Jowonews

Museum Batik Pekalongan Gandeng Akademisi dan Perajin Batik untuk Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Museum Batik Pekalongan Gandeng Akademisi dan Perajin Batik untuk Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

PEKALONGAN – Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, berkolaborasi dengan akademisi dan komunitas perajin batik untuk menggelar pameran batik tahun ini. Upaya ini bertujuan untuk menarik lebih banyak wisatawan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2024. Kepala Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror, mengatakan bahwa pihaknya berupaya menyajikan pameran yang berbeda setiap tahunnya agar pengunjung tidak bosan. “Kami ingin pengunjung datang berulang kali ke museum dengan menyuguhkan sesuatu yang baru,” ujarnya. Tahun lalu, Museum Batik Pekalongan berhasil melampaui target PAD sebesar Rp180 juta, dari target awal Rp103 juta. “Kami optimistis target PAD tahun 2024 sebesar Rp150 juta dapat tercapai dengan berbagai persiapan kegiatan pameran dan lainnya,” kata Asror. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengganti koleksi batik di ruang pamer setiap tiga bulan sekali. Selain itu, museum juga bekerja sama dengan akademisi dan perajin batik untuk menyelenggarakan pameran dan kegiatan yang melibatkan masyarakat. “Meskipun museum ini tidak berorientasi pada profit, kami ingin memberikan kontribusi pada PAD. Kami berharap Museum Batik Pekalongan dapat terus berperan sebagai pelestari warisan budaya bangsa,” pungkas Asror.

Museum Batik Pekalongan Mendapat Tambahan Koleksi dari Keluarga Bung Hatta

Museum Batik Pekalongan

PEKALONGAN – Koleksi kain di Museum Batik Pekalongan terus bertambah. Setelah beberapa waktu yang lalu mendapatkan penambahan koleksi kain batik dari berbagai daerah, kini koleksi tambahan kain datang dari keluarga besar Wakil Presiden Indonesia pertama Muhammad Hatta atau yang akrab disapa Bung Hatta. Penyerahan sumbangan, berupa 1 kain batik dan 1 selendang milik istri Bung Hatta, Rachmi Hatta ini diserahkan oleh anak Bung Hatta, Meutia Farida Hatta kepada Kepala UPTD Museum Batik, Akhmad Asror, di Museum Batik setempat, Senin (5/6/2023). Kepala UPTD Museum Batik, Akhmad Asror, mengaku bersyukur dan mengucapkan terima kasih atas donasi dari keluarga Bung Hatta yang telah memberikan perhatiannya, terhadap pelestarian budaya batik Indonesia dengan menyumbangkan kain dan selendang batik yang selama ini mereka telah lestarikan sebagai warisan bangsa. “Kalau dilestarikan secara pribadi belum tentu masyarakat luas akan mengetahui. Oleh karena itu, keluarga Bung Hatta menyumbangkan koleksi kain dan selendang batiknya ke Museum Batik Pekalongan dengan harapan, bisa sebagai sarana edukasi kepada masyarakat dan kain batik ini bisa lebih terawat lagi.” Menurutnya warisan budaya ini dapat bertahan lebih lama lagi daripada hanya sebagai koleksi pribadi. Asror juga menghargai bahwa Museum Batik Pekalongan dianggap sebagai agen pelestari warisan budaya yang mendapat perhatian tidak hanya dari tokoh lokal, tetapi juga dari tokoh nasional seperti istri proklamator bangsa Indonesia, Bung Hatta, yang memberikan tambahan koleksi kain. “Pemberian kain batik ini telah menambah koleksi menjadi ke-1311. Kain batik ini merupakan karya Iwan Tirta yang dibuat sejak masa pasca kemerdekaan Indonesia,” tambah Asror. Setelah hibah ini diberikan, koleksi kain dan selendang batik dari keluarga Bung Hatta langsung didaftarkan ke inventaris dan menambah koleksi kain batik di Museum Batik Pekalongan. Asror menambahkan, pencipta kain Iwan Tirta terpengaruh oleh budaya motif batik terdahulu, Kraton Solo-Jogja, meskipun ada pengaruh motif batik Pesisir seperti motif phoenix dalam kain ini. “Kain ini memiliki pengaruh batik peranakan Thionghoa, motif banji dengan teknik hasil karya Iwan Tirta yang ada pengaruh pedalaman Kraton yang penuh akan filosofinya sebagai lambang keabadian (phoenix) dan penjagaan.” “Motif kain ini menggambarkan penjagaan atau pelestarian agar bisa kekal abadi selama-lamanya,” tambah Asror. Foto Dok. Tribunpantura.com/Indra Dwi Purnomo

Sebanyak 1.200 Batik Kuno Akan Di Pamerkan di Museum Batik Pekalongan

Batik Kuno Pekalongan

PEKALONGAN – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah akan menampilkan sekitar 1.200 koleksi batik kuno pada acara Hari Batik Nasional 2022 yang akan digelar pada 2 Oktober mendatang. Direktur Unit Pelaksana Teknis Dinas Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror mengatakan, pihaknya siap menyukseskan Hari Batik Nasional 2022 dengan mengubah suasana galeri dengan cerita yang berbeda dari ide sebelumnya. “Kami akan siapkan wajah baru pada saat perayaan Hari Batik Nasional 2022 agar pengunjung lebih nyaman melihat koleksi batik kuno,” ujarnya, dikutip dari Antara, Jumat (16/9/2022). Pihaknya akan merotasi ruang pamer dan menggantinya dengan konsep lain, baik display batik hingga koleksi batik yang dipamerkan. Sejauh ini, sekitar 90 koleksi batik telah ditampilkan di galeri dari total 1.200 koleksi batik, katanya. Ahmad Asror mengatakan penataan ulang atau rotasi koleksi batik ini juga dimaksudkan agar semua koleksi batik yang tersimpan di museum batik dapat ditampilkan dan dinikmati pengunjung. “Jadi meski dengan keterbatasan luas ruang pamer, kami akan menyiasati dengan rotasi koleksi agar pengunjung bisa melihat seluruh koleksi batik,” katanya. Dikatakannya, dalam rangkaian acara Hari Batik Nasional 2022, pihaknya juga akan menyelenggarakan lomba menggambar batik bagi pelajar agar nantinya bisa ikut serta dalam pelestarian warisan budaya ini. “Kami akan bermitra dengan pembatik melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Batik Kota Semarang (LSP),” kata Ahmad Asror. Foto: doc. Antara Jateng

Museum Batik Pekalongan Miliki 1.210 Koleksi

PEKALONGAN, Jowonews- Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, sejak berdiri pada 1972 hingga saat ini telah memiliki sekitar 1.210 koleksi batik yang diperoleh dari pemberian para pengoleksi maupun pencinta batik. Peneliti Batik Museum Batik Pekalongan Ari Dwi Prasetyo di Pekalongan, Selasa (12/1), mengatakan bahwa kain batik yang diserahkan oleh masyarakat atau pecinta batik ke museum ini memiliki cerita atau sejarah yang saling berbeda. “Kain batik yang diserahkan masyarakat ke museum ini bisa berasal dari neneknya yang memiliki koleksi batik lama (berusia puluhan tahun, red.) dengan tujuan agar tidak rusak,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Kendati demikian, kata dia, bagi masyarakat yang akan menyerahkan koleksi batiknya, museum akan melakukan prosedur atau menyesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu. “Kami akan melihat jenis koleksinya seperti apa, kemudian dilakukan registrasi, lalu dimasukkan nomor inventaris, kondisinya seperti apa dan ada tahapan selanjutnya,” kata Ari Dwi Prasetyo. Seorang pengunjung Museum Batik Pekalongan, Musa, mengatakan bahwa dengan adanya kesadaran masyarakat menyerahkan koleksi batik ini akan dapat ikut melestarikan batik kuno agar tidak rusak. Selama ini, kata dia, generasi muda kurang memahami kerajinan tentang batik, demikian pula jika disimpan sendiri akan rusak dan hanya diketahui oleh keluarganya sendiri. “Oleh karena, kami sangat setuju apabila ada pencinta batik menyerahkan koleksi batiknya bisa dirawat di museum batik karena selain bisa memberikan edukasi pada generasi muda juga sebagai upaya melestarikan batik,” katanya.