa meninggal kalau tidak diberikan obat cairan khusus,” katanya.

Masyarakat Diminta Tak Lakukan Takbir Keliling

BATANG, Jowonews- Masyarakat diminta tidak melakukan pawai takbir keliling pada Lebaran 2021 karena saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. “Takbir berkeliling akan memancing menimbulkan kerumunan sehingga berpotensi terhadap penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, seyogianya tidak melakukan hal itu. Lebih baik di rumah saja,” kata Kapolres Batang AKBP Edwin Louis Sengka di Batang, Selasa (4/5). Menurut dia, pihaknya akan melakukan penyuluhan dan menginformasikan masalah itu melalui media sosial, selebaran, dan pemasangan spanduk agar masyarakat tidak melakukan takbir keliling. “Saat ini kami juga masih menunggu peraturan dari Kementerian Agama terkait dengan masalah takbir keliling. Akan tetapi, untuk antisipasi sementara dalam pencegahan Covid-19, kami mengimbau masyarakat tidak pawai takbir keliling,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Demikian pula terkait dengan tradisi pelepasan balon, kata Edwin, masyarakat tidak melakukan hal tersebut karena kegiatan itu akan berbahaya terhadap jalur lalu lintas penerbangan. Menyinggung soal persiapan menghadapi Lebaran 2021 di tengah pandemi Covid-19, dia mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan lima pos pengamanan (pospam) dan satu pos pelayanan (posyan) di sejumlah titik. Seperti pintu exit tol Kalibeluk, Kandeman, rest area KM 360, rest area KM 379, jalur pantura RM Luwes, dan Alun-Alun Batang. Selain itu, pada operasi Ketupat Candi 2021, pihaknya juga akan menyiagakan sebanyak 569 personel terdiri atas 310 personel dari polres, Brimob 25 personel, Kodim 0736 Batang sebanyak 30 personel, dan instansi 204 orang. “Pada operasi Ketupat Candi 2021, kami akan menyiagakan petugas pengamanan tertutup, artinya mereka berpakaian preman dan petugas pengamanan terbuka, yaitu polisi berpakaian uniform secara lengkap,” katanya.

Pemkab Kudus Ancam Bubarkan Kerumunan di Pusat Perbelanjaan

KUDUS, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Kudus mengancam akan membubarkan pengunjung pusat perbelanjaan yang melampaui kapasitas yang ditetapkan dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 di daerah itu. “Kami sudah memperingatkan semua pengelola pusat perbelanjaan agar mematuhi protokol kesehatan, termasuk membatasi jumlah pengunjungnya. Tindakan kami tegas, kerumunan di Mall Ramayana Kudus pada Minggu (2/5) malam langsung saya bubarkan karena melampaui kapasitas pengunjungnya,” kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Senin (3/5). Padahal, kata dia, saat itu belum saatnya tutup. Namun karena pengunjungnya berjubel dan melampaui kapasitas yang seharusnya dipatuhi sebesar 50 persen dari total kapasitas, akhirnya diminta bubar. Ia juga mengingatkan jika masih terjadi pelanggaran serupa, maka izin usahanya juga akan dicabut. Hal itu, berlaku untuk pusat perbelanjaan yang lainnya untuk tetap mematuhi protokol kesehatan karena saat ini masih masa pandemi Covid-19 dan harus ada petugas jaga. “Jangan sampai kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus saat lebaran nanti justru melonjak. Kami sudah memberikan kelonggaran kepada pelaku usaha, tetapi protokol kesehatannya tetap harus dipatuhi,” ujarnya sebagaiman dilansir Antara. Kerumunan lain yang dibubarkan, yakni di kawasan Alun-alun Kudus karena mencapai ribuan orang berkerumun di kawasan alun-alun tersebut. Nantinya di kawasan Alun-alun Kudus harus bersih dari kendaraan yang parkir karena yang boleh parkir hanya saat shalat tarawih di Masjid Agung. Selebihnya harus steril dari kendaraan parkir karena pemicu kerumunan tersedianya tempat parkir tersebut. Pemkab Kudus juga akan menggandeng kepolisian dalam membubarkan kerumunan yang terjadi di tempat-tempat umum, mulai dari pusat perbelanjaan, alun-alun dan kawasan Balai Jagong Kudus.

GeNose Mampu Deteksi Varian Baru Covid-19

YOGYAKARTA, Jowonews- Alat screening dan diagnostik Covid-19 berbasis embusan napas “GeNose C19” dipastikan tetap mampu mendeteksi infeksi Covid-19 dengan varian baru. “Dengan adanya varian-varian baru yang beredar, kami yakin GeNose tetap bisa menjaga akurasinya,” kata Juru bicara Tim Pengembang GeNose C19 Mohamad Saifudin Hakim saat jumpa pers secara luring dan daring di University Club UGM, Yogyakarta, Jumat (30/4). Saifudin menjelaskan, GeNose tidak mendeteksi virus secara langsung. Alat buatan para peneliti UGM itu selama ini mendeteksi hasil metabolisme tubuh, berupa volatile organic compound (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap pada embusan napas seseorang. Menurut dia, pola VOC yang dihasilkan dari seseorang atau pasien yang terinfeksi Covid-19 dari bermacam-macam varian tetap tidak mengalami perubahan. Dengan teori itu, Saifudin meyakini berbagai varian Covid-19 yang muncul tidak akan mengurangi kemampuan deteksi dari GeNose. Selain itu, lanjut dia, komponen kecerdasan buatan (AI) yang diterapkan dalam mesin GeNose juga akan terus diperbarui. Berbagai data, kata dia, akan dikenalkan pada sistem AI tersebut sehingga mampu menjaga akurasi kemampuan deteksi GeNose. “Banyaknya data yang akan dilatihkan di sistem AI tersebut sehingga itu menjadi metode lain untuk menjaga akurasi GeNose C19 tetap terjaga,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Uji validasi ekternal oleh tim independen UGM, menurut dia, akan semakin menambah kepastian alat itu mampu mendeteksi berbagai varian Covid-19. Dalam uji validasi itu, sejumlah pakar dari berbagai universitas bakal dilibatkan, termasuk dari Universitas Andalas, Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga. “Uji validitas eksternal dilakukan di saat-saat ini ketika varian tersebut beredar, sehingga kita bisa melihat hasilnya ke depan. Tapi pada dasarnya kami tetap confidence performa GeNose tidak akan mengalami banyak perubahan,” ujar Saifudin.

Pemerintah Minta Masyarakat Patuhi Larangan Mudik

JAKARTA, Jowonews- Pemerintah meminta masyarakat patuhi larangan mudik Lebaran. Hal ini untuk menghindari peningkatan kasus usai periode libur panjang. “Seperti sudah beberapa kali kami sampaikan bahwa dalam libur panjang selama ini selalu diikuti dengan peningkatan kasus sejak tahun lalu,” tegas Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (23/4). Karena itu pemerintah mengeluarkan larangan mudik yang berlaku pada periode 6-17 Mei 2021 dan pengetatan mobilitas perjalanan dalam negeri pada periode sebelum masa larangan mudik dan sesudahnya. Yaitu 22 April hingga 5 Mei 2021 dan 18 Mei hingga 24 Mei 2021. Ketentuan larangan mudik dan pengetatan mobilitas itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 selama Ramadhan serta addendum yang mengaturnya. “Pemerintah ingin betul-betul menjaga pada saat Ramadhan dan Idul Fitri ini tidak memicu peningkatan kasus setelah Bulan Ramadhan dan juga dengan libur Idul Fitri,” ujar Wiku sebagaimana dilansir Antara. Dalam konferensi pers tersebut Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan juga mengatakan MUI bersama organisasi kemasyarakatan lain akan terus mendorong literasi, sosialisasi dan edukasi pentingnya protokol kesehatan. “Sehingga dengan mementingkan protokol kesehatan ini maka kita akan merasa nyaman, aman dan diri kita termasuk sudah memberikan kontribusi kepada masyarakat tidak menimbulkan penularan atau kasus-kasus penyebaran Covid-19,” katanya. Amirsyah juga menegaskan protokol kesehatan sangat penting untuk dilakukan dan merupakan bagian dari ibadah.

Jalani Perawatan Covid-19, Shin Tae-yong Pulang ke Korsel

JAKARTA, Jowonews- PSSI menyatakan rencana kepulangan Pelatih Timnas asal Korea Selatan Shin Tae-yong ke negaranya murni merupakan keinginan dari pihak keluarga, dan keluarga juga telah menyanggupi pembiayaannya. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PSSI Yunus Nusi menanggapi kabar miring mengenai kondisi Shin Tae-yong yang kini sudah kembali ke negaranya untuk menjalani pemulihan setelah terpapar Covid-19.  “Pihak kedutaan datang berkunjung ke PSSI dan langsung ketemu saya, Wakil Sekjen PSSI, Direktur Teknik Indra Sjafri dan dokter timnas. Pertemuan itu berlangsung pada 26 Maret 2021,” kata Yunus di Jakarta, Senin (29/3). Dalam pertemuan tersebut, disampaikan bahwa pihak keluarga, yakni istri dari Shin Tae Yong meminta izin kepada PSSI untuk mengajak pelatih timnas tersebut pulang dulu ke Korea Selatan guna menjalani proses penyembuhan dan pemulihan akibat Covid-19.  “Mereka (keluarga Shin Tae-yong) sekaligus menyampaikan kepada kami bahwa segala biaya yang timbul akan ditanggung oleh pihak keluarga, bukan pihak kedutaan, seperti informasi yang beredar,” jelas Yunus sebagaimana dilansir Antara. Ia menambahkan agen pelatih timnas Jun juga telah menyampaikan kepada Wasekjen PSSI untuk membawa pulang Shin Tae-yong ke Korea Selatan.  “Mereka membuat surat pernyataan yang menyebutkan bahwa pembiayaan kepulangan pelatih timnas tersebut akan ditanggung pihak keluarga,” jelas Yunus.  Menurut dia, ada kontrak profesional yang harus saling dihargai, dan pihak keluarga Shin Tae-yong dapat memahami sepenuhnya. Sejauh ini, sambungnya, PSSI telah berupaya maksimal untuk bertanggung jawab atas kondisi pelatih timnas tersebut, termasuk membiayai perawatan Shin Tae-yong selama menjalani perawatan kesehatan di rumah sakit di Jakarta.  Sebelumnya, kantor berita Korea Selatan Yonhap menyebut PSSI tidak membiayai transportasi kepulangan Shin Tae-yong ke Korea Selatan.  Shin Tae-yong sudah dinyatakan negatif Covid-19 sejak Jumat (26/3) lalu setelah dirawat secara intensif selama sepekan di rumah sakit di Jakarta. Dia pun dilaporkan terbang menuju ke Korea Selatan pada Sabtu (27/3) pagi WIB dengan menggunakan ambulans udara. Pria berusia 51 tahun itu akan melanjutkan perawatan di Seoul karena penyakit kronisnya makin parah.  Yonhap mengabarkan Shin Tae-yong menanggung ongkos kepulangannya sendiri dengan difasilitasi ambulans udara oleh Kedubes Korea Selatan. Sementara biaya ambulans udara dari Jakarta menuju Bandara Incheon ditaksir mencapai 130 juta won atau setara dengan Rp1,6 miliar. 

Presiden: Jangan Lengah!

JAKARTA, Jowonews- Presiden Joko Widodo mengingatkan para bupati agar tidak lengah meski kasus harian COVID-19 terus menurun. “Saya titip penanganan pandemik Covid-19, sekali lagi jangan lengah sedikit pun,” kata Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Jumat (26/3). Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat membuka Musyawarah Nasional V Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Tahun 2021 yang dihadiri oleh Ketua APKASI Abdullah Azwar Annas, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Pratikno serta jajaran pengurus APKASI yang hadir di istana maupun melalui “video conference”. “Saya cek kabupaten dan kota dan provinsi selalu saya cek kasus harian, turun, turun, yang sembuh makin banyak tapi tetap lakukan ‘test’, ‘tracing’ dan ‘treatment’, tes, lacak kemudian diisolasi, dirawat, jangan sampai lepas dari ini terutama yang masih zona merah, zona oranye/jingga, harus ditekan terus agar masuk zona hijau,” tutur Presiden sebagaimana dilansir Antara. Menurut Presiden, menangani Covid-19 bukan hanya mengurus soal kesehatan, tapi juga terkait dengan pertumbuhan ekonomi kota, kabupaten, provinsi hingga ekonomi nasional. “Tidak mudah. begitu dilonggarkan di satu sektor, kita intip Covid-nya naik tidak? Begitu naik, setop, para bupati juga harus seperti itu. Lihat dibuka sekolah tatap muka terbatas, dicek betul ada kasus harian naik atau tidak? Begitu naik, hati-hati harus ada kebijakan yang cepat, begitu juga kalau buka pasar, kalau Covid-nya kok naik 2 kali langsung setop, kalau tidak, Covid tidak dapat karena naik terus, ekonomi juga tidak dapat turun terus,” ujar Presiden menjelaskan. Menurut Presiden Jokowi, tugas pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan pandemik Covid-19 belum berakhir karena risiko penyebaran Covid-19 masih ada dan juga aktivitas ekonomi yang terus digerakkan. “Saya setiap pagi selalu dapat ‘briefing’ angka seperti ini. Di Eropa, di India yang sudah turun tahu-tahu melompat sampai 3-4 kali lipat Covid-nya. Kita alhamdulillah di Januari pernah di angka 13 ribu, 14 ribu bahkan 15 ribu kasus harian, sekarang kita sudah turun dan berada di angka 5-6 ribu dan akan terus kita turunkan,” ungkap Presiden. Berdasarkan data Satgas Covid-19 per 25 Maret 2021, penambahan kasus positif COVID-19 adalah 6.107 orang dengan total kasus aktif adalah 125.279 orang, sedangkan pasien yang sembuh adalah 1.317.199 orang namun yang meninggal karena COVID-19 sudah mencapai 40.081 jiwa. “Coba lihat India 59 ribu kasus harian, Brazil 90.500 kasus harian, Amerika Serikat 66 ribu, ini harus menjadi kehati-hatian kita semua jangan merasa sudah 5.000 langsung kewaspadaan kita, dan kita lengah, hati-hati,” ucap Presiden menegaskan. Apalagi menurut Presiden Jokowi, virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak terlihat. “Barang ini tidak kelihatan, di mana juga kita tidak tahu, lewatnya apa kita tidak tahu media penularan-nya juga kita tidak tahu, sebab itu satu-satunya jalan tetap waspada dan jangan lengah,” kata Presiden.