Jowonews

Resep Kue Putu Untuk Diet, Mudah dan Lezat

Resep Kue Putu Untuk Diet, Mudah dan Lezat

Resep Kue Putu untuk diet termasuk salah satu yang dicari untuk menunjang program diet. Saat mengikuti program diet, seseorang seringkali cukup pilih-pilih dalam memilih makanan. Pasalnya, jika makan sembarangan, diet bisa gagal. Termasuk ketika mengonsumsi jajanan tradisional juga harus selektif. Alasannya sama, takut ngemil malah bikin naik berat badan. Bagi Anda yang sedang menjalani diet penurunan berat badan, Anda tetap menikmati kudapan atau ngemil jajanan tradisional. Memang banyak jajanan tradisional Indonesia yang mengandung kalori relatif sedikit.Sehingga camilan ini tidak akan menghalangi atau menggagalkan rencana diet Anda selama Anda tidak makan berlebihan. Salah satunya adalah kue putu. Dilansir dari Halodoc, Rabu (3/2/2023), putu merupakan jajanan tradisional khas Indonesia yang digandrungi banyak orang. Terbuat dari parutan kelapa dan tepung beras, ditambah gula merah dan dikukus dengan tabung bambu. Bagi Anda yang sedang diet, Anda tetap bisa mengonsumsi camilan ini. Asal jangan terlalu banyak dan perhatikan kandungan gula dan lemak di dalamnya. Resep Kue Putu untuk Diet Ada banyak variasi resep kue putu yang bisa kamu coba. Berikut ini dua di antaranya: Resep Kue Putu Tepung Beras Bahan-bahan: Cara membuat: Resep Putu Ayu Keju Tanpa Tepung untuk Diet Keto Bahan-bahan: Cara Membuat:

Kue Putu Dinobatkan Sebagai Salah Satu Kue Terbaik Dunia

Kue Putu Dinobatkan Sebagai Salah Satu Kue Terbaik Dunia

Baru-baru ini situs Taste Atlas merilis kue-kue populer dan 50 kue dengan nilai terbaik di seluruh dunia. Kue Putu, kue tradisional asal Indonesia menjadi salah satunya. Tepatnya kue putu menempati peringkat ke-45 dengan skor 4.21. TasteAtlas merupakan situs wisata dan kuliner yang mengulas seputar makanan tradisional, resep lokal, dan restoran autentik di seluruh dunia. Kue putu merupakan kue tradisional asal Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti parutan kelapa, tepung beras dan gula (merah/jawa) sebagai isiannya. Kue tradisional ini pada umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Namun, yang lebih banyak dijumpai adalah warna hijau yang berasal dari daun suji. Ditambah taburan parutan kelapa warna putih, membuat kue ini lebih menggugah selera. Kue ini biasanya dijual saat sore menjelang malam hari. Biasa dijajakan dengan dipanggul atau menggunakan gerobak. Salah satu ciri khas yang menjadi penanda dari penjual kue ini adalah cerobong asap kecil yang berbunyi nyaring. Cerobong ini juga sebagian digunakan untuk mengukus bahan kue yang dimasukkan dalam tabung bambu. Sejarah Kue Putu Nama Kue Putu diambil dari serapan bahasa Jawa “putu” yang berakar dari istilah kuno bahasa Jawa “puthon” yang berarti “lingkaran” atau “bundar”. Hal ini merujuk pada peralatan yang digunakan sebagai pengukus kue putu yang berasal dari rongga batang bambu yang berbentuk tabung. Pada masa Dinasti Ming, kue putu disebu dengan XianRoe Long yang berarti kue dari tepung beras dengan isi kacang hijau di dalamnya. Namun setelah masuk di Indonesia, isian kue diganti menjadi gula jawa/ gula merah. Sementara itu penyebutan puthu tertuang dalam Serat Centhini yang ditulis pada tahun 1814 pada masa Kerajaan Mataram. Dalam naskah itu diceritakan bahwa Ki Bayi Panurta meminta santrinya untuk menyediakan hidangan pagi. Diantara hidangan tersebut terdapat puthu sebagai camilan atau makanan pembuka. Kejadian ini terjadi pada tahun 1630 di Desa Wanamarta, Jawa Timur. Penyebutan puthu juga terjadi pada peristiwa lain di desa yang sama. Dalam naskah kuno tersebut diceritakan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling sedang menyiapkan kudapan usai salat Subuh. Hidangan yang disiapkan itu terdapat gemblong, serabi, ulen-ulen, puthu, jenang, jadah, dendeng baluk, dendeng gepuk, kupat, pisang bakar, jenang grendul, balendrang, dan wedang bubuk.