Jowonews

Misteri Kemunculan Air Terjun Girpasang Klaten dan Jejak Jaka Tingkir Di Gua Dowo

Air Terjun Girpasang Klaten

KLATEN – Kemunculan air terjun di sebelah utara lokasi wisata Girpasang, kawasan Gunung Merapi, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten ini membuat heboh pengunjung. Di dekat air terjun terdapat goa yang legendanya dikaitkan dengan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. “Air terjun itu terlihat kemarin sore (Minggu 1/1/2023) sekitar pukul 16.00 WIB. Saat kabut hilang terlihat garis putih seperti menara di kejauhan,” kata Subardi, kata seorang wisatawan dari desa/kecamatan Kemalang, Senin (2/1/2023). Subardi menjelaskan, setelah mengamati garis putih mirip puncak menara di belakang Desa Gir Pasang, ternyata terlihat seperti air terjun. Aliran air juga tampaknya meningkat saat hari mulai gelap. Sementara itu, Ketua RT 07 Dusun Gir Pasang, Gino mengatakan, yang dilihat pengunjung bukanlah ilusi, melainkan air terjun. Penduduk setempat menyebut air terjun ini sebagai air terjun Grenjeng. “Warga di sini menyebutnya air terjun Grenjeng. Letaknya di utara agak timur desa Gir Pasang, tapi masih masuk wilayah Klaten,” kata Gino kepada wartawan saat dikonfirmasi. Menurut Gino, air terjun itu pernah dikunjungi warga sekitar. Tapi medan menuju ke sana agak sulit. “Medannya berat, tidak mudah. ​​Jaraknya ratusan meter dari Gir Pasang,” kata Gino. Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Subur menambahkan, air terjun itu nyata adanya. Jalan menuju lokasi pun sebenarnya ada. “Ada jalan menuju tempat itu, tapi itu hanya jalan bagi orang untuk mencari rumput. Menurut kami itu potensi wisata, tapi kita harus membuat jalur jalan terlebih dahulu,” katanya. Jejak Jaka Tingkir Kemunculan air terjun Gir Pasang juga mengungkap jejak Jaka Tingkir. Di dekat air terjun terdapat goa yang legendanya dikaitkan dengan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. “Gua itu namanya Gua Dowo. Lokasinya berada sebelum air terjun,” kata Ketua Pokdarwis Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Subur dikutip dari Detik Jateng, Rabu sore (4/1/2023). Menurut Subur, goa tersebut adalah goa alam yang terletak di atas tebing. Gua ini terletak sebelum air terjun. “Untuk goa sebelum air terjun harus naik, posisinya di tebing. Gua itu adalah gua alami dan yang jelas ketika saya ke sana sebelumnya, lokasi tersebut digunakan untuk ritual, ”kata Subur. Menurut Subur, goa tersebut tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu dalam. Konon menurut riwayat orang dahulu, lanjutnya, Jaka Tingkir pernah mengunjungi gua tersebut. “Konon katanya, tapi entah benar atau tidak, Jaka Tingkir ada di dalam goa. Itu cerita nenek moyang dulu, goanya tidak terlalu besar tapi banyak sisa-sisa ritual di sana.” , kata Subur. Seperti yang kita ketahui bersama, Jaka Tingkir atau Mas Karebet adalah anak dari Ki Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging (Boyolali). Sebagai pemuda bergabung dengan Nyi Ageng Tingkir (Salatiga) sebelum menjadi menantu Raja Demak dan akhirnya menjadi Raja Pajang (Kartasura, Sukoharjo).

Pemkab Klaten Usul Pengelola Tol Jogja-Solo Bangun Jalur Gowes

Jalur Gowes Tol Jogja - Solo

KLATEN – Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengusulkan pembangunan jalur bagi sepeda atau gowes di Tol Jogja-Solo. Usulan itu telah dilayangkan melalui surat ke pelaksana pembangunan jalan tol. Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardayana usulan pembangunan jalur sepeda tersebut berdasarkan berbagai pertimbangan. Terutama untuk memfasilitasi bagi kegiatan olahraga, khususnya gowes. “Jadi masyarakat dapat berolahraga meskipun ada jalan tol. Kedua, jalur gowes juga diharapkan dapat menumbuhkan UMKM sekitar,” kata Yoga, dikutip dari Detik Jateng, Selasa (12/7/2022). Menurutnya, jika jalur pesepeda terwujud diharapkan juga berdampak terhadap sektor wisata. Ia berharap usulan tersebut dapat disetujui. Sementara itu, Manajer Lahan dan Utilitas PT Jogja Solo Marga Makmur (JMM), Muhammad Amin menyatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima surat terkait usulan pembangunan jalur gowes di Tol Jogja-Solo. Namun, lanjutnya, komunikasi terkait usulan itu telah dilakukan. “Usulan nanti kita tindaklanjuti. Bagi kami tak keberatan meskipun menambah beban investasi, tapi nilainya dibandingkan investasi tol itu (jalur gowes) sangat kecil,” papar Amin. Ia berharap jalur sepeda itu dapat menjadi event wisata. Amin juga menjelaskan jalur sepeda nantinya hanya satu sisi, yakni di sisi kanan tol. Satu sisi itu nanti dapat digunakan untuk jalur pesepeda dua arah. “Satu sisi dua arah, minimal sampai wilayah Klaten. Kita tak mungkin berdiri sendiri, minimal ya dari pintu masuk Kartasura sampai batas Prambanan sekitar 35 kilometer,” jelas Amin.

Klaten Raih Innovative Goverment Award 2020

KLATEN, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Klaten tepat di penghujung 2020 menerima penghargaan Innovative Goverment Award (IGA) 2020 dari Kementerian Dalam Negeri. Penghargaan tersebut diterima langsung Bupati Klaten Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (18/12). “Alhamdulillah di akhir 2020 ini, Klaten kembali memperoleh penghargaan skala nasional. Penghargaan ini merupakan buah dari kerja bersama seluruh pihak terkait termasuk dukungan dari masyarakat Klaten. Saya persembahkan penghargaan ini kepada masyarakat,”  kata Sri Mulyani, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (19/12). Meski penghargaan ini sangat berarti, lanjut Bupati, akan tetapi bukan berarti berpuas diri, sehingga langkah-langkah strategis dan inovatif harus terus dilakukan agar semakin memberikan manfaat luas kepada masyarakat. IGA yang diinisiasi Kementerian Dalam Negeri merupakan penilaian atas indeks inovasi daerah dan upaya merangsang pemerintah daerah agar terus berinovasi dengan meningkatkan kinerjanya. Delapan kabupaten se – Indonesia ditetapkan Kementerian Dalam Negeri sebagai Kabupaten Sangat Inovatif antara lain Kabupaten Cianjur, Ciamis, Sumedang, Bojonegoro, Parigi Moutong, Banyumas, Semarang, dan Klaten.

Merapi Siaga, Ratusan Warga Klaten Mengungsi

KLATEN, Jowonews- Sebanyak 240 warga lereng Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah mulai mengungsi menyusul status gunung tersebut yang sudah masuk di level III atau siaga. “Sebetulnya ada tiga desa yang menurut kajian terancam, yaitu Sidorejo, Tegalmulyo, dan Balerante. Namun saat ini baru ada sebanyak 114 warga Tegalmulyo dan 126 warga Balerante yang mengungsi,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Sip Anwar di Klaten, Kamis (12/11). Sedangkan untuk di Desa Sidorejo, dikatakannya, belum ada warga yang mengungsi. Menurut dia, warga lebih mengoptimalkan kewaspadaan dengan melakukan ronda 24 jam secara bergantian untuk memantau Merapi. “Jadi ketika ada tanda-tanda yang membahayakan maka diinstruksikan agar masyarakat segera mengungsi,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Mengenai lokasi pengungsian atau evakuasi sementara, dikatakannya, seluruhnya sudah berjarak lebih dari 7 kilometer di antaranya lokasi pengungsian Balerante berjarak 9 km dan Sidorejo sekitar 11 km dari puncak. “Sedangkan Tegalmulyo ada di depan Balai Desa Tegalmulyo, jaraknya juga lebih dari 7 km,” katanya. Ia mengatakan langkah penentuan lokasi evakuasi sementara tersebut sesuai dengan analisa terakhir dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang memprediksikan jika terjadi erupsi maka akan mengarah ke Sungai Woro yang berjarak 5 km dari puncak. “Tetapi kalau pada analisa ulang sekiranya lebih dari itu, maka pengungsi akan turun lagi ke tempat evakuasi akhir di shelter kabupaten. Kalau Balerante di jalur turun ke Shelter Kebondalem, Sidorejo di Shelter Kebonagung, dan Tegalmulyo turun ke Shelter Demakijo,” katanya. Sementara itu, dikatakannya, sejauh ini kondisi para pengungsi dalam keadaan sehat. Selain itu, untuk penyaluran logistik juga berjalan lancar.