Jowonews

Dukung Raperda, BPTP Jogja Siap Bekerjasama

YOGYAKARTA, Jowonews – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta mengaku sangat mendukung Raperda tentang Peningkatan & Pengembangan Balai Ternak, Balai Perbenihan ikan, Kebun Benih Tanaman Pangan & Hortikultura yang diusung Komisi B DPRD Provinsi Jateng. Bahkan, instansi dibawah Kementerian Pertanian itu siap bekerjasama dengan Provinsi Jateng membantu dan bekerjasama dalam pengembangan balai di Jateng. Demikian disampaikan Sekretaris Komisi B DPRD Provinsi Jateng Muhammad Ngainirrichadl, usai diskusi yang dipimpin Ketua Komisi B Sumanto dengan jajaran BPTP, Kota Yogyakarta Provinsi DIY, Senin (15/11/2021). Ia menceritakan pihak BPTP sangat apresiatif dengan niatan Komisi B yang kini sedang menyusun raperda tersebut. “Mereka menilai raperda itu sangat relevan dengan kondisi di Jateng, yang memprioritaskan sektor pertanian dan peternakan,” katanya, saat dihubungi via telepon. Ia juga menjelaskan raperda pengembangan balai itu menjadi fokus Komisi B, mengingat tingginya potensi sektor pertanian dan peternakan. Namun, selama ini peran sejumlah balai benih dan ternak yang ada belum mampu mendongkrak peningkatan di sektor tersebut. “Seharusnya, balai mampu berperan karena banyak potensi yang bisa dimaksimalkan. Untuk itu, melalui perda nantinya, balai-balai yang ada bisa dikembangkan dan ditingkatkan teknologinya sehingga mampu membantu produktifitas petani dan peternak. Dengan begitu, kesejahteraannya juga akan meningkat,” harapnya sebagaimana dilansir laman DPRD Jateng.

Atasi Kelangkaan,Pemprov Jateng Tambah Stok Pupuk

SEMARANG, Jowonews- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menambah stok pupuk dengan persetujuan pemerintah pusat guna mengatasi terjadinya kelangkaan pupuk di kalangan petani. “Kami sudah minta tambahan kuota pupuk, sudah ada jawaban (dari pemerintah pusat). Kalau tidak salah, ada 1 juta ton penambahannya secara nasional, dialokasikan per kabupaten/kota,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Jateng, Jumat (25/9). Menurut dia, penambahan kuota pupuk itu akan didistribusikan tahun ini sebab kelangkaan memang sudah terjadi. Ditambah adanya percepatan tanam yang digerakkan Kementerian Pertanian. “(Penambahan) ini untuk tahun ini, karena kurangnya sekarang. Apalagi ada percepatan tanam dari Kementan. Makanya kami menghitung dan mengajukan penambahan itu,” ujar Ganjar sebagaimana dilansir Antara. Ganjar mengatakan kelangkaan pupuk yang terjadi selama ini dikarenakan memang alokasinya yang kurang sehingga pembagian sangat sulit dilakukan dan harus benar-benar tepat sasaran. “Inilah mengapa harus ada kartu tani agar semuanya presisi. Saya minta penyuluh pertanian juga menyampaikan hal itu,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jateng Suryo Banendro mengatakan pihaknya sudah mengajukan penambahan kuota pupuk bersubsidi di Jateng sejak 15 Juni 2020. Dirinya membenarkan bahwa pemerintah pusat sudah menyetujui penambahan pupuk secara nasional. “Kami mengajukan penambahan, mudah-mudahan terealisasi semuanya untuk memenuhi kekurangan pupuk petani di Jawa Tengah,” ujarnya.

Kementan Klaim Tengah Uji Coba Vaksin Pencegahan Demam Babi Afrika

JAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa vaksin pencegahan African Swine Fever (ASF) atau virus Demam Babi Afrika yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) tengah diuji coba. Pernyataan tersebut menanggapi kritik Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP Sudin yang meminta agar Kementerian Pertanian (Kementan) lebih memprioritaskan vaksin Demam Babi Arika yang saat ini masih mewabah di wilayah Sumatera Utara. “Mengenai flu babi, tidak betul kalau dikatakan riset kita enggak jalan. Vaksin-vaksin ini sudah diuji coba di lapangan,” kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR di Jakarta, Selasa. Hal senada dikemukakan Kepala Balai Besar Veteriner,Kementan, Indi Dharmayanti. Ia mengatakan riset penemuan vaksin tersebut hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbangtan dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan. Menurut dia, Balitbangtan tidak melupakan tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut, salah satunya terhadap hewan ternak yang menjadi bagian dari ketahanan pangan. “Kami masih mengerjakan vaksin untuk ASF, bekerja sama dengan Ditjen PKH, karena memang vaksin ini sulit untuk ditumbuhkan di sini, tetapi kita sudah ada arah ke sana. Jadi kita tidak melupakan tupoksi kita,” kata Indi. Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin mengapresiasi adanya inovasi dari Badan Litbang Pertanian, yakni kalung aromaterapi berbahan dasar tanaman eucalyptus yang disebut mampu membunuh virus corona. Namun demikian ia menilai bahwa Kementan seharusnya dapat menjalankan tugas, pokok dan fungsinya terlebih dahulu, salah satunya pada virus Demam Babi Afrika yang saat ini belum ditemukan vaksin pencegahannya. “Tugas yang paling penting saat ini untuk negara adalah bagaimana menemukan vaksin virus Babi afrika. Itu yang paling penting dulu, mungkin kalau kita konsumsi babi tidak banyak, tapi di daerah lain seperti di Sumut mungkin banyak,” kata Sudin. Menurut dia, hasil temuan eucalyptus sebaiknya tidak perlu dipublikasikan secara luas mengingat belum melalui uji klinis dan praklinis. Karena penelitian tersebut belum sempurna, Sudin mengkhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman di masyarakat. (jwn5/ant)

Kemenkes Diminta Tindak Lanjuti Soal Manfaat Eucalyptus Melawan Corona

JAKARTA, Jowonews.com – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Hasan Aminuddin meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menindaklanjuti hasil temuan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait manfaat eucalyptus dalam mengurangi terpaan virus corona. “Kementan dan Kemenkes ini harus segera melakukan sinkronisasi. Kalau memang produk ini sedang dibutuhkan oleh dunia kesehatan, ya harus secepatnya dilakukan (sinkronisasi) itu,” ujarnya di sela rapat kerja Komisi IV DPR RI bersama Menteri Pertanian di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa. Sementara itu, Badan Litbang Pertanian Kementan menyebutkan produk eucalyptus yang dikembangkannya telah diuji molecular docking dan uji vitro. Berdasarkan kedua uji tersebut, minyak atsiri eucalyptus citridora ditemukan dapat menginaktiviasi virus avian influenza subtype H5N1, gammacorona virus, dan betavoronavirus. Saat in, tiga produk turunannya yang berbentuk roll on, inhaler, dan kalung aromaterapi telah mendapat izin Badan POM untuk kriteria jamu. Sejumlah pihak mendorong Kementan untuk secepatnya melakukan uji klinis sehingga statusnya bisa dinaikkan menjadi obat herbal terstandar (OHT). Oleh karena itu, Hasan meminta Kemenkes untuk secepatnya bekerja sama dengan Kementan guna menindaklanjuti hasil penelitian Badan Litbang Pertanian tersebut. “Saya minta sahabat-sahabat di komisi yang bermitra dengan Kemenkes, marilah penemuan ini kita hargai,” katanya. Sebelumnya, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menyebutkan saat ini pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai institusi untuk uji klinis salah satunya dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM menyambut baik ajakan kerja sama tersebut, apalagi berdasarkan riset, kayu putih memang terbukti dapat mengatasi berbagai permasalahan kesehatan. “Kami perlu bekerja sama untuk melanjutkan riset ini. Kita punya IMERI, yang saat ini bergiat untuk membantu mengatasi permasalahan COVID-19,” katanya. (jwn5/ant)

DPR Singgung Kalung ‘Antivirus’ Corona Saat Raker dengan Kementan

JAKARTA, Jowonews.com – Sejumlah anggota Komisi IV DPR banyak yang menyinggung soal produk inovasi Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) kalung aromaterapi berbahan dasar tanaman eucalyptus yang diklaim mampu membunuh virus corona. Salah satu anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP, Mindo Sianipar, menilai bahwa informasi terkait produk inovasi kalung eucalyptus diharapkan tidak memberi kesalahpahaman bagi masyarakat. Hal itu mengingat hasil temuan tersebut belum melewati uji praklinis maupun uji klinis. “Secara teknologi saya enggak yakin itu pak. Kalau Bapak memakai (kalung) itu sekarang, nanti masyarakat jadi berlomba-lomba memakai karena menterinya memakai itu. Padahal, belum tahu kita ini,” kata Mindo dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Kementerian Pertanian di Jakarta, Selasa. Senada dengan itu, Anggota Komisi IV lainnya dari fraksi Partai Demokrat, Suhardi Duka, menjelaskan bahwa sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi), produk kesehatan dan obat-obatan seharusnya dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan. Menurut dia, hasil temuan tanaman eucalyptus ini menjadi sulit dipercayai masyarakat jika diedarkan dari Kementerian Pertanian, yang sesuai tupoksinya, salah satunya menjaga ketahanan pangan. “Hanya memang tidak bagus kalau Kemenkes yang mengungkapkan soal bibit padi baru. Ini sama halnya saya kira. Kalau obat-obatan harus masuk dalam uji klinis, farmasi dan sebagainya, adalah tupoksi Kemenkes,” kata Suhardi. Berbeda halnya dengan itu, Anggota Komisi IV dari fraksi Partai NasDem, Ahmad Ali, mengapresiasi atas kontribusi Kementan, khususnya Balitbang Pertanian yang menemukan khasiat tanaman eucalyptus dalam membunuh virus corona. Ia berpendapat bahwa penemuan ini tidak perlu diperdebatkan, hanya saja Kementan harus lebih cermat dalam menyebarluaskan informasi agar inovasi kalung tersebut tidak menimbulkan kegaduhan bagi masyarakat. “Saya mungkin lebih tepat mengatakan ini sebagai kalung kesehatan atau apa pun namnaya, sehingga kemudian orang tidak terjebak, karena hingga saat ini dunia belum ada yang berani mengklaim penemuan betul atau efektif membunuh virus ini,” kata Ahmad Ali. Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa produk kalung eucalyptus itu memiliki formula yang sama dengan produk lainnya, seperti “roll on”, inhaler, balsam dan minyak aromaterapi yang berbasis nanoteknologi. Kalung aromaterapi temuan Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori. Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release) sehingga berfungsi sebagai aromaterapi selama jangka waktu tertentu. Untuk mendapatkan efek aromaterapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya. Balitbangtan menjelaskan bahwa produk berbentuk kalung akan memudahkan kita dalam menghirup aromaterapi setiap 2-3 jam sekali selama 5-15 menit dihirup (didekatkan ke hidung) agar mampu menginaktivasi virus yang berada di rongga hidung. (jwn5/ant)

Tercemar Bakteri Listeria, Kementan Musnahkan Jamur Enoki dari Korsel

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan telah memerintahkan pada importir untuk melakukan penarikan dan pemusnahan produk jamur enoki dari Green Co Ltd asal Korea Selatan. Hal itu mengingat adanya informasi dari International Food Safety Authority Network (INFOSAN), jaringan otoritas keamanan pangan internasional di bawah FAO/WHO, terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Maret-April 2020 di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, akibat mengkonsumsi jamur enoki asal Korea Selatan yang tercemar Bakteri Listeria Monocytogenes. “Pemusnahan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2020 dan 19 Juni 2020 di PT siklus Mutiara Nusantara, Bekasi, yang dihadiri oleh perwakilan dari pelaku usaha dan BKP, sejumlah 1.633 karton dengan berat 8.165 kg,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi di Jakarta, Kamis. Agung menegaskan bahwa sampai hari ini di Indonesia belum ditemukan adanya kasus luar biasa (KLB) karena kontaminasi bakteri dari jamur enoki tersebut. Namun demikian, pihaknya telah melakukan investigasi dan pengambilan sampling terhadap produk jamur enoki asal produsen di Korea Selatan yang dinotifikasi oleh INFOSAN. Pada 21 April 2020 sampai 26 Mei 2020, BKP Kementan juga telah meminta importir agar tidak mengedarkan jamur, sampai investigasi selesai. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech, sebanyak 5 lot tidak memenuhi persyaratan karena terdeteksi mengandung bakteri L Monocytogenes melewati ambang batas dengan kisaran 1,0 x 104 hingga 7,2 x 104 colony/g. Oleh karena itu BKP meminta Badan Karantina Pertanian melakukan peningkatan pengawasan keamanan pangan jamur enoki asal Korea Selatan. Selain itu, BKP juga meminta importir jamur enoki agar mendaftarkan produknya ke Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKPP). Kepada importir, BKP meminta untuk memisahkan jamur enoki yang diimpor dari Green Co Ltd dan mengembalikan kepada distributor untuk ditangani lebih lanjut. Importir juga diminta untuk menerapkan langkah sanitasi demi mencegah kontaminasi silang, serta melakukan pengujian laboratorium jika diperlukan. Fakta terkait Listeria Ada pun L Monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian, baik di tanah, tanaman, silase, fekal, limbah dan air. “Bakteri ini mempunyai karakter tahan terhadap suhu dingin, sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan,” kata Agung. Bakteri Listeria dapat dihilangkan melalui pemanasan suhu 75 derajat celsius. Namun, bakteri ini menyebabkan penyakit Listeriosis yang mempunyai konsekuensi sakit hingga meninggal dunia, utamanya pada golongan rentan, balita, ibu hamil, dan manula. Kejadian luar biasa L monocytogenes pernah terjadi di Amerika Serikat pada 2014 dan 2020, serta Afrika Selatan tahun 2018, berdasarkan data yang disampaikan INFOSAN pada April 2020. (jwn5/ant)

Kementan: Produksi Cabai Rawit Over Supply 27.130 Ton

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi cabai rawit pada Mei 2020 ini mengalami over supply atau kelebihan pasokan hingga 27.130 ton, berdasarkan data Early Warning System (EWS). Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menyebutkan neraca cabai rawit yang mengalami surplus sebesar 27.130 ton tersebut menyebabkan jatuhnya harga komoditas hortikultura itu di tingkat petani. “Cabai rawit ini surplus lebih dari 27.000 ton, makanya bulan ini harganya jatuh. Namun, stok cabai rawit Mei hingga Juni masih aman secara nasional,” kata Prihasto pada web seminar yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa. Prihaso mengungkapkan melimpahnya hasil panen tersebut tidak sebanding dengan permintaan pasar saat ini akibat kebijakan PSBB di beberapa daerah tujuan pasar. Akibatnya, memang terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga sehingga petani kekurangan modal untuk menanam kembali. Berdasarkan data EWS yang dimiliki Kementan, produksi cabai rawit pada Mei mencapai 115.458 ton dengan daerah penghasil tertinggi di Jawa Timur sebanyak 44.090 ton. Sementara itu kebutuhan cabai rawit pada bulan ini berkisar 88.327 ton, sehingga dihasilkan surplus 27.130 ton. Kemudian pada Juni 2020 surplus cabai rawit diprediksi menurun sebesar 14.941 ton dengan produksi mencapai 98.536 ton dan kebutuhan 83.595 ton. Sudargo, petani cabai di Pati, mengaku panen cabai rawitnya hanya dihargai Rp1.500 per kilogram, padahal dalam setengah hari ongkos panen memerlukan biaya Rp100.000. “Dalam setengah hari, panen menghasilkan 70 kilogram cabai, sehingga penghasilan petani sekitar Rp105.000, hanya selisih Rp5.000. Itu pun belum menghitung biaya transportasinya,” kata Sudargo. Berdasarkan data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi khususnya untuk aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional yang sangat tipis, hanya sekitar 5.000-9.000 ton pada September-Oktober. Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini. (jwn5/ant)

Kementan Sebut Neraca Beras Surplus 6,4 Juta Ton Hingga Juni

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Pertanian menyebutkan neraca beras nasional hingga Juni 2020 akan mengalami surplus sebesar 6,4 juta ton dengan memperhitungkan stok beras, produksi dari panen raya, dan kebutuhan konsumsi beras masyarakat. Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi merinci stok beras pada akhir Maret tercatat sebanyak 3,45 juta ton yang tersebar di penggilingan, pedagang beras dan Perum Bulog di antaranya 1,4 juta ton. Kemudian, produksi panen raya selama April, Mei, dan Juni diperkirakan sebanyak 10,56 juta ton. “Produksi panen selama April-Mei-Juni sebanyak 10,56 juta ton, (ditambah stok 3,45 juta ton), kebutuhan konsumsi tiga bulan sebesar 7,6 juta ton, sehingga terdapat surplus 6,4 juta ton beras,” katanya dalam rapat dengar pendapat virtual bersama Komisi IV DPR di Jakarta, Rabu. Suwandi menyebutkan data produksi panen sebesar 10,56 juta ton bersumber dari Kerangka Sampling Area yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik. Data tersebut mencatat 18 provinsi sentra padi menghasilkan panen pada April seluas 1,73 juta hektare; Mei seluas 1,38 juta hektare; dan Juni 740.000 hektare. Berdasarkan sebaran panen per provinsi pada April-Mei-Juni, panen terbesar ada di Jawa Barat seluas 661.239 hektare; Jawa Timur 632.909 hektare; dan Jawa Tengah seluas 570.720 hektare. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi IV Sudin dari Fraksi PDIP mempertanyakan kebenaran data luas panen tersebut untuk menghindari potensi terjadinya kekurangan stok beras. “Saudara Dirjen, Anda yakin surplus 6,4 juta ton? Karena Anda harus bertanggung jawab. Ini masalah nasional, masalah perut rakyat,” kata Sudin. Menanggapi hal tersebut, Suwandi meyakinkan bahwa perhitungan surplus beras bahkan bisa lebih besar dari yang diperkirakan sebesar 6,4 juta ton. “Yakin, Pak. Karena ini belum memperhitungkan stok yang ada di rumah tangga petani, stok di konsumen, maupun di hotel, restoran, kantor, dan industri,” katanya. (jwn5/ant)