Jowonews

Getuk Juroh Kudus, Perpaduan Gurih Singkong dan Manis Legit Gula Aren

Getuk Juroh Kudus, Perpaduan Gurih Singkong dan Manis Legit Gula Aren

Getuk Juroh Kudus merupakan kuliner tradisional berbahan baku singkong yang biasanya ditambahkan cairan semacam saus yang terbuat dari gula aren. Penggemar kuliner getuk bisa mencicipi getuk juroh khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Getuk ini mempunyai citarasa yang khas, yang patut untuk jadi cemilan pilihan. Getuk biasanya disajikan sebagai makanan ringan. Getuk khas Kota Kretek ini terbuat dari singkong sebagai bahan baku utamanya. Biasanya penyajiannya ditambah dengan kelapa dan gula merah yang membuat cita rasanya semakin nikmat. Bedanya dengan getuk lainnya, getuk ini ditambahi dengan juroh. Juroh merupakan cairan yang terbuat dari gula kelapa, bentuknya seperti saus cair. Salah satu penjual Getuk Juroh Kudus yang masih bertahan adalah Adetyas Anggraeni. Ia menjual berbagai variasi getuk dengan juroh sebagai ciri khasnya. Adapun varian getuk, yang ia jajakan, di antaranya getuk manis dan getuk gurih. Selain itu ada juga ketan, katrol, potoblong, tiwul, gobet, putu mayang, cetot dan oyog-oyog. Tyas menuturkan usaha getuk ini dibuka oleh ibunya pada tahun 2013 silam. Hingga saat ini, pelanggan tidak hanya dari Kudus tetapi juga orang-orang dari jauh yang melalui Kudus dan mampir di kedai mungilnya. Jika Anda sedang berkunjung ke Kudus dan ingin mencoba nuansa variasi Getuk Juroh. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB. Lokasinya berada di Jalan Bhakti, Desa Baronan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Foto: Dok. Beta News

Nasi Pedo Godong Jati Kudus, Kuliner Jadul Yang Bikin Ketagihan

Nasi Pedo Godong Jati Kudus, Kuliner Jadul Yang Bikin Ketagihan

Nasi Pedo Godong Jati Kudus merupakan salah satu kuliner tradisional yang perlu Anda coba saat mengunjungi Kota Kretek ini. Kuliner ini tergolong jadul dan jarang dijajakan di warung-warung. Nasi pedo merupakan menu makanan berisi ikan asin peda. Kuliner jadul ini kemudian dibungkus menggunakan godong atau daun jati. Rasa khas ikan asin ditambah aroma dari daun jati membuat penikmatnya terus ingin nambah. Rasa pedas, asin, dan gurih menjadikan kuliner ini cukup layak untuk dijadikan kuliner klangenan. Salah satu warung yang masih menjajakan Nasi Pedo atau Sego Pedo Godong Jati ini berada di jalan Gang 2, Desa Demaan, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus. Meski sederhana, namun warung tersebut selalu ramai pembeli. Bahkan, terkadang beberapa di antaranya terpaksa mengantre di luar untuk mendapatkan sarapan. Tidak ada yang istimewa di warung tersebut. Satu-satunya pemandangan yang unik adalah nasi yang disantap para pembeli yang dibungkus dengan daun jati di atas piring. Dalam satu porsi, biasanya terdiri dari nasi, sayur nangka, ikan pedo yang sudah dicacah/disuwir, kering tempe, dan sambal. Ada juga pilihan tambahan lauk lainnya seperti telur dan gorengan. Enak dan sederhana, itulah yang membuat Nasi Pedo selalu menjadi incaran para pembeli. Terutama pada waktu sarapan Takaran porsi Nasi Pedo Godong Jati Kudus tidak terlalu banyak. Hal inilah mengapa beberapa orang memesan 2 bungkus untuk dimakan sekaligus. Selain nasinya pulan dengan aroma alami daun jati, rasa asin daging ikan peda menjadi ciri khasnya. Tertarik untuk mencoba kuliner khas Kudus ini? 

Serunya Menikmati Kuliner Jadul di Tengah Hutan Jati Wonosoco Kudus

Hutan Jati Wonosoco

KUDUS – Nuansa bersantap di restoran dengan warung sederhana berlatar belakang laut, gunung, dan sawah kini tengah populer di seputaran bisnis kuliner. Tempat makan seperti ini kini sering dipadati tamu, baik tua maupun muda. Namun, pernahkah Anda merasakan sensasi bersantap di tengah hutan jati? Suasana rindang khas pohon jati dengan tinggi dan ukuran yang sama bisa menambah kenyamanan bersantap di sini. Kulinernya pun bukan sembarang kuliner, makanan yang disajikan juga cukup jadul atau kuliner tempo dulu. Jika ingin merasakannya maka pergilah ke Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Setiap Minggu Legi menggelar Pasar Sarwono di tengah hutan jati Alas Sewu Wonosoco. Sar sendiri merupakan singkatan dari pasar dan wono artinya hutan atau rimba. Ada puluhan warung makan yang menjajakan makanan tradisional di sini. Mulai dari getuk, dawet, bubur sumsum hingga masakan jaman dulu lainnya. Hanya dengan merogoh kocek Rp 7.000, pengunjung sudah bisa masuk dan menikmati makanan enak di sini sambil menikmati rindangnya hutan jati Wonosoco yang dikelola oleh BUMDes Wonorekso. Saat masuk, pengunjung bisa menukarkan tiket dengan koin kayu sebagai sarana jual beli makanan. “Pembayaran harus dalam bentuk koin, nilai nominalnya Rp 2.000, pengunjung bebas menukarkan uang berapapun, nanti kalau ada sisa bisa ditukarkan kembali ke nominal uang rupiah,” kata Direktur BUMDes Wonorekso Haji Asrori, dikutip dari murianews.com, Minggu (19/2/20223). Ia mengungkapkan, pasar Sarwono sebenarnya tergolong baru. Tujuannya sendiri untuk meramaikan Alas Jati, salah satu potensi wisata desa ini. Hingga saat ini, stand kuliner yang ada di area ini sebanyak 16 lapak. “Kalau wisata hutan jati sudah berjalan selama enam bulan, tapi kalau pasarnya memang baru tiga kali jalan. Saat ini sudah ada 16 lapak dengan hidangan jadul yang bisa dicicipi pengunjung,” lanjutnya. Seiring waktu, pasar ini diharapkan dapat menarik minat banyak masyarakat. Oleh karena itu, pada setiap hari Minggu Legi, Pasar Sarwono dapat dipadati wisatawan lokal Undaan dari luar kelurahan. “Kami ingin memperkenalkan pasar ini kepada masyarakat luas, mudah-mudahan nanti bisa meluas menjadi tempat bermain anak-anak dan kegiatan lainnya,” tutupnya.  Foto dok. Beta News