Jowonews

Siswa MTs N 4 Banjarnegara Ciptakan Robot Pembasmi Nyamuk

Siswa MTs N 4 Banjarnegara Ciptakan Robot Pembasmi Nyamuk

BANJARNEGARA – Siswa MTs Negeri 4 Banjarnegara berhasil menciptakan robot pembasmi nyamuk dan anti serangga. Uniknya, robot ini dibuat dari bahan daur ulang atau bahan limbah. Robot yang diberi nama Zimda ini dapat mengontrol atau bergerak di sekitar ruangan secara otomatis menggunakan sensor gerak. Pembuatan robot pembunuh serangga ini lahir dari keresahan para siswa yang mana sekolahnya terletak di dekat sawah dan ladang. Saat musim hujan, banyak serangga dan nyamuk yang masuk ke dalam kelas dan mengganggu proses pembelajaran. Akhirnya para siswa kreatif yang tergabung dalam ekstrakurikuler robotik ini menciptakan robot ini pembasmi nyamuk dan serangga ini. Untuk menekan biaya, sebagian besar bahan robot dibuat dari bahan daur ulang, seperti karton bekas, roda mainan, dan parfum. “Perangkat ini menggunakan sumber tenaga baterai dan menggunakan sensor gerak. Robot ini dapat bekerja sendiri dan mengemudi secara mandiri. Saat sensor menangkap nyamuk, alat akan langsung menyemprot secara otomatis,” kata Zaenal, siswa MTs Negeri 4 Banjarnegara. “Cairan tersebut mengandung obat nyamuk dan serangga. Jadi ketika sedang banyak wabah, alat ini bisa mencegah penyebaran nyamuk pembawa penyakit di sekolah,” ujarnya. Robot Zimda telah digunakan di dalam ruang kelas, terutama saat terdapat banyak nyamuk. “Berkat robot ini, siswa kini bisa fokus belajar dan terhindar dari ancaman nyamuk penyebar penyakit,” kata Bowo, kepala MTsN 4 Banjarnegara. Robot Zimda ini akan terus diperbaiki dan ditingkatkan fungsinya. Para siswa berharap di masa depan akan ada pembuatan lebih banyak robot yang bisa digunakan oleh orang-orang dengan tujuan untuk memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.

PENGUATAN DEMOKRASI PANCASILA: Peran Masyarakat Tangani Konflik Sosial

Bambang Eko Purnomo

BANJARNEGARA – Dalam dinamika nasional, seringkali timbul ketidakstabilan di setiap wilayah. Seperti ideologi terorisme/ radikalisme, peredaran obat terlarang, pertikaian partai politik, dan pertikaian sosial (isu SARA dan sosial/ budaya). Dalam penanganan pertikaian sosial itu sendiri, tidak hanya pemerintah atau lembaga tertentu tapi masyarakat juga perlu berpartisipasi untuk mencegahnya. Penegasan itu disampaikan Anggota DPRD Provinsi Jateng Bambang Eko Purnomo dalam kegiatan ‘Sosialisasi Penguatan Demokrasi Daerah (PDD)’ yang digelar di Aula Pikas Kabupaten Banjarnegara, Rabu (9/8/2023). Ia mengatakan konflik sosial merupakan perseteruan antarmasyarakat yang berakibat ketidakamanan. Dampaknya, kondisi itu memunculkan instabilitas nasional sehingga menghambat pembangunan, baik nasional maupun daerah. “Ada sejumlah kondisi yang mampu memicu konflik sosial seperti tempat hiburan, suporter sepakbola, antarormas, antarkelompok, aliran agama, sengketa lahan, transportasi, dan pemilu,” paparnya. Ada beberapa upaya agar masyarakat lebih berperan aktif dalam pencegahan konflik sosial. Diantaranya masyarakat dapat lebih waspada terhadap beberapa kasus di lingkungannya, mampu menjalin komunikasi yang baik antarpihak, merangkul tokoh agama-adat-& masyarakat, dan selalu bersikap menjaga kerukunan. “Masyarakat kita merupakan masyarakat yang komunal, yang sering berkumpul. Dari kondisi itu, diakui, sering muncul konflik sosial. Namun juga, komunal tersebut juga bisa berperan dalam pembangunan daerah,” jelasnya. Ia juga berharap pemerintah harus terus meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai keberagaman yang ada di Indonesia. Sehingga, musyawarah dan kearifan lokal bisa diwujudkan di tengah masyarakat yang majemuk ini. “Dengan demikian, masyarakat pun mampu menciptakan stabilitas nasional,” pungkasnya.

Kandang Kambing di Banjarnegara Sekilas Seperti Villa, Ada Tamannya Juga

Kandang Kambing Banjarnegara

BANJARNEGARA – Kandang kambing sering kali terkesan kotor dan berbau. Meski demikian, di Desa Linggasari, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, terdapat kandang kambing yang berbeda. Kandang kambing ini tidak hanya terlihat bersih, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan gazebo yang indah. Ketika Anda mengunjungi lokasi ini, Anda akan melihat bangunan berbentuk segitiga di tengah-tengah pepohonan yang terlihat seperti kompleks vila. Di dalamnya terdapat taman dan bangunan gazebo yang menawan. Namun, siapa yang menyangka bahwa bangunan estetik ini sebenarnya adalah kandang kambing. Kandang ini dibuat seperti rumah panggung dengan menggunakan kayu yang dipelitur. Dilansir dari Detik Jateng, Gunpar (43), warga Desa Linggasari, adalah pemilik kandang kambing ini. Ide membuat kandang ini muncul ketika ia ingin membuat usaha peternakan yang ramah lingkungan. “Awalnya kami ingin membuat usaha yang tidak merusak lingkungan dan dapat diterima di lingkungan. Karena usaha peternakan bisa mengeluarkan bau yang mengganggu tetangga,” ujar Gunpar saat ditemui di kandang kambingnya pada Minggu (25/6/2023). Namun, setelah dijalankan, kandang yang dibuat bersih dan ramah lingkungan ini membuat kondisi hewan ternak menjadi lebih sehat. Selain itu, Gunpar juga merasa betah berlama-lama di dalam kandang. “Saat ini kami merasa nyaman. Kami bisa berlama-lama di sini (di kandang). Hewan ternak kami juga menjadi lebih sehat,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa pembuatan kandang memakan waktu sekitar enam bulan dan baru mulai dihuni pada bulan Desember tahun lalu. Kandang yang dibangun memiliki kompleks yang luasnya mencapai 700 meter persegi. Biaya pembuatan kandang saja sekitar Rp 18 juta, belum termasuk taman, gazebo, dan fasilitas lainnya. Gunpar mengaku bahwa perawatan delapan ekor kambing etawa miliknya tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, ia selalu rutin membersihkan kandang dan tempat pakan agar kambing-kambing tersebut tetap sehat. “Perawatan kambing saya tidak terlalu spesial, tetapi saya selalu membersihkan kandang dan tempat pakan secara rutin agar kambing-kambing saya tetap sehat,” tambahnya. Foto Dok. Detik Jateng

Ferry Beri Dua Jempol Ebegfest Jadi Ajang Tampil Seniman Kuda Lumping Banjarnegara

Ferry Beri Dua Jempol Ebegfest Jadi Ajang Tampil Seniman Kuda Lumping Banjarnegara

BANJARNEGARA –  Festival Ebeg atau Ebegfest di Alun-alun Kota telah menutup rangkaian peringatan Hari Jadi ke-452 Banjarnegara. Pada Sabtu (11/3/2023), Wakil Ketua DPRD Ferry Wawan Cahyono tak ingin ketinggalan untuk menyaksikan pergelaran aneka kreasi kesenian ebeg atau kuda lumping yang sudan menjadi ikon Banjarnegara. Selama dua hari, mulai Jumat (10/3/2023), sebanyak 50 kelompok kesenian memamerkan olah tangkas serta keseragaman dalam memainkan kuda lumping. Ferry pun kagum dengan komitmen dan konsistensi para penari ebeg itu. Bahkan daerah pun masih memberikan ruang kepada seniman untuk bisa tampil. Ia pun memberi nilai dua jempol  dengan acara itu.   “Saya juga berharap festival ini bisa menjadi agenda tahunan bagi Banjarnegara sebagai upaya melestarikan budaya asli Banyumasan dan saya siap suport penuh untuk event tahunan ini,” diikuti sorak penonton dan paguyuban Sedulur Mas Ferry Banjarnegara. Menurutnya, masuknya budaya asing memang menjadi ancaman tersendiri bagi pelaku kesenian tradisional, namun kita bersama pemerintah dan pelaku seni tetap terus bersinergi berupaya agar kesenian ini bisa terus lestari di tanah jawa, khususnya Banjarnegara. Apalagi ebeg merupakan satu kesenian dan hiburan masyarakat. Sementara itu, Pj Bupati Tri Harso Widirahmanto mengatakan, selama ini pemerintah terus berupaya memberikan ruang bagi masyarakat kesenian Banjarnegara untuk berkreasi. Dia juga merasa bangga dengan masyarakat Banjarnegara yang memiliki generasi muda dan peduli serta mau mempelajari seni budaya lokal. “Saat ini banyak tantangan dalam mempertahankan seni budaya, meski saat ini budaya barat marak di penjuru nusantara, tetapi generasi muda Banjarnegara masih banyak yang melestarikan seni budaya, ini tentu menjadi satu kebanggaan bersama,” katanya. Sebagai bentuk dukungan terhadap seni budaya yang ada, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sudah menyiapkan anggaran khusus untuk pelestarian budaya dan pengembangan kesenian tradisional di Banjarnegara.

Modernisasi Peralatan BLK Guna Hasilkan Tenaga Kerja Andal

Komisi E DPRD

BANJARNEGARA – Komisi E DPRD Jateng sangat mendorong upaya pembaruan alat-alat kerja serta penguasaan keterampilan dari para pendidik supaya balai Latihan kerja bisa menghasilkan calon tenaga kerja yang andal. Penegasan tersebut diungkapkan Ketua Komisi E Abdul Hamid saat memimpin rombongan berkunjung ke Balai Latihan Kerja Provinsi (BLKP) Pemprov Jateng di Kecamatan Klampok, Banjarnegara, Senin (27/2/2023). Pembaruan alat kerja dirasa penting mengingat sekarang ini pola modifikasi alat kerja/perkakas begitu cepat dan modern. Para calon tenaga kerja yang dilatih di BLK pun dituntut mampu menguasai perkembangan teknologi itu. “Maka keterampilan yang andal  supaya para calon tenaga kerja dapat mencari atau membuat lapangan pekerjaan sendiri. Terlebih membuat keterampilan yang spesifik. Ini menjadi sebuah tantangan,” ungkap dia. Pada kesempatan itu rombongan Komisi E diterima Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng Ir Sakina Rosellasari dan serta jajaran PMPTSP Banjarnegara. Hamid turut mengemukakan, saat ini seperti pengoperasian alat-alat berat, alat pertanian dan perikanan sudah modern. Dengan demikian bisa membentuk calon tenaga kerja yang bersertifikat dengan kualitas siap kerja. “Kualititas tertentu yang mumpuni dan daya saing berkualitas harus ada di BLKP Jawa Tengah, harapannya menciptakan skill-skill sesuai harapan kita semua, dan adanya pembaharuan peralatan terbaru, instruktur yang mampu meng-upgrade diri, selain kebutuhan nya secara langsung mampu mewujudkan jaringan kita. Kita harus men-support, untuk upaya mengurangi angka pengangguran di Jawa tengah ‘’Kata Hamid. Anggota Komisi E Messy Widiastuti turut mengatakan, para tenaga kerja yang produktif perlu juga untuk mengembangakn potensi daerahnya masing-masing. Masih banyak contoh potensi atau ciri khas makanan yang berasal dari inovasi potensi itu sendiri. ‘’Ada beberapa desa yang terkenal dengan apa yang dihasilkan atau inovasi yang mereka buat terkait hasil alam di sekitar mereka sendiri yang melimpah, menambahkan upaya apa agar semua pekerja bisa lolos verifikasi pemerintah, Tenaga kerja asing ataupun pekerja lokalnya,” kata Messy.

Wacana Kawasan Dieng Ditetapkan Sebagai Geopark Nasional Akan Terwujud

Kawasan Dieng

WONOSOBO – Wacana kawasan Dieng akan dikembangkan menjadi geopark nasional hingga geopark global mulai terwujud. Diskusi panel penyusunan Master Plan Pengembangan Dieng Geopark digelar di Ruang Anggrek Tambi Resort and Tea Kejajar, Kabupaten Wonosobo pada Kamis (23/2/2023). Kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan dalam pengembangan Dieng Geopark dengan partisipasi dari Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Selain itu, kegiatan ini juga diawasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bappenas, dan Kementerian ESDM. Menurut Kepala Bappeda Kabupaten Wonosobo, Jaelan mengungkapkan, pembahasan tentang Dieng Geopark sudah berlangsung cukup lama sejak 2015. Kawasan Dieng merupakan kawasan dengan warisan geologi yang berharga dan beragam. Selain itu, kawasan Dieng masih mempertahankan kesatuan keragaman budaya, keanekaragaman hayati yang menyatu di dalamnya. Semua itu nantinya akan dikembangkan dengan tiga pilar utama yaitu konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal. Ada 23 geosite yang nantinya masuk dalam kawasan Dieng Geopark. Terdiri dari 10 geosite di kawasan Dieng Wonosobo dan 13 geosite di kawasan Dieng Banjarnegara. Ke-10 geosite yang masuk dalam wilayah Wonosobo adalah Telaga Menjer, Kompleks Telaga Warna, Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Gunung Api Pakuwaja, Bukit Prambanan, Gunung Seroja, Gunung Bisma, Bukit Sidede dan Tuk Bimo Lukar. “Penyiapan Masterplan Pengembangan Dieng Geopark sudah dilakukan setelah kita berjuang sejak awal tahun 2022. Kami ke Bappenas untuk memfasilitasi persiapan ini,” ujarnya dikutip dari Tribunjateng.com, Kamis (23/2/2023). Sebelumnya telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara yang juga membahas masalah ini. “Untuk mengidentifikasi National Geopark setelah menyusun rencana induk ini, saya berharap ke depannya juga bisa ditetapkan sebagai Global Geopark,” ujarnya. Penyusunan Master Plan Pengembangan Dieng Geopark diharapkan selesai pada September 2023. Untuk mendukung hal tersebut, kedua pemerintah daerah yang terlibat telah menganggarkan untuk kegiatan ini. “Mudah-mudahan tahun ini pengakuan kawasan Dieng sebagai geopark nasional bisa terwujud,” imbuhnya. Diharapkan setelah diakui sebagai geopark nasional akan membantu meningkatkan sektor ekonomi masyarakat Dieng.