Jowonews

Olimpiade Tokyo, Cahaya di Ujung Terowongan Pandemi

JAKARTA, Jowonews- Olimpiade musim panas Tokyo menjadi cahaya di ujung terowongan pandemi Covid-19, kata Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach. Bach saat ini berada di Athena untuk menghadiri pembukaan Stadion Panathenaic, stadion serbaguna yang menjadi tuan rumah Olimpiade modern pertama pada 1896. “Kami bertemu terakhir kali di awal pandemi, dan sekarang kami berharap bertemu menjelang akhir pandemi,” kata Bach kepada Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, seperti dilansir Antara mengutip dari Reuters, Selasa (30/3). “Kami melihat, atau mulai melihat, cahaya di ujung terowongan, khususnya dengan Olimpiade di Tokyo,” dia menambahkan. Olimpiade 2020 ditunda tahun lalu karena pandemi. Ajang olahraga itu dijadwalkan akan digelar mulai 23 Juli hingga 8 Agustus, meski penyelenggara melarang penonton dari luar negeri untuk hadir. Panitia pelaksana Olimpiade Tokyo 2020, Senin (29/3), mengumumkan bahwa atlet asing bisa diundang untuk berpartisipasi dalam ajang uji coba sebelum pelaksanaan sebenarnya. Acara tersebut berupa gladi bersih tentang cara mencegah penyebaran Covid-19, karena penyelenggara menggelar acara olahraga internasional ini selama masa pandemi global. Ajang uji coba akan digelar untuk lima kompetisi, termasuk atletik dan marathon, serta melibatkan atlet asing yang berpartisipasi, kata penyelenggara. Olimpiade Tokyo 2020 merencanakan 18 acara uji coba sebelum Olimpiade dimulai pada 23 Juli. Acara uji skateboard dan menembak bulan ini ditunda dari April hingga Mei karena dampak pandemi.

Pekalongan Siapkan Pembelajaran Tatap Muka

PEKALONGAN, Jowonews- Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, segera menyiapkan skema sistem pembelajaran tatap muka jenjang sekolah dasar (SD), PAUD, dan sekolah menengah pertama/sederajat seperti yang diwacanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Unang Suharyogi di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu arahan dari Satuan Tugas Covid-19 dan menyiapkan hal apa saja yang perlu diperhatikan saat berlangsung pembelajaran tatap muka. “Pembelajaran tahun ajaran baru 2021/2022 dimulai Juli sehingga kami masih menyiapkan nota dinas permohonan izin pembelajaran tatap muka,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Unang mengatakan permohonan izin pembelajaran tatap muka diharapkan dapat dilakukan rapat koordinasi untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran daring yang sudah berjalan lebih dari satu tahun ini. Jika pembelajaran tatap muka ini diizinkan, kata dia, maka mengacu pada kebijakan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri mengenai Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran. Pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan secara bertahap, berjenjang atau serentak di seluruh satuan pendidikan, tergantung kebijakan dari pemerintah daerah masing-masing. “Yang penting kami sudah menyediakan datanya dan sekolah sudah mengisi diaplikasi ‘Dapodik’ terkait kesiapan pembelajaran tatap muka yang di dalamnya ada beberapa hal yang harus disiapkan baik syarat dokumen administrasi, sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan, persiapan mekanisme pengaturan guru, siswa saat di ruang kelas, serta pengaturan di lingkungan sekitar sekolah,” katanya. Unang mengatakan saat ini pihaknya masih fokus dalam pemberian vaksin bagi guru untuk menyongsong pemberlakuan pembelajaran tatap muka tersebut. Di sisi lain, kata dia, dilihat dari kalender satuan pendidikan, di tingkat sekolah kini sedang menyelenggarakan penilaian tengah semester (PTS) yang kebijakan penyelenggaraannya diatur oleh sekolah masing-masing baik melalui daring maupun diberikan dalam bentuk tugas kepada siswanya. Menurut dia, pembelajaran di satuan pendidikan terutama di jenjang SD, semua bentuk evaluasi pembelajaran diserahkan ke sekolah ataupun gurunya karena mereka yang berhak menilai atas ketuntasan belajar siswa mereka. “Saat ini meski angka kasus penularan COVID-19 sudah turun tetapi pemkot masih memberlakukan kebijakan pembelajaran secara daring. Kendati demikian, ada beberapa sekolah yang tidak melakukan daring tetapi dalam PTS, sekolah memberikan tugas kepada anak didiknya yang akan diambil oleh orang tua siswa yang dikerjakan di rumah dan diberi waktu untuk bisa dikumpulkan kembali ke sekolah,” katanya.

Jateng Siapkan Pembelajaran Tatap Muka

SEMARANG, Jowonews- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sedang mempersiapkan pelaksanaan sekolah tatap muka di sekolah meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19. “Sekarang kita persiapkan dulu sehingga ketika nanti, katakan bulan Juli kita mau buka, setidaknya sudah belajar betul beberapa bulan ini bahwa sekolah sungguh-sungguh sudah siap,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai memimpin Rapat Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jateng di Semarang, Senin (15/3). Terkait dengan rencana tersebut, Ganjar mengungkapkan sudah membicarakannya bersama bupati dan wali kota yang ada di Jawa Tengah agar masing-masing menyiapkan sekolah yang akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka. Orang nomor satu di Jateng itu meminta pelaksanaan pembelajaran tatap muka harus disiapkan secara matang agar nantinya tidak ada kendala, mulai dari pembatasan kelasnya, sistem transportasi hingga fasilitas yang harus disediakan untuk protokol kesehatan.  “Hasil rapat hari ini kita coba siapkan ketentuan-ketentuan untuk (sekolah) tatap muka,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Disinggung mengenai vaksinasi Covid-19 terhadap kalangan guru, Ganjar menjelaskan bahwa guru merupakan pelayan publik yang juga mendapatkan vaksin, namun nantinya akan diprioritaskan terhadap guru yang mengajar di sekolah yang memang sudah siap melaksanakan pembelajaran tatap muka. “Minimal gurunya divaksinasi dulu, maka itu menjadi prioritas,” katanya. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menyampaikan bahwa rencana pembelajaran secara tatap muka sedang disiapkan ketentuannya seperti penentuan sekolah yang akan melaksanakan dan protokol kesehatannya.Untuk prioritas vaksin terhadap guru, Yulianto menerangkan bahwa ketentuan dari pusat agar vaksin difokuskan kepada pelayan publik di atas 50 tahun. “Untuk vaksinasi guru, kalau itu memang menjadi syarat, ya, kita akan siapkan, tapi untuk saat ini ketentuan dari pusat vaksin untuk 50 tahun ke atas,” ujarnya. Yulianto menganjurkan bagi sekolah yang siap melaksanakan pembelajaran tatap muka harus benar-benar memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Mulai dari menyediakan tempat cuci tangan, alat cek suhu, kewajiban memakai masker, pembatasan jumlah siswa di dalam kelas, jaga jarak hingga tidak ada cium tangan siswa kepada guru. “Sebenarnya dengan protokol kesehatan dengan baik dan ketat itu mungkin bisa dilaksanakan. Tapi tetap harus berhati-hati,” katanya.*

Masa Pandemi, Perajin di Boyolali Tetap Berkarya

BOYOLALI, Jowonews- Walau kegiatan masih dibatasi selama masa pandemi, kegiatan ekonomi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Boyolali tetap berjalan. Para pelaku UMKM khususnya perajin mengaku tetap berkarya dan pasar bergairah. Salah satu perajin Miniatur figure Dinar Sulistyo (34), warga di Perum Graha Mitra Abadi, Gang Mawar A.4 Donohudan, Ngemplak Boyolali, Kamis, mengatakan, dirinya pada masa pandemi Covid-19 sejak 2020 hingga awal 2021 ini, tetap berkarya kreatifitas dan inovasi dengan melihat kondisi pasar. Menurut Dinar pada awal-awal pandemi memang sangat terasa dampaknya permintaan kerajinan miniatur figure produksinya permintaan konsumen hanya satu hingga dua pesanan per bulan. Namun, pesanan miniatur figure memasuki masa  pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM ini, mulai meningkat dan pasar bergairah mencapai 10 buah per bulan. “Namun, kerajinan miniatur figure buatan perlu ketelitian dan kecermatan, sehingga saya hanya bisa melayani rata-rata enam miniatur figure per bulan,” kata Dinar yang menekuni kerajinan ini, secara otodidak  sejak 2018. Dinar yang mempunyai hobi melukis tersebut menjelaskan awalnya belajar dari internet membuat miniatur figure tokoh nasional dan kemudian hasilnya diunggah ke media sosial, dan ternyata banyak masyarakat yang tertarik dan memesan kerajinan itu. Menurut dia, memang belum banyak pengrajin yang membuat miniatur figure dengan bahan baku polymer clay yang bahannya masih impor dari luar negeri. Sehingga, daya saingnya belum begitu banyak. Namun, bahan baku ini, dirinya mendapatkan dengan cara membeli melalui “on line” dengan harga Rp1 juta per kilogram. Dia mengaku membuat kerajinan miniatur figure tersebut menjadi penghasilan tambahan keluarga, karena dirinya sehari-hari bekerja sebagai karyawan di PT So Good Food Teras Boyolali. Proses produksi, kata dia, bahan baku polymer clay dibentuk wajah sesuai gambar foto pesanan kosumen, setelah terbentuk kemudian dioven sehingga bahan menjadi keras. Miniatur figure kemudian dicat warna sesuai wajah pelanggan dengan aklirik kemudian dilapisi cat pelapis agar warna tidak mudah pudar. Harga setiap pesanan miniatur figure dengan ukuran 17 centimeter hingga 23 sentimeter dijual antara Rp900 ribu hingga Rp1,2 juta. Pesanan datang hampir seluruh daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Jawa kebanyakan dari wilayah Jakarta, dengan omzet rata-rata Rp5 juta hingga Rp6 juta per bulan. “Saya berharap pandemi Covid-19 segera selesai, masyarakat kembali beraktivitas dengan normal, serta percepatan ekonomi kembali normal,” pungkasnya sebagaimana dilansir Antara.

Perhatikan Kesehatan Gigi Saat Pandemi

DEPOK, Jowonews- Di era pandemi ini penting sekali untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kontrol rutin ke dokter gigi harus dilakukan tiap enam bulan sekali. “Untuk menjaga kesehatan gigi sebenarnya tidaklah sulit, yaitu dengan rutin menggosok gigi dua kali sehari (pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur) ke seluruh permukaan gigi, dan setelah itu menyikat bagian lidah,” jelas Dokter gigi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) drg. Rona Laras Narindra, Sabtu (13/2). Mulut merupakan salah satu media transmisi dan berkembangnya virus juga bakteri, termasuk virus corona (SARS-Cov-2), sehingga kesehatan gigi dan mulut patut untuk diperhatikan. “Sebuah penelitian di Qatar yang menunjukkan bahwa risiko komplikasi Covid-19 lebih meningkat pada pasien yang mengalami radang gusi,” katanya dalam acara Talkshow Awam Bicara Sehat “Menjaga Kesehatan Gigi dan Kulit di Era Pandemi” Pada penderita Covid-19 disarankan juga untuk berkumur 2 kali sehari menggunakan cairan povidone iodine untuk menurunkan jumlah virus SARS-Cov-2 yang ada di rongga mulut. “Pada orang yang memang tidak terinfeksi virus, penggunaan obat kumur ini sebaiknya tidak dilakukan secara rutin karena dapat mengubah keseimbangan bakteri baik dan buruk, serta dapat mempercepat pertumbuhan jamur di mulut. Pembersihan gigi dan mulut biasa (sikat gigi) sudah termasuk upaya untuk mencegah Covid-19,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Pertolongan pertama untuk penanganan masalah gigi dan mulut saat pandemi disarankan untuk menggunakan obat pereda nyeri atau analgesik. Jika kondisi kita memungkinkan untuk pergi ke luar rumah dapat segera berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit. Terkait peraturan swab antigen bagi pasien, dokter Rona mengatakan hal tersebut diwajibkan bila tindakan membutuhkan durasi yang lama seperti pada tindakan pencabutan gigi. Selain itu, di dalam ruang poli gigi RSUI juga tersedia vacum aerosol yang dapat membersihkan ruangan dari virus atau bakteri.

Kami masih Hidup

Oleh: Hari Tjahjono, Mentor Bisnis dan Teknologi Beberapa bulan yang lalu saya pernah bercerita tentang sebuah start up bidang pariwisata yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya akibat pandemi Covid-19. Segala cara dilakukan untuk sekedar bisa bertahan hidup. Mereka berjuang antara hidup dan mati, karena sektor pariwisata adalah industri yang terdampak pandemi paling parah. Sebelum pandemi, mereka telah mendapatkan komitmen pendanaan dari sebuah venture capital senilai separuh dari total nilai investasi yang dibutuhkan untuk ekspansi usaha ke berbagai negara. Sebelum pandemi, start up ini sangat mencorong dan optimis menatap masa depan yang sangat cerah. Tapi apa boleh buat, pandemi mengubah segalanya. Boro-boro masa depan yang cerah, untuk sekedar bertahan hidup saja mereka sangat kesulitan. Untuk mendapatkan co-investor selama pandemi sulitnya bukan main, sehingga komitmen investasi dari venture capital sebelumnya sampai sekarang belum dapat dicairkan. Tapi mereka tidak menyerah. Life goes on. Mereka melakukan apa saja untuk sekedar bisa hidup. Mereka memanfaatkan setiap celah untuk mempetahankan hidupnya perusahaan. Celah itu bernama Turki, Lombok dan Labuan Bajo. Celah itu bernama generasi milenial yang lahir setelah tahun 1990. Turki adalah satu-satunya negara yang membuka negaranya untuk kunjungan wisatawan manca negara. Lombok dan Labuan Bajo adalah destinasi wisata dalam negeri yang menjadi bintang selama pandemi. Dan generasi yang lahir setelah tahun 1990 adalah penolong yang diturunkan Tuhan supaya industri wisata tetap berdenyut. Walaupun masih sangat lemah. Mereka sudah sangat bosan tinggal di rumah, dan ingin tetap menikmati hidupnya. Berkat para dewa penolong itu, setiap bulan ada saja rombongan wisatawan yang berangkat ke Turki, Lombok dan Labuan Bajo. Mereka tetap berekreasi meski dalam masa pandemi. Apakah mereka ignoran? Tidak, saudara-saudara. Mereka sama sekali tidak ignoran, tapi sadar bahwa kehidupan harus tetap berjalan mesti dalam masa pandemi. Mereka memilih hidup berdampingam dengan Covid, meski sangat merepotkan. Bayangkan, mereka rela melakukan PCR test 4 kali supaya bisa tetap berwisata ke Turki. Sebelum berangkat, mereka rela lubang hidungnya diobok-obok. Sesampai Turki, hidung mereka kembali diobok-obok. Begitu kembali ke tanah air, lagi-lagi hidungnya harus diobok-obok, karena hanya dengan cara itulah mereka bisa hidup berdampingam dengan Covid. Apakah sudah cukup? Ternyata belum saudara-saudara. Setelah isolasi selama 5 hari, mereka harus kembali melakukan PCR Test, dan lagi-lagi lubang hidungnya mesti dikorek-korek lagi. Bayangkan, betapa luar biasa perjuangan mereka. Menjadi konsumen pun kini harus mau berjuang keras, dan itu terjadi di industri pariwisata. Berbagai fenomena yang sangat epik itulah yang membuat industri pariwisata masih berdenyut sampai sekarang. Perusahaan start up itu terus berusaha mempertahankan hidupnya. Sambil berbisik, mereka berkata “Kami masih hidup…” Salam,

Perubahan Pola Hidup Masa Pandemi Picu Alergi Kulit

JAKARTA, Jowoneews- Apakah bekerja dari rumah membuat Anda merasakan alergi kulit yang sebelumnya tidak pernah atau jarang muncul? Bila jawabannya iya, mungkin saja akar masalahnya dari pikiran Anda.  Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Raendi Rayendra mengatakan, stres adalah faktor utama yang bisa memicu timbulnya alergi kulit. “Disebut sebagai faktor utama karena menjadi faktor yang paling sering menjadi pencetus alergi,”kata Raendi di Jakarta, Sabtu (23/1). Dia menjelaskan, stres dapat mengganggu beberapa hormon yang secara tidak langsung mengaktifkan reaksi alergi, terutama rasa gatal. Dia mencontohkan, rasa gatal atau alergi bisa muncul pada pelajar ketika stres menjelang ujian. Dikutip dari Webmd, stres membuat tubuh memproduksi hormon seperti kortisol yang memerintahkan kelenjar kulit untuk memproduksi lebih banyak minyak. Kulit berminyak lebih mudah berjerawat dan terkena masalah kulit lainnya. Tak ada salahnya berkonsultasi kepada psikolog bila merasa tertekan, hal yang lazim terjadi di tengah situasi yang serba tidak pasti. Gatal juga bisa disebabkan karena kulit kering akibat terlalu lama berada di ruangan berpendingin udara. Pelembap jadi benda wajib yang harus dipakai secara rutin demi menjaga kondisi kulit. Menurut Raendi, kasus gangguan kulit meningkat selama pandemi karena pola hidup dan kebiasaan yang berubah. “Contohnya, jam tidurnya berubah. Awalnya yang cuci mukanya pagi bergeser ke siang, jadi bergeser polanya. Itu dari lifestyle. Tapi kemudian kita setiap hari menggunakan masker. Yang meningkat adalah kasus jerawat akibat masker,” terangnya sebagaimana dilansir Antara. “Maskne” alias jerawat akibat pemakaian masker dapat dihindari dengan rutin mengganti masker setiap 3-4 jam sekali. Jerawat timbul karena adanya gesekan masker dengan kulit, maka penting untuk sering mengganti dan memilih bahan yang tepat. Raendi, yang baru meresmikan klinik Rayendra Dermatology & Aesthetic Center cabang Bintaro, mengatakan perawatan kulit akan tetap berkembang tahun ini di tengah pandemi karena hal itu akan jadi kebutuhan harian masyarakat. “Dan sekarang saya perhatikan lebih ke inject-able. Seperti botox, filler, benang atau skin booster itu meningkat banget.”

Tips Wisata Aman di Masa Pandemi

JAKARTA, Jowonews- Ingin berwisata, namun tetap aman selama masa pandemi? Bisa coba ikuti lima tips yang disampaikan Head of Social, Branding, and Communication Jakarta Aquarium Fira Basuki ini. “Beberapa tips yakni pilih hari sepi. Jika harus pilih hari, pilih hari yang paling sedikit kerumunan, biasanya Senin-Kamis, walaupun Jumat masih terbilang lengang dibanding Sabtu-Minggu. Bisa juga telepon dulu tempat wisata tersebut menanyakan hari apa saja yang sepi tapi kita masih bisa menikmati semua aktivitas,” katanya, Senin (9/11), sebagaimana dilansir Antara. Misalnya di Jakarta Aquarium, bagian dari Taman Safari Indonesia Group, di hari biasa pun pengunjung bisa menikmati keberadaan 3.000 satwa lebih akuatik dan nonakutiatik. Di lembaga konservasi ini, pengunjung tetap bisa melihat pertunjukan satwa hingga memberi makan satwa. Juga pertunjukan opera puteri duyung yang menggabungkan atraksi panggung dan akuarium, Pearl of the South Sea. Langkah kedua, masyarakat harus patuh menjalankan protokol kesehatan secara maksimal, walaupun tentunya tempat wisata juga menjaga protokol kesehatan. “Pilih destinasi wisata yang aman yang bisa memastikan karyawannya negatif Covid-19 dan rutin menjalani rapid tes, seluruh area didesinfektan, tersedia wastafel dan hand-sanitizer di banyak titik di lokasi, dan selalu ketat dalam penjagaan jarak pengunjung. Pastikan ada aturan bagi pengunjung yang datang dalam keadaan fit dan sehat, sudah dicek suhu badannya, selalu memakai masker, dan tangan mereka pun selalu bersih,” ujar Fira Basuki. Langkah ketiga adalah pilih destinasi yang sesuai dengan kebutuhan. “Misalnya berwisata sekaligus dengan nilai lebih jika kita jadi bisa belajar, menambah ilmu pengetahuan,” katanya. Langkah keempat yakni mencari tempat wisata yang tempat makannya berada di tempat wisata. Dan terakhir, jika memungkinkan masyarakat bisa mencari event promosi dari sebuah destinasi sehingga bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan rekreasi.