Jowonews

Didorong, Agrowisata dengan Budidaya Buah Lokal

MAGELANG, Jowonews- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong pengembangan agrowisata buah di berbagai daerah dengan membudidayakan buah lokal. “Kebun kelengkeng ini menjadi salah satu tempat objek wisata. Selain memiliki Candi Borobudur, Kabupaten Magelang memiliki Wisata Kebun Kelengkeng,” katanya saat meninjau kawasan Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur di Kabupaten Magelang, Sabtu (6/3). Pada kesempatan tersebut Mentan juga melakukan panen kelengkeng sekaligus mencicipi buah lokal yang dikembangkan di kawasan agrowisata tersebut. “Buah kelengkengnya manis-manis sekali dan bisa dilihat buahnya sangat banyak. Agrowisata di Kabupaten Magelang luar biasa. Kami akan dorong terus untuk kawasan buah lokal bisa dikembangkan jangan di satu daerah tapi di setiap daerah ada,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Selain itu, pengembangan kawasan buah lokal harus memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah. Bahkan harus dikelola secara komprehensif dari hulu hingga hilir. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri sehingga perlu dilakukan penyesuaian untuk buah lokal yang dikembangkan. Pemilik Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur yang juga anggota Koramil 19/Borobudur, Kodim 0705/Magelang Mugiyanto menyampaikan terima kasih atas kunjungan Mentan SYL di lahan agrowisata kebun kelengkeng yang dikelolanya seluas 1,3 hektare dengan populasi 250 pohon jenis kateki. “Ke depan lahan ini perlu di duplikasi di daerah lain. Ada lebih dari 8.000 desa di Indonesia, seandainya setiap desa memiliki minimal 1 hektare lahan yang ditanam dengan buah lokal maka kebutuhan Indonesia untuk buah lokal tentu akan tercukupi,” katanya. Mugiyanto mengaku dalam waktu dekat melakukan kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk memperluas kawasan kebun kelengkeng. Selain itu, pengembangan kebun kelengkeng ini memiliki pohon induk yang sudah disertifikasi sehingga setiap tahun bisa menghasilkan benih kelengkeng mencapai 100.000 benih yang siap tanam dan untuk mendukung program pemerintah. “Benih sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua sudah ada. Kebetulan di Kalimantan Timur kami juga mendampingi petani di bawah Dinas Provinsi Kalimantan Timur,” katanya. Ia menyebutkan peluang usaha budidaya kelengkeng sangat menjanjikan, karena kebutuhan nasional menurut data mencapai 80 ribu ton hingga 90 ribu ton setiap tahun sebagian didatangkan dari luar. “Bertani saat ini tidak kotor dan tidak susah apabila mau terus berinovasi. Kami di sini memiliki petani binaan Kabupaten Magelang yang memang men-support kebutuhan di sini. Di kebun kelengkeng ini menghasilkan 12 sampai 15 ton, untuk memenuhi kekurangan dari permintaan kami ambil dari petani-petani binaan,” katanya. Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan Prihasto Setyanto mengatakan pengelolaan kebun kelengkeng ini merupakan model pengembangan budi daya kelengkeng berbasis kawasan yang memberikan keuntungan baik pada pengelolaan maupun kesejahteraan masyarakat sekitar. Prihasto mengatakan pertumbuhan positif sektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komoditas hortikultura yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,85 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan buah dan sayur selama pandemi Covid-19. Jawa Tengah merupakan sentra kelengkeng terbesar, dengan 167 ribu pohon dengan jenis kelengkeng batu, selarong, pingpong, diamond river, itoh, mutiara poncokusumo, dan kateki. Lokasi sentra tersebar kelengkeng di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Semarang, Blora, Karanganyar, Klaten, Jepara, Temanggung, Wonogiri, Magelang, dan Sragen.  

Stok Pangan Aman Sampai Akhir Tahun

BOYOLALI, Jowonews- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan stok pangan di tengah pandemi Covid-19 saat ini masih aman karena persediaan beras hingga akhir 2020 surplus. “Saya yakin stok pangan secara nasional aman,” kata Syahrul Yasin Limpo, di sela kunjungan di Embung Giriroto Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jateng, Kamis (15/10). Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya, selain melihat pemanfaatan air embung di Desa Giriroto Boyolali, juga meninjau langsung kondisi sektor pertanian dan melakukan dialog dengan petani saat proses panen di tengah pandemi Covid-19 di wilayah itu. Menurut Mentan, kedatangannya untuk melihat kesiapan melakukan akselerasi ketahanan pangan di semua tempat di seluruh Indonesia. Sebelum di Boyolali, juga melakukan kunjungan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. “Kami melihat pertanian tetap akseleratif atau tetap tinggi, para petani melakukan proses panen kacang tanah dengan baik, komoditas palawija dan padi tetap jalan. Kondisi seperti ini, kami harapkan bisa bertahan terutama di tengah pandemi Covid-19,” kata Mentan sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan bahwa Presiden juga memberikan penekanan agar akselerasi harus dijaga lebih kuat di tengah pandemi saat ini. Cuaca ke depan ada kemarau basah. Tetapi pada ujung bulan Desember ada La Nina. Artinya akan ada banjir karena curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga, kata Menpan harus ada antisipasi untuk mempercepat apa yang bisa dilakukan sekarang dengan menjaga surplus pangan. Mentan menyebutkan sudah melihat apa yang ada di Kabupaten Boyolali, bagusnya kondisi tanaman pangan yang dikelola petani di wilayah ini. Namun, harapan Presiden diurus langkah selanjutnya. Artinya, pascapanen harus diurus proses untuk mengindustrikan atau menjaga agar kualitas produksi lebih tinggi, dan pemasarannya lebih baik. “Hal ini, yang masih kami jajaki tentu masih dalam proses percobaan-percobaan yang dilakukan.Seperti di Boyolali untuk melihat bagaimana tanaman padi dan palawija itu, bisa berujung ke industri-industri kecil yang ada di setiap desa,” kata Mentan. Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, kata Mentan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengalami kenaikan ekspor hanya sektor pertanian yakni sekitar 16,4 persen. Hal tersebut, kata Mentan, artinya akselerasi pertanian di tengah Covid-19 tetap berputar dengan baik. Dari Januari ke Juli ekspor masih di atas Rp251 triliun. Itu tandanya sektor pertanian tidak terganggu dengan adanya Covid-19, dan tetap menjadi ruang dan peluang untuk perputaran bisnis dan ekonomi yang ada. Namun, sektor pertanian harus dijaga dan tidak boleh hanya dengan data saja. Tetapi harus ke lapangan apakah betul atau tidak, serta masing-masing wilayah mempunyai karakter dan pendekatan masing-masing. Mentan menjelaskan berdasarkan data BPS, hasil produksi Musim Tanam (MT) I kelebihan stoknya hingga mencapai 7,4 juta ton beras, dan MT 2 dilakukan percepatan dengan lahan seluas 5,8 juta hektare dan realisasi sudah tertanam hampir 89 persen. “Kami masih mempunyai sisa waktu, dan hasil bisa mencapai di atas 13 juta ton atau sekitar 15 juta ton beras. Sehingga, total stok hingga mencapai 22 juta ton atau overstock. Karena, kebutuhan pangan nasional hanya sekitar 15 juta ton beras per tahun. Jadi ada surplus untuk kebutuhan pangan pada 2021,” katanya.

Mentan Minta Anggaran 2021 Ditambah Rp10 Triliun

JAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menilai bahwa pagu indikatif anggaran Kementerian Pertanian yang dialokasikan sebesar Rp18,4 triliun pada 2021 masih jauh dari memadai. Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin, Mentan Syahrul menyatakan bahwa pemulihan ekonomi pada 2021 akan banyak bertumpu pada sektor pertanian, terutama dalam menjaga ketahanan pangan usai masa pandemi. “Pagu indikatif sebesar Rp18,4 triliun yang dialokasikan kepada Kementerian Pertanian pada 2021 tampaknya masih jauh dari memadai,” kata Mentan Syahrul. Mentan memaparkan bahwa Kementan telah merancang program yang akan dijalankan pada 2021, seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Kemudian, pengembangan pertanian modern dan peningkatan ekspor. Menurut Syahrul, dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi pasca masa pandemi COVID-19, Kementan pun mengusulkan tambahan anggaran 2021 sebesar Rp10 triliun. Seperti diketahui, anggaran Kementerian Pertanian pada 2020 yang awalnya sebesar Rp21,05 triliun mengalami efisiensi atau terpangkas menjadi Rp14 triliun. Pemangkasan anggaran tersebut sejalan dengan Instruksi Presiden terkait refocusing kegiatan dan realokasi anggaran untuk mendukung ketersediaan pangan pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. “Kami butuh Rp10 triliun tambahan dari apa yang ada, bukan Rp2 triliun-Rp3 triliun, karena daya petani hanya sampai empat lima bulan, mereka sudah terseok-seok. Bukan membagikan BLT, berikan kerja untuk bisa mereka produktif, dan memberi pangan,” kata Mentan. Syahrul pun memaparkan bahwa dengan alokasi pagu indikatif tahun 2021, anggaran sebesar Rp18,43 triliun akan dimanfaatkan melalui lima program, yakni dukungan manajemen; ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas; nilai tambah dan daya saing industri. Kemudian, program riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta program pendidikan dan pelatihan vokasi. Ada pun alokasi terbesar diarahkan pada Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas sebesar Rp10,53 triliun. Sesuai dengan Surat Bersama Pagu Indikatif (SBPI), Kementerian Pertanian ditargetkan untuk memenuhi sasaran produksi beberapa komoditas strategis pada tahun 2021, di antaranya padi sebesar 63,5 juta ton; jagung sebesar 26 juta ton, kedelai 480.000 ton dan daging sapi/kerbau sebesar 463.000 ton. Kementerian Pertanian yang tugas utamanya menyediakan pangan penduduk, pada tahun 2021 juga merancang target produksi beberapa komoditas pangan utama lainnya, yaitu produksi bawang merah sebesar 1,74 juta ton; cabai 1,45 juta ton; serta komoditas strategis lainnya ditargetkan meningkat dibandingkan tahun 2020. Pembangunan pertanian juga mendapat dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) pertanian. Pagu alokasi anggaran DAK pertanian tahun 2021 sebesar Rp1,4 triliun, yang diarahkan untuk mendukung pembangunan/perbaikan infrastruktur dasar pertanian dan sarana pendukungnya di daerah. (jwn5/ant)

Mentan Resmikan Ekspor Gula Semut Cilacap 25 Ton Tujuan Brazil

CILACAP, Jowonews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat sore, berkesempatan melepas ekspor 25 ton gula semut Cilacap dengan tujuan Brasil. Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kabupaten Cilacap tidak hanya memproduksi komoditas pangan dasar, juga mampu melakukan ekspor ke mancanegara melalui produk gula semut. “Saya ingin sampaikan kalau bupatinya seperti Pak Bupati Cilacap (Tatto Suwarto Pamuji) dengan pemerintahan yang sangat kondusif bersama DPRD dan yang lain, maka akselerasi yang bisa dilakukan untuk kepentingan masyarakat, kehidupan rakyat yang lebih baik, masih bisa dicapai,” katanya. Mentan mengaku kagum di saat pandemi COVID-19 seperti sekarang, masih ada ekspor yang sangat kuat dan bisa dilakukan. “Ini luar biasa,” katanya. Sementara Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil mengatakan ekspor produk pertanian dari Kabupaten Cilacap yang disertifikasl oleh Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap meningkat dari tahun ke tahun. “Komoditas yang diekspor berupa gula kelapa, daun ketapang, kayu albasia, sarang burung walet, dan lain-lain. Komoditas ini sebagian besar diekspor ke negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika,” katanya. Terkait dengan pelepasan ekspor 25 ton gula semut organik ke Brasil, dia mengatakan nilai ekspor yang dilakukan oleh eksportir PT Coco Sugar Indonesia itu mencapai Rp770.000.000. Lebih lanjut, Ali mengatakan potensi ekspor komoditas pertanian di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya masih perlu digali kembali. untuk membuka peluang ekspor produk pertanian lebih beragam. Menurut dia, peningkatan ekspor khususnya di wilayah Cilacap dan sekitarnya menjadi komitmen Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap melalui kemudahan dalam pelayanan sertifikasi Phytosanitary Certificate yang umumnya dipersyaratkan negara pengimpor untuk komoditas pertanian. “Gula kelapa telah rutin diekspor sejak tahun 2015 hingga kini. Gula kelapa yang diekspor dalam bentuk gula semut,” jelasnya. Ia mengatakan berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap, ekspor gula kelapa pada tahun 2015 sebanyak 87 ton, tahun 2016 sebanyak 237 ton, tahun 2017 sebanyak 649 ton, tahun 2018 sebanyak 580 ton, tahun 2019 sebanyak 744 ton, dan pada tahun 2020 sejak 1 Januari hingga 13 Juni sebanyak 471 ton. Menurut dia, hal itu menunjukkan ekspor gula kelapa atau gula semut mengalami peningkatan volume dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sebanyak 646 persen, sedangkan tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 sebanyak minus 10 persen. Akan tetapi pada tahun 2019, kata dia, mengalami peningkatan kembali sebanyak 28 persen. Ia mengatakan volume ekspor tahun 2020 selama bulan Januari sampai dengan 13 Juni 2020 telah mencapai 471 ton. “Volume ekspor gula kelapa masih dapat bertambah lagi hingga akhir tahun 2020 karena kebutuhan gula kelapa luar negeri terus bertambah,” katanya. Lebih lanjut, Ali mengatakan berdasarkan data ekspor gula kelapa/gula semut Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap periode bulan Januari-Juni 2020 menunjukan peningkatan frekuensi sebanyak 20 persen, peningkatan volume sebanyak 71 persen, peningkatan nilai sebesar 82 persen. Dalam hal ini, frekuensi ekspor gula kelapa/gula semut pada periode Januari-13 Juni 2020 sebanyak 36 kali, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 30 kali. Sementara dari sisi volume, pada periode Januari-13 Juni 2020 sebanyak 470.615 kilogram, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 275.316 kilogram. Total nilai ekspor gula kelapa/gula semut pada periode Januari-13 Juni 2020 mencapai Rp16.231.094.484, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp8.958.174.789. “Hal ini menunjukkan gula merah (gula kelapa) Indonesia semakin diminati di pasar luar negeri. Amerika, Belanda dan Inggris merupakan negara-negara tujuan ekspor dengan frekuensi tertinggi untuk komoditas gula kelapa. Saya optimistis bahwa ekspor komoditas pertanian dari Kabupaten Cilacap akan terus meningkat,” katanya. (jwn5/ant)

Wujudkan Ketahanan Pangan, Pemerintah Perkuat Lumbung Pangan Di Berbagai Daerah

CILACAP, Jowonews.com – Pemerintah akan memperkuat lumbung pangan di berbagai daerah, salah satunya Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. “Kita tahu COVID-19 ini tentu saja membutuhkan salah satu solusinya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan jumlah penduduk di atas 267 juta orang membutuhkan makan,” katanya saat memberi keterangan pers usai peresmian Toko Mitra Tani di Cilacap, Jumat sore. Oleh karena itu, kata dia, lumbung-lumbung pangan kuat seperti Cilacap harus bisa mendapatkan energi lebih besar. Mentan mengaku ingin melihat secara langsung apa yang telah dilakukan oleh Kabupaten Cilacap. “Kabupaten Cilacap ini adalah lumbung pangan Jawa Tengah, lumbung pangan nasional yang harus terus kami semangati,” katanya. Menurut dia, hal itu dilakukan agar apa yang telah dirintis Bupati Cilacap Tatto Suwarto dan seluruh komponen pertanian di Kabupaten Cilacap terus berakselerasi lebih kuat lagi terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19 “Saya datang hari ini memperkuat itu sekaligus apa-apa lagi yang Pak Bupati butuhkan dan kami harus merespons secara bersama. Yang kedua, tentu saja salah satu yang harus adalah bagaimana tetap menjaga ada supply dan demand, antara permintaan dan ketersediaan bahan pangan itu,” katanya. Mentan mengatakan salah satu yang terinisiasi di Kabupaten Cilacap adalah hadirnya Toko Mitra Tani yang merupakan stabilisator. “Tentu harga di sini harga yang sangat stabil, harga yang standar, bukan berarti harus merusak harga yang ada di pasar. Tetapi di sini tentu dalam kendali pemerintah daerah, lebih khusus Pak Bupati untuk bisa memainkan antara komunitas-komunitas yang sudah dibina untuk tetap mempunyai pasar yang luas di dalam mengantar kebutuhan pasar,” katanya. Ia mengatakan toko mitra tani yang ditargetkan minimal ada satu unit di setiap kabupaten seluruh Indonesia itu bukan untuk mengambil alih peranan pasar yang ada. Menurut dia, hadirnya toko mitra tani justru menjadi stabilisator dan memperkuat pasar. “Saat ini di seluruh Indonesia sudah ada sekitar 3.800 toko mitra tani,” jelasnya. Sementara saat memberi sambutan, Mentan mengatakan pertanian merupakan salah satu sektor yang tetap produktif di tengah pandemi COVID-19. Oleh karena itu, dia menargetkan dari 5,6 juta hektare sawah di seluruh Indonesia harus tetap bisa menghasilkan 15 juta ton beras. “Sekarang stok yang ada 5,6 juta ton, sehingga kalau ditambah 15 juta ton berarti ada 20 juta ton. Kita harus bisa hasilkan 15 juta ton sampai akhir Desember,” katanya. (jwn5/ant)

Mentan Minta Petani Gunakan Alat Canggih untuk Percepat Masa Tanam

JAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan adanya mekanisasi pertanian untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri, dan modern sekaligus mempercepat masa tanam guna mengantisipasi kelangkaan pangan. Dengan Alsintan, kata dia, proses pertanian bisa dilakukan dengan cepat, efisien dan mampu meningkatkan produksi. “Dengan teknologi, saya berharap tidak mendengar adanya penurunan produksi. Gunakanlah alat canggih yang ada supaya kita bisa ekspor. Kita harus serius dalam mengurus pertanian ini,” ujar Mentan dalam keterangan tertulisnya, Jumat. Untuk mengantisipasi mundurnya masa tanam akibat dampak pandemi COVID-19, beberapa daerah di Tanah Air saat ini langsung melakukan persiapan tanam musim ke II setelah panen. Sementara itu Kepala Bidang Tanaman Pangan Distan Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Ahmad Rudi, mengatakan Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Barat misalnya pun telah menginstruksikan petani dan penyuluh untuk melakukan gerakan percepatan tanam pada April-Mei 2020, untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau. “Kami menginstruksikan kepada penyuluh dan petani agar segera melakukan olah lahan dan percepatan tanam, karena masih ada hujan-hujan sedikit, kami menargetkan angka tanam di atas 2.703 hektare,” kata Rudi. Ia juga menambahkan tanam serentak padi di Desa Golo ini menggunakan Jajar Legowo 3:1 karena banyak manfaat yang bisa di dapat petani. “Memperbanyak tanaman pinggir, dengan begitu maka jumlah anakan padi banyak sehingga produksi padinya akan maksimal. Sinar matahari bisa langsung masuk ke bagian bawah tanaman terutama bagi tanaman pinggir. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai daun, maka proses fotosintesis akan semakin maksimal sehingga tanaman menjadi subur,” katanya. Sementara itu Penyuluh Pendamping Paulus Patimura yang mewakili BPP Kecamatan Sano Nggoang NTT mengatakan percepatan tanam serentak sangat menguntungkan petani. “Panen yang dilakukan secara bersamaan dapat menghindari serangan hama dan penyakit tanaman lainnya, selain itu memiliki nilai ekonomis dan tidak merugikan petani,” ujar Paulus. Lebih lanjut dikatakan Paulus, pengolahan lahan di musim tanam kedua ini sangat terbantu dengan alsintan TR2 dan TR4. Tentunya ini dapat menimalisir biaya yang dikeluarkan petani. Petani juga bisa melakukan sewa pinjam Alsintan yang dikelola Brigadir Alsintan, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang ada di Kecamatan Sano Nggoang. Ketua Poktan Nggergung Desa Golo Leleng, Markus Panggu menambahkan poktannya telah sepakat untuk melakukan penanaman dengan teknologi jajar legowo 3:1. “Berkaca dari pengalaman produksi di masa tanam pertama, dimana mendapat hasil 10.253 ton/ha sedangkan sebelum menggunakan jajar legowo hasilnya hanya 4-5 ton/ha,” ungkapnya. Di tempat terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan saat ini Kementan sedang giat meminta petani dan penyuluh untuk melakukan gerakan perceptatan tanam serentak. “Selama wabah ini kita harus senantiasa menjaga ketersediaan bahan pangan bagi warga Indonesia. Harapannya, kekhawatiran krisis pangan di tengah pandemi maupun pasca COVID-19 mampu ditangkal dengan usaha tani berkelanjutan,” kata Dedi. (jwn5/ant)

Jelang Musim Tanam Gadu, Mentan Jamin Pupuk Bersubsidi Tersedia

JAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi menjelang musim tanam kedua atau tanam gadu yang biasanya dilakukan pada Mei-Juni. Mentan mengatakan distribusi pupuk ke petani akan tetap berjalan lancar di tengah pandemi COVID-19, mengingat pupuk termasuk kategori barang penting sehingga ​​​​distribusi tidak boleh dihentikan meski sedang ada penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). “Pupuk merupakan barang strategis yang berperan penting dalam menentukan kelancaran pembangunan nasional. Produksi dan distribusi harus terus berjalan,” kata Mentan di Jakarta, Rabu. Sesuai Permentan Nomor 10 Tahun 2020, pupuk bersubsidi diperuntukan bagi petani yang telah bergabung dalam kelompok tani yang menyusun e-RDKK. Oleh karena itu, ia meminta alokasi pupuk bersubsidi harus diawasi agar tepat sasaran dan efisien. Distribusi penyaluran pupuk bersubsidi harus didukung data akurat berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menyebutkan penyaluran pupuk bersubsidi telah mencapai 40,78 persen dari total alokasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 7,9 juta ton pada 2020. Daerah dengan realisasi penyaluran pupuk subsidi terbesar, yakni Jawa Timur sebanyak 674.345 ton; Jawa Tengah sebanyak 546.034 ton; dan Jawa Barat 402.597 ton. “Ketersediaan pupuk bersubsidi sampai dengan saat ini masih aman, dan distribusinya pun aman, karena menyangkut masalah ketahanan pangan,” kata Sarwo Edhy. Penyaluran dan pengawasan dalam penggunaan pupuk subsidi juga merupakan hal yang penting dalam penyediaan pupuk. Pengaplikasian pupuk bersubsidi cukup beragam, baik untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Lebih luas, subsidi ini juga bisa digunakan untuk hijauan pakan ternak hingga budidaya ikan. Sementara itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan kesiapannya sebagai produsen pupuk dalam negeri untuk menjaga agar produksi tanaman padi dan jagung tetap berjalan dalam mendukung ketahanan pangan. “Pupuk Indonesia hadir untuk membantu pemerintah dalam program ketahanan pangan. Jadi setiap ada instruksi atau apa pun pasti kita akan siap membantu pemerintah untuk program ketahanan pangan,” kata Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana. Dalam menjaga agar produktivitas terus berjalan, Pupuk Indonesia sebagai BUMN yang ditugaskan untuk menyalurkan pupuk subsidi nasional, menyiapkan stok pupuk, baik di tingkat distributor dan kios. Aturan pendistribusian pupuk bersubsidi diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian secara nasional mulai dari Lini I sampai dengan Lini IV. Kemudian, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2017 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk bersubsidi. Dalam ketentuan tersebut, Pupuk Indonesia sebagai produsen pupuk diwajibkan menyimpan stok hingga kebutuhan dua minggu ke depan. “Pada masa-masa puncak musim tanam, kita bahkan mengeluarkan stok hingga tiga minggu kebutuhan sampai bulan berikutnya. Selama ini melihat kondisi penyerapan pupuk selalu tinggi, kami menyetok lebih dari ketentuan,” kata Wijaya. Berdasarkan data Pupuk Indonesia per 30 April 2020, jumlah pupuk bersubsidi yang sudah terserap sebanyak 3,2 juta ton atau 40,78 persen dari 7,9 juta ton yang terdiri dari pupuk Urea sebanyak 1,4 juta ton; NPK sebanyak 1 juta ton; SP-36 sebanyak 263.788 ton; ZA sebanyak 305.799 ton dan organik sebanyak 183.926 ton. (jwn5/ant)

Mentan Gelar Operasi Pasar di Solo Tekan Harga Bawang Putih dan Cabai

SURAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada Kamis pagi melepas 10 mobil berisikan bawang putih, cabai merah keriting dan cabai rawit merah dalam gelaran Operasi Pasar di Pasar Gede, Surakarta, Jawa Tengah, sebagai upaya pemerintah dalam menstabilisasi harga tiga komoditas tersebut. Dalam operasi pasar tersebut, Kementan bersama Perhimpunan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Indonesia (Pusbarindo) memasok bawang putih sebanyak 12 ton dengan harga Rp30 ribu per kg, 5 ton cabai rawit merah seharga Rp35.000 per kg dan 5 ton cabai merah keriting dengan harga Rp30.000 per kg. “Yang tidak boleh terjadi contohnya seperti sekarang bawang putih harganya Rp30.000 tiba-tiba naik menjadi Rp70.000 per kg. Hanya karena tadi beritanya bahwa besok tidak ada bawang putih karena ada (virus) corona,” kata Mentan Syahrul pada Operasi Pasar di Pasar Gede, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis. Mentan menilai bahwa kenaikan harga bawang putih ini salah satunya dipicu karena kepanikan pasar di tingkat distributor akibat wacana Pemerintah yang menunda impor bawang putih dari China akibat virus Corona. Menurut dia, ada kemungkinan distributor menimbun stok yang berakibat harga bawang putih melambung tinggi hingga Rp70.000 per kilogram di tingkat konsumen. Oleh karena itu, ia meminta tidak perlu ada kepanikan, mengingat stok bawang putih saat ini mencapai 84.000-120.000 ton. Selain itu, sejumlah wilayah sudah mulai memasuki masa panen, seperti di Temanggung pada Maret mendatang. Ada pun operasi Pasar di Solo Raya ini dilakukan secara serentak di lima pasar, yakni pasar Gede, Pasar Rusukan, Pasar Ledoksari, Pasar Harjodaksino dan Pasar Gading. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengatakan Operasi Pasar khususnya untuk tiga komoditas ini telah dilakukan sejak 30 Januari lalu. Sejumlah wilayah yang sudah dilakukan operasi pasar, yakni Sumatra Barat, Jambi, dan kini di Surakarta. Bahkan, beberapa hari lalu stabilisasi harga dilakukan di 22 pasar DKI Jakarta. “Bawang putih untuk operasi pasar ada 13 ton. Sebetulnya tidak hanya untuk Surakarta, karena konsumsi 12 ton tersebut bisa untuk 4-5 hari. Oleh karena itu, operasi pasar ini peruntukannya di lima pasar Surakarta dan lainya di Yogyakarta,” kata Agung. (jwn5/ant)