Jowonews

Jamaah Direkomendasikan Tunda Berangkat Umrah

SOLO, Jowonews- Jamaah diminta menunda keberangkatan ibadah umrah seiring dengan ketatnya peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi selama pandemi Covid-19. “Sebetulnya pola yang sudah disepakati kan di sini mereka (jamaah) menjalani swab (tes usap) 3×24 jam sebelum berangkat. Sampai sana karantina tiga hari, kemudian di-swab lagi. Yang negatif bisa umrah dan bisa menjalankan ibadah sesuai aturan,” kata Ketua Perhimpunan Pengusaha Biro Ibadah Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) Her Suprabu di Solo, Kamis (13/11). Meski demikian, menurut dia, ketika ada satu anggota yang positif maka seluruh anggota yang berada dalam satu kelompok dengan pasien harus menjalani isolasi mandiri. Ia mengatakan kondisi tersebut terjadi pada pemberangkatan jamaah umrah beberapa waktu lalu. “Ada satu yang kena, akhirnya seluruh anggota jamaah harus isolasi mandiri. Selama di sana tidak boleh kemana-mana, hanya di hotel saja. Bahkan tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Madinah. Mereka kan stres,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Terkait hal itu, saat ini para agen perjalanan ibadah umrah sedang mencari alternatif terbaik agar para anggota jemaah tidak terkendala oleh berbagai aturan, termasuk kewajiban tes usap yang harus dilakukan sebanyak empat kali selama di Arab Saudi. “Oleh karena itu, untuk saat ini kami mengimbau agar ditunda lagi jamaah umrah, karena aturannya belum pasti. Di sana masih ada ‘swab’ sampai empat kali sehingga ibadah jadi tidak maksimal,” katanya. Ia mengatakan penundaan sendiri dilakukan juga untuk meminimalisasi risiko terpapar selama perjalanan. Apalagi, saat ini sistem pengurusan visa juga masih dinonaktifkan oleh Pemerintah Arab Saudi. “Sistem visa off. Pemerintah Arab Saudi juga masih melakukan evaluasi. Daripada memaksakan diri ke sana tetapi sampai sana tidak bisa umrah,” katanya. Banyak Pembatasan Senada, Direktur Utama PT Hajar Aswad yang juga sekretaris Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Retno Anugerah Andriyani mengatakan belum merekomendasikan jemaah untuk melakukan ibadah umrah di masa pandemi Covid-19. “Karena seluruh rangkaian perjalanan dan pelaksanaan ibadah umrah sepenuhnya dikendalikan dan diawasi dengan ketat oleh pihak Pemerintah Arab Saudi. Itenarary (daftar kegiatan dan estimasi biaya) yang sudah kami siapkan hampir semuanya meleset karena kebijakan waktu beribadah dan prosesi umrah seluruhnya diatur oleh Pemerintah Saudi,” katanya. Jika ibadah umrah itu dipaksakan, tambah dia, maka bisa berdampak pada ketidaknyamanan jemaah selama menjalankan ibadah umrah. “Jangan sampai ibadah yang telah direncanakan dari tanah air menjadi kurang maksimal dan penuh rasa kecewa karena banyak pembatasan,” katanya.

Indonesia Dapat Jatah 1000 Jamaah Umrah Per Hari

MAKASSAR, Jowonews- Indonesia mendapat kuota umrah 1.000 orang per hari dari Pemerintah Arab Saudi. Hal tersebut disampaikan Ketua Kesatuan Tour Travel Umrah dan Haji (Kesthuri) Provinsi Sulawesi Selatan Usman Jasad usai pertemuan terkait biaya umrah di masa new normal bersama Wakil Gubernur Sulsel dan Kanwil Kemenag Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel Makassar, Senin (2/11). “Tidak ada kuota khusus Sulsel dari pemerintah pusat. Karena itu kan kuota nasional. Tentunya Pemerintah Arab Saudi siapkan kuota 1.000 orang dari Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Kesthuri Sulsel mencatat terdapat 32.494 orang calon jamaah umrah yang tertunda pemberangkatannya akibat Covid-19. Namun pada pelaksanaan umrah di masa new normal, mereka akan menjadi prioritas untuk diberangkatkan. Hanya saja, Usman Jasad mengungkapkan bahwa kebanyakan calon jamaah umrah yang telah ditanyai terkait pemberangkatan umrah di masa new normal menginginkan pelaksanaan ibadah umrah dilakukan setelah adanya vaksin Covid-19. “Rata-rata jamaah setelah kami tanya-tanya mereka banyak yang bilang tunggu vaksin saja lalu berangkat. Karena memang situasinya saat ini masih tahap awal sehingga ketentuan pemberangkatan agak mengalami perubahan dibanding sebelumnya,” ujar dia. Beberapa persyaratan pemberangkatan umrah seperti calon jamaah harus dilengkapi dokumen kesehatan Covid-19, seperti telah tes PCR terlebih dahulu, hanya diperuntukkan bagi jamaah yang tidak memiliki penyakit penyerta yang berpotensi terinfeksi virus corona, serta jamaah berusia antara 18-50 tahun.  Perlindungan Jamaah Pada kesempatan yang sama, Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Drs Khaeroni menyampaikan terkait ibadah umrah, Kementerian Agama ingin memberikan perlindungan secara penuh kepada umat Islam yang mengikuti ibadah selama pandemi Covid-19. “Jadi Kementerian Agama ingin memastikan pelaksanaan umrah berjalan dengan baik. Kita belum bisa memastikan secara konsep pemberangkatan perdana berapa banyak,” katanya. Kesthuri Sulsel yang telah mencoba memberangkatkan jamaah sebanyak 17 orang saat ini akan dijadikan sebagai referensi untuk pemberangkatan umrah di Sulsel. “Sekarang ada 17 orang yang sedang melaksanakan ibadah umrah dari Sulsel dan ini akan menjadi informasi yang baik bagi kami untuk melaksanakan layanan ibadah umrah berikutnya,” ungkap Khaeroni. Selain itu, Amphuri Sulawesi Selatan telah memberikan penjelasan dari jamaah yang disiapkan sebanyak 20 orang dan beberapa tidak bisa berangkat karena hasil tes swabnya terlambat. Belum lagi, lanjut dia, ada sekitar 80 orang yang sisanya mengalami keterlambatan. J adi hal-hal semacam ini menjadi pembelajaran yang berharga bagi Kemenag Sulsel dan seluruh pihak untuk memberikan layanan terbaik bagi jamaah.

Arab Saudi Kembali Sambut Jamaah Umrah

JEDDAH, Jowonews- Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, kembali menyambut kelompok jamaah umrah untuk pertama kalinya di tengah pandemi Covid-19 pada Ahad pagi waktu setempat. Ini merupakan kelompok jamaah pertama setelah lebih dari enam bulan vakum–kecuali di masa Haji. Umat muslim yang ingin memasuki masjid tersebut perlu mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi Eatmarna yang dikelola oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Sebelumnya, Arab Saudi mengambil keputusan untuk mencegah penularan Covid-19 dengan menangguhkan ibadah umrah dan ibadah harian di masjid-masjid, termasuk Masjidil Haram, mulai pertengahan Maret. Kerajaan Arab Saudi juga menutup penerbangan internasional dan memberlakukan aturan karantina wilayah sebagai langkah pencegahan wabah lainnya. 6000 Jemaah Per Hari Kini, untuk mengakomodasi 6.000 jamaah saja per hari, Kementerian Haji dan Umrah telah menyiapkan lima titik temu. Antara lain Al-Gaza, Ajyad, dan Al-Shasha, di mana para jamaah akan bertemu dan bergabung dengan petugas medis di dalam bus menuju Masjidil Haram. Dalam menyambut kedatangan kelompok jamaah pertama, kamera pengukur suhu dipasang di pintu-pintu masuk dan di dalam halaman Masjidil Haram untuk memonitor suhu tubuh jamaah dan mengirimkan peringatan jika diperlukan. Hal itu telah direncanakan sejak pandemi mulai masuk ke wilayah itu, untuk menjamin keamanan para jamaah serta memungkinkan respons cepat terhadap keadaan yang berpotensi kasus Covid-19. Sekitar 1.000 petugas telah mendapat pelatihan untuk mengawasi pelaksanaan ritual ibadah umrah di Masjidil Haram, tulis Antara mengutip Arab News. Kompleks masjid juga akan dibersihkan 10 kali dalam sehari di sela-sela pergantian kelompok jamaah. Termasuk di bagian yang biasanya dipadati jamaah, seperti air mancur, karpet, dan toilet. Eskalator menuju lantai atas dilengkapi dengan alat pembersih, tempat cuci tangan disediakan di sejumlah titik masuk masjid. Selain itu, sistem pendingin udara juga dilengkapi dengan teknologi sanitasi ultraviolet, dengan jadwal pembersihan enam kali sehari. Otoritas juga meluncurkan sejumlah inisiatif, termasuk Kammamat atau penggunaan masker.