Jowonews

Wacana Kawasan Dieng Ditetapkan Sebagai Geopark Nasional Akan Terwujud

Kawasan Dieng

WONOSOBO – Wacana kawasan Dieng akan dikembangkan menjadi geopark nasional hingga geopark global mulai terwujud. Diskusi panel penyusunan Master Plan Pengembangan Dieng Geopark digelar di Ruang Anggrek Tambi Resort and Tea Kejajar, Kabupaten Wonosobo pada Kamis (23/2/2023). Kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan dalam pengembangan Dieng Geopark dengan partisipasi dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Selain itu, kegiatan ini juga diawasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bappenas, dan Kementerian ESDM. Menurut Kepala Bappeda Kabupaten Wonosobo, Jaelan mengungkapkan, pembahasan tentang Dieng Geopark sudah berlangsung cukup lama sejak 2015. Kawasan Dieng merupakan kawasan dengan warisan geologi yang berharga dan beragam. Selain itu, kawasan Dieng masih mempertahankan kesatuan keragaman budaya, keanekaragaman hayati yang menyatu di dalamnya. Semua itu nantinya akan dikembangkan dengan tiga pilar utama yaitu konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal. Ada 23 geosite yang nantinya masuk dalam kawasan Dieng Geopark. Terdiri dari 10 geosite di kawasan Dieng Wonosobo dan 13 geosite di kawasan Dieng Banjarnegara. Ke-10 geosite yang masuk dalam wilayah Wonosobo adalah Telaga Menjer, Kompleks Telaga Warna, Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Gunung Api Pakuwaja, Bukit Prambanan, Gunung Seroja, Gunung Bisma, Bukit Sidede dan Tuk Bimo Lukar. “Penyiapan Masterplan Pengembangan Dieng Geopark sudah dilakukan setelah kita berjuang sejak awal tahun 2022. Kami ke Bappenas untuk memfasilitasi persiapan ini,” ujarnya dikutip dari Tribunjateng.com, Kamis (23/2/2023). Sebelumnya telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara yang juga membahas masalah ini. “Untuk mengidentifikasi National Geopark setelah menyusun rencana induk ini, saya berharap ke depannya juga bisa ditetapkan sebagai Global Geopark,” ujarnya. Penyusunan Master Plan Pengembangan Dieng Geopark diharapkan selesai pada September 2023. Untuk mendukung hal tersebut, kedua pemerintah daerah yang terlibat telah menganggarkan untuk kegiatan ini. “Mudah-mudahan tahun ini pengakuan kawasan Dieng sebagai geopark nasional bisa terwujud,” imbuhnya. Diharapkan setelah diakui sebagai geopark nasional akan membantu meningkatkan sektor ekonomi masyarakat Dieng.  

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng, Negeri Para Dewa

Asal Usul Nama Dieng diambil dari bahasa Jawa kawi yang berarti tempat para dewa berada. Dieng merupakan dataran tinggi yang memiliki banyak kawah aktif hingga saat ini. Dataran Tinggi Dieng yang membentang di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Jawa Tengah, merupakan kawasan pegunungan dengan sejarah geologis yang panjang. Proses geologis yang terjadi di sana telah menciptakan kawah dan danau yang tersebar di beberapa tempat. Meski kini dijadikan objek wisata, Dieng sebenarnya merupakan gunung api aktif yang rutin dipantau oleh Badan Geologi. Ahli vulkanologi melaporkan bahwa Dataran Tinggi Dieng terjadi 3,6 juta tahun yang lalu sekitar 2.500 tahun yang lalu. Di Dieng, terjadi fase letusan Gunung Prau yang disusul letusan di kawasan kaldera. Serta yang termuda dimulai 8.500 tahun yang lalu ketika terjadi letusan gunung api berbentuk kerucut di selatan Dieng. Masyarakat umum mengenal Dieng sebagai tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah bak surga. Dihimpun dari berbagai sumber, asal usul nama Dieng berasal dari bahasa Jawa Kawi yang terdiri dari dua kata. Yaitu, Di berarti tempat atau gunung dan Hyang berarti Tuhan. Jadi, Dieng secara harfiah berarti Gunung tempat para Dewa berada. Para ahli mengatakan bahwa Dieng bukanlah gunung api yang mengacu pada satu gunung api. Namun kompleks vulkanik yang mengarah ke kawasan Dieng ini merupakan rangkaian gunung api yang tercipta dari magma bawah tanah dalam jumlah besar. Dari citra satelit, kawasan Dieng terlihat seperti massa vulkanik besar yang hancur akibat letusan. Ini kemudian membentuk puncak gunung api baru di sekitar gunung api tua di tengah Cekungan Dieng. Gunung Api Dieng terbentuk dari subduksi lempeng samudera Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Sundaland. Gunung api Dieng terbentuk dari masa Pleistosen (2,58 juta tahun yang lalu) hingga Holosen. Meski merupakan gunung api, potensi bencana tidak terjadi berupa letusan, lelehan lahar, maupun hujan abu. Ancaman utama terletak pada rangkaian kawah aktif yang mengeluarkan gas belerang dengan konsentrasi tinggi. Kawah Dieng Beberapa kawah yang masih aktif di Dieng adalah kawah Sinila, Sikidang, Sileri dan Timbang. Dari sederet kawah, Dinas Geologi menyebut Timbang adalah yang paling berbahaya karena mengandung gas beracun dalam jumlah besar. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Kawah Timbang memiliki retakan berisi gas berbahaya. Jika aktivitas meningkat, kawah akan mengeluarkan gas berupa hidrogen sulfida dan karbon dioksida yang bersifat racun dan membahayakan kehidupan organisme. Lokasi kawah ini cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, aktivitasnya saat ini terus mendapatkan perhatian.

Pesta Lampion dan Jazz Atas Awan Akan Hadir Kembali di Dieng Culture Festival 2022

Pesta Lampion Dieng Culture Festival

BANJARNEGARA – Dieng Culture Festival (DCF) 2022 akan kembali disemarakkan dengan Pesta lampion dan Jazz Atas Awan. Selama pandemi COVID-19 penyelenggaran DCF digelar sederhana secara hybrid. Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Alif Fauzi mengatakan Dieng Culture Festival tahun ini akan dilaksanakan seperti sebelum pandemi. Beberapa kegiatan yang sebelumnya pernah dilakukan akan kembali disajikan. “Selain ruwat rambut gimbal, juga ada kirab budaya, Jazz Atas Awan dan festival kopi. Termasuk pesta lampion juga akan digelar kembali,” kata Alif, dikutip dari Detik Jateng, Rabu (6/7/2022). Sementara itu terkait tiket acara, lanjutnya, panitia akan menggabung tiket Dieng Culture Festival dengan homestay. Hal ini berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya, beberapa wisatawan yang telah mendapatkan tiket DCF, tapi tidak mendapatkan homestay. “Dari pengalaman sebelumnya, sekarang tiket DCF sudah termasuk dengan homestay. Karena dulu ada yang sudah beli tiket DCF, tapi tidak dapat homestay. Atau sebaliknya dapat homestay, tapi tidak dapat tiket DFC,” terangnya. Ia mengatakan untuk saat ini panitia belum membuka pendaftaran atau pembelian tiket DCF. Panitia masih dalam koordinasi dengan para pemilik homestay. Ia menghimbau kepada wisatawan agar memantau Instagram DCF untuk mendapatkan pembaharuan informasi lebih lanjut. Perlu diketahui, Dieng Culture Festival (DCF) tahun ini rencananya akan dilaksanakan tanggal 2 sampai 4 September 2022. Rangkaian acara juga sama seperti sebelum pandemi COVID-19. Misalnya, jika saat pandemi acara berlangsung dan berpusat di rumah budaya Dieng, tahun ini akan kembali dipusatkan di kompleks Candi Arjuna.

Banjarnegara & Wonosobo Bisa Bersinergi Optimalkan Dieng

BANJARNEGARA, Jowonews– Komisi E DPRD Jawa Tengah melihat penataan kawasan situs cagar budaya Dieng Pleteau atau dataran tinggi Dieng di Banjarnegara, Senin (20/9/2021), sudah semakin baik. Sekretaris Komisi E Sri Ruwiyati dalam kesempatan itu berharap, dengan penataan kawasan yang optimal tersebut perlu disinergikan dengan kebijakan dua daerah yakni Banjarnegara dan Wonosobo agar objek wisata tersebut benar-benar menjadi destinasi unggulan di Jateng. Secara topografi objek wisata Dieng berada di Banjarnegara dan Wonosobo. “Banjarnegara dan Wonosobo harus bersatu, bergotong royong menjadi satu kekuatan mengoptimalkan serta mengelola objek wisata Dieng dengan maksimal,” jelasnya. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Sukronedi menjelaskan, fungsi balai yang ada di kawasan dataran tinggi Dieng ini adalah melakukan pelestarian cagar budaya, perlindungan, serta pengembangan dan pemanfaatan. “Balai Pelestarian mengembangkan nilai-nilai penting dari suatu cagar budaya untuk bisa dilestarikan agar generasi mendatang bisa turut mengetahui kekayaan budaya kita. Terpenting juga adalah bagaiama cagar budaya bisa dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar, Jawa Tengah hingga ke seluruh Indonesia,” katanya. Menyikapi hal itu, Sri Ruwiyati mendukung pemeliharaan dan penanganan Candi yang ada di Kawasan dataran tinggi Dieng. Ke depan perlu menjalin kerja sama yang lebih baik agar dapat bersinergi antarOPD. Kawasan objek Wisata Dieng ini mampu meningkatkan potensi ekonomi sehingga mampu menyejahterakan masyarakat sekitar kawasan Dieng.

Jangan Dekati Kawah Sileri!

BANJARNEGARA, Jowonews- Masyarakat dan wisatawan diminta tidak mendekati Kawah Sileri setidaknya dalam radius 500 meter guna menjaga jarak aman. “Masyarakat dan wisatawan agar tidak mendekati Kawah Sileri dalam radius 500 meter dari bibir kawah, mengingat kemarin sempat terjadi erupsi freatik Kawah Sileri, Kawasan Dataran Tinggi Dieng,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara Agung Yusianto di Banjarnegara, Jumat (30/4). Dia mengatakan pada saat ini Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng tidak ditutup dan masih bisa dikunjungi wisatawan, kendati terjadi erupsi di Kawah Sileri pada Kamis (29/4) pukul 18.25 WIB. “Kebijakan tersebut diambil mengingat lokasi Kawah Sileri sangat berjauhan dari objek wisata lain seperti Candi Arjuna dan Kawah Sikidang, jaraknya sekitar tiga kilometer lebih. Namun wisatawan agar tetap mematuhi jarak aman dan tidak mendekati Kawah Sileri dalam radius 500 meter,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Untuk itu, Pemkab Banjarnegara, mengingatkan agar wisatawan selalu berhati-hati dan selalu mengikuti anjuran dari pemerintah. Sebelumnya, BPBD Banjarnegara menginformasikan bahwa telah terjadi erupsi dengan jenis erupsi freatik di Kawah Sileri, Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Banjarnegara,. Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Andri Sulistyo menjelaskan erupsi freatik tersebut terjadi dengan lontaran material sekitar 400 meter ke arah selatan. Pada saat ini, tim masih melakukan pemantauan guna mengantisipasi adanya bencana susulan. Selain itu, tim juga telah melakukan pengamanan mengingat jalan di sekitar lokasi kejadian sangat licin akibat material lumpur dan batu yang berasal dari lontaran kawah. BPBD Banjarnegara mengimbau kepada masyarakat di wilayah setempat untuk tetap waspada dan jangan panik serta jangan mudah mempercayai kabar berita yang belum jelas kebenarannya atau hoaks. “Warga kami imbau agar selalu waspada namun jangan panik dan jangan mudah percaya berita hoaks atau berita bohong yang belum jelas kebenarannya,” katanya. Aris juga menegaskan BPBD Banjarnegata akan terus menginformasikan perkembangan situasi terkini kepada masyarakat.