Jowonews

Dua Lokasi Karantina di Semarang Siap Dibuka Kembali

SEMARANG, Jowonews- Dua lokasi karantina pasien Covid-19 di Semarang yang beberapa waktu lalu sempat ditutup siap dibuka kembali. Ha ini akan dilakukan jika kasus penderita yang terinfeksi virus tersebut di ibu kota Jawa Tengah ini mengalami lonjakan signifikan. Dua lokasi tempat karantina yang siap dibuka kembali, masing-masing gedung Balai Diklat Kota Semarang dan gedung Asrama Haji Semarang dengan kapasitas total 280 tempat tidur, kata Kota Semarang Hendrar Prihadi di Semarang, Senin (7/6). “Kota Semarang memang mengalami kenaikan, meskipun tidak signifikan,” tandasnya sebagaimana dilansir Antara. Hingga pukul 21.00 WIB kemarin, jumlah pasien positif Covid-19 yang tercatat di laman siagacorona.semarangkota.go.id mencapai 879 orang. Dari jumlah tersebut, kata dia, 55 persen di antaranya merupakan warga Semarang dan 45 persen sisanya merupakan warga luar Semarang. Adapun jumlah penderita yang meninggal dunia tercatat mencapai 3.047 orang. Meski mengalami kenaikan dan mendapat limpahan pasien dari daerah lain, ia memastikan tingkat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit masih mencukupi. “Antisipasi sudah dilakukan, masyarakat jangan khawatir,” katanya. Ia juga meminta masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar daerah jika tidak ada keperluan yang mendesak.

Angka Pasien Sembuh Covid-19 di Boyolali Terus Bertambah

BOYOLALI, Jowonews- Jumlah warga yang sudah dinyatakan sembuh terkonfirmasi positif Covid-19 di Boyolali terus bertambah. Hingga saat ini total pasien sembuh menjadi 5.421 orang. “Jumlah warga yang sembuh Covid-19 di Boyolali hingga Selasa (16/3) malam bertambah 23 kasus sehingga totalnya menjadi 5.421 kasus atau sudah sekitar 93,5 persen,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Ratri S. Survivalina di Boyolali, Rabu (17/3). Ratri S Survivalina menjelaskan penambahan kasus baru terkonfimasi positif Covid-19 di Boyolali enam kasus, sehingga secara akumulasi menjadi 5.797 kasus. Namun, pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan di rumah sakit tinggal 38 kasus. Warga yang masih menjalani isolasi mandiri karena terkonfirmasi Covid-19 hingga saat ini, masih 113 kasus. Sedangkan, warga yang meninggal dunia karena Covid-19 sebanyak 225 kasus atau sekitar 3,9 persen. Oleh karena itu, kata Ratri, skoring Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) Covid-19 di Boyolali saat ini 1.96 atau masuk zona resiko sedang atau warna orange. Ratri menjelaskan dari 38 warga terkonfirmasi Covid-19 yang masih menjalani perawatan rumah sakit di Boyolali tersebut yang terbanyak asal Kecamatan Boyolali Kota, yakni enam pasien, Ampel ada lima pasien, Banyudono, Mojosongo, dan Teras masing-masing empat pasien. Pasien Covid-19 lainnya asal Nogosari ada tiga orang, Karanggede, Ngempak, dan Juwangi masing-masing dua orang yang masih dirawat di rumah sakit, kecamatan lainnya hanya satu orang. Bahkan, enam dari 22 kecamatan di Boyolali sudah tidak ada warganya yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, yakni Cepogo, Gladagsari, Kemusu, Klego, Tamansari dan Wonosegoro. Keenam kecamatan ini, sudah nol pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Ratri menjelaskan menurun kasus Covid-19 di Kabupaten Boyolali tersebut salah satunya dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro yang diperpanjang hingga tiga kali. Selain itu, juga dampak Aparat Satgas Covid-19 dalam melaksanakan operasi yustisi penegakan disiplin protokol kesehatan dapat menekan kasus penyebaran virus, termasuk program Jogo Tonggo di kampung-kampung atau di tingkat RT/RW di Boyolali. Kendati demikian, Ratri meminta warga baik yang sudah divaksin maupun belum tetap menjaga protokol kesehatan dengan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan), sehingga kasus Covid-19 di Boyolali bisa ditekan. 

1,1 Juta Pasien Covid-19 di Indonesia Sembuh

JAKARTA, Jowonews- Jumlah pasien yang sembuh dari infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 di Indonesia bertambah 9.053 menjadi total 1.169.916 orang. Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Rabu (2/3) siang, jumlah akumulatif warga yang terserang Covid-19 di seluruh Indonesia bertambah 6.808 menjadi 1.353.834 orang. Sementara jumlah pasien yang meninggal dunia karena penyakit itu bertambah 203 menjadi total 36.721 orang. Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia, menurut Satuan Tugas sebagaimana dilansir Antara, saat ini sebanyak 147.197 kasus. Satuan Tugas mencatat, penambahan pasien Covid-19 yang sembuh paling banyak terjadi di DKI Jakarta (2.445) disusul Jawa Barat (2.233), Jawa Tengah (1.324), Jawa Timur (514), dan Kalimantan Timur (459). Sedangkan penambahan kasus Covid-19 paling banyak terjadi di Jawa Barat (1.894) disusul DKI Jakarta (1.437), Jawa Tengah (548), Jawa Timur (430), dan Kalimantan Timur (349). DKI Jakarta masih tercatat sebagai provinsi dengan jumlah akumulatif kasus Covid-19 paling banyak dengan 343.807 kasus disusul Jawa Barat (216.423), Jawa Tengah (155.217), Jawa Timur (130.642), dan Sulawesi Selatan (56.780). Namun, DKI Jakarta juga tercatat sebagai daerah dengan jumlah akumulatif pasien sembuh terbanyak (330.949) disusul Jawa Barat (178.213), Jawa Timur (118.207), Jawa Tengah (106.110), dan Sulawesi Selatan (52.364).

Beberapa Kesalahan Saat Isolasi Mandiri Covid-19

JAKARTA, Jowonews- Sejumlah kesalahan yang disadari atau tidak saat isolasi mandiri Covid-19 menjadi penyebab munculnya kluster keluarga dan transmisi di komunitas. Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) sekaligus epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin dalam webinar yang digelar Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Jumat (5/2) malam. Dia mengatakan seiring bertambahnya kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir, proporsi orang yang melakukan isolasi mandiri menjadi sekitar 35-40 persen. “Ada beberapa kebocoran memang pada isolasi mandiri sehingga terbentuk kluster keluarga, transmisi di komunitas, pergerakan populasi di tempat-tempat umum sebenarnya menjadi pemicu kasus naik,” kata Ridwan sebagaiamana dilansir Antara. Isolasi mandiri dilakukan dengan memisahkan si sakit agar dia tidak menjadi sumber penularan. Selama isolasi mandiri, pasien perlu berada di dalam rumah atau ruangan selama 14 hari. Namun pasien harus memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit jika gejala memburuk. Akan tetapi pada kenyataannya, pasien masih keliru mengenai hal ini. Salah satunya tidak berdiam di rumah atau ruangan selama 14 hari. Dia tetap berinteraksi sosial secara langsung dengan anggota keluarga lain sehingga dia menjadi sumber penularan bagi keluarganya atau tetangga. “Semakin tinggi tingkat pertemuan seperti makan bersama maka tingkat penularan makin tinggi. Apabila mobilitas penduduk naik satu persen maka kasus Covid-19 bisa naik 8-15 persen,” tutur Ridwan. Kurang Pengawasan Masalahnya, selain pasien tidak disiplin, kurangnya pengawasan dari petugas puskesmas atau layanan medis menyebabkan kebocoran dalam pelaksanaan isolasi mandiri. “Karena ketidakdisiplinan dalam melakukan isolasi mandiri maka terbentuk kluster keluarga, tetangga, kantor. Karena itu beberapa provinsi mendorong supaya isolasi mandiri dapat dikontrol oleh RT, RW atau dilaksanakan secara terpusat,” kata Ridwan. Isolasi mandiri, merujuk pada pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 revisi kelima, dilakukan mereka dengan kasus gejala ringan, orang tanpa gejala (OTG), kasus suspect sampai keluar hasil tes (dia tidak boleh berinteraksi sosial sambil menunggu hasil tes) dan kontak erat dari pasien positif. Sebelum mengisolasi diri, pasien sebaiknya menghubungi dinas kesehatan menyampaikan dia melaksanakan isolasi mandiri. Anggota keluarga segera mengungsikan mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah misalnya lansia, atau sedang dalam pengobatan penyakit kronik seperti diabetes atau kanker, penyakit auto imun, kondisi pernapasan tidak prima, karena mereka berisiko lebih tinggi terpapar Covid-19. Kemudian, selama isolasi, pasien sebaiknya mengembangkan aktivitas yang memungkinkannya berdiam di ruangan seperti membaca atau kegiatan produktif lainnya, dilarang melakukan kegiatan bersama termasuk makan dengan anggota keluarga lainnya, tidak menyentuh wajah. Dia juga harus rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun, selalu berpikiran positif untuk menjaga imunitas, mengontak nomor kontak layanan psikolog jika merasa perlu berbicara tentang kesehatan mental selama isolasi mandiri. Hal penting lainnya, dia harus memeriksakan kondisi status kesehatan setiap pagi, apakah terjadi perburukan, sesak napas, demam, dan memahami risiko penularan saat berada di luar rumah. Di sisi lain, ruangan selama isolasi perlu diatur sesuai pedoman, antara lain memiliki ventilasi baik (jendela dibuka setiap pagi agar sirkulasi udara terjaga). Ruangan ini sebaiknya tidak dimasuki orang lain termasuk anggota keluarga yang sehat. Kemudian, terkait penggunaan kamar mandi, Ridwan menyarankan pemisahan kamar mandi untuk orang yang melakukan isolasi mandiri. Jika tidak memungkinkan, kamar mandi bisa digunakan bergantian asalkan dibersihkan dengan disinfektan rutin setelah dipakai. Cairan kimia pembersih kamar mandi seperti yang mengandung accelerated hydrogen perixode (0,5 persen), Benzalkonium chloride (0,05 persen) dan Chloroxylenol (0,12 persen) bisa digunakan. “Sisi lemah virus penyebab Covid-19, rentan terhadap bahan kimia pembersih kamar mandi,” kata Ridwan. Mereka yang bergejala harus diisolasi mandiri minimal selama 10 hari setelah hari pertama mengembangkan gejala, ditambah 3 hari setelah gejala berakhir atau saat mereka tidak demam dan tanpa gejala pernapasan. Sementara orang tanpa gejala (OTG) OTG disarankan melakukan isolasi mandiri selama minimal 10 hari setelah dites positif. Ketua Terpilih PB IDI sekaligus Ketua Tim Mitigasi COVID-19 PB IDI, Dr. Muhammad Adib Khumaidi menambahkan, jika setelah isolasi mandiri lalu hasil tes swab PCR menunjukkan positif, orang perlu tetap melanjutkan isolasi mandiri. Setelah hari ke-21, dia dinyatakan dua kali negatif, maka baru bisa dikatakan negatif virus corona dan bisa kembali beraktivitas. Kemudian, usai melakukan isolasi mandiri, orang-orang tetap harus menerapkan protokol kesehatan dan ini kerap diabaikan. Menurut Ridwan, orang menganggap setelah isolasi mandiri, maka sudah aman sehingga abai melaksanakan protokol kesehatan seperti meninggalkan masker dan tidak menjaga jarak dengan orang lain.

Ratusan Pasien Covid-19 di Asrama Haji Donohudan Sembuh

SOLO, Jowonews- Ratusan pasien positif Covid-19 tanpa gejala yang menjalani karantina di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Jawa Tengah dinyatakan sembuh. “Kalau hari ini tinggal 113 orang, kemarin ada yang sudah pulang. Yang pertama 28 orang, yang kedua 73 orang, dan yang ketiga 63 orang,” kata Penanggung Jawab Isolasi Pasien Covid-19 OTG wilayah Soloraya Sigit Armunanto di Boyolali, Rabu (30/12). Ia mengatakan untuk hari ini petugas akan melakukan tes usap lagi kepada 98 pasien. Dia berharap dari total tersebut sebagian diantaranya dinyatakan negatif sehingga diperbolehkan pulang. “Perkembangan sejauh ini cukup baik. Yang pasti belum pulang ada 15, sedangkan sisanya ikut tes usap dulu,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan untuk pasien Covid-19 dengan status OTG yang masuk ke Asrama Haji Donohudan sendiri didominasi oleh warga Soloraya, di antaranya dari Boyolali dan Karanganyar. “Sekitar 98 persen dari Soloraya. Untuk penambahan setiap harinya bervariasi, tertinggi 45 orang,” katanya. Sementara itu, untuk pasien bergejala yang datang ke Asrama Haji Donohudan langsung dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19. “Yang ke sana bergejala maka kami bawa ke RS, baik Bung Karno maupun Moewardi. Dulu ada tiga, sampai sekarang belum lagi,” katanya. Mengenai tenaga kesehatan yang ada di Asrama Haji Donohudan, dikatakannya, seluruhnya merupakan tenaga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengingat lokasi tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Ditelusuri, Kontak Erat Kasus Covid-19 Camat Jepara

JEPARA, Jowonews-– Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jepara, Jawa Tengah, masih melakukan penelusuran kontak erat pascameninggalnya Camat Tahunan EK (57) yang dinyatakan meninggal akibat penyakit virus corona. “Sebelumnya memang sudah melakukan penelusuran kontak di lingkungan Kantor Kecamatan Tahunan, kemudian dilanjutkan ke keluarga almarhum,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Jepara Muh Ali di Jepara, Rabu (18/11). Dalam penelusuran kontak tersebut, kata dia, semuanya dilakukan tes usap tenggorokan (swab) guna mendeteksi ada tidaknya virus corona. Hasilnya, imbuh dia, hingga kini memang belum keluar sehingga yang sebelumnya menjalani tes usap tenggorokan tentunya harus melakukan isolasi sampai diketahui hasilnya. Ia berharap aturan protokol kesehatan tetap dijalankan guna mencegah terjadinya rantai penularan, lansir Antara. Sebelum meninggal, Camat Tahunan mulai menjalani perawatan di RSUD Kartini Jepara sejak 14 November 2020. Sementara hasil tes usap tenggorokan terhadap almarhum diketahui pada Sabtu (14/11) dinyatakan terkonfirmasi Covid-19. Tim Satgas Penanganan Covid-19 DiteJepara mengingatkan masyarakat di Kabupaten Jepara untuk tetap disiplin menggunakan masker serta selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak aman serta menghindari kerumunan.

1085 Pasien di Boyolali Sembuh dari Covid-19

BOYOLALI, Jowonews- Jumlah warga yang dinyatakan sembuh dari terkonfirmasi positif Covid-19 di wilayahnya, hingga Rabu m(18/11) ini, bertambah sebanyak 39. Totalnya menjadi 1.085 kasus. Menurut Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Ratri S Survivalina, jumlah kasus Covid-19 yang sembuh di Boyolali terus bertambah dan menjadi 1.085 kasus. Karena mereka yang terkonfirmasi mayoritas masuk orang tanpa gejala dari total secara akumulasi sebanyak 1.627 kasus. “Dari jumlah akumulasi terkonfirmasi positif Covid-19di Boyolali sebanyak 1.627 kasus, dan yang sudah dinyatakan sembuh dari hasil evaluasi negatif sebanyak 1.085 kasus atau sekitar 67 persen,” kata Ratri S Survivalina sebagaimana dilansir Antara. Menurut Ratri, warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 yang masih dirawat di rumah sakit sebanyak 178 kasus, isolasi mandiri sebanyak 303 kasus, sedangkan meninggal dunia 61 kasus atau sekitar 4 persen. Ratri mengatakan skoring Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) Covid-19 di Boyolali 1,34 atau menunjukkan zona merah atau zona risiko tinggi. Puskesmas Dibuka Kembali Menyinggung soal dua puskesmas yakni Andong dan Ampel di Boyolali yang ditutup sementara pelayanan karena karyawannya ada yang terkonfirmasi positif Covid-19, kata Ratri, sudah mulai dibuka pada Selasa (17/11), untuk rawat jalan. Menurut Ratri, ditutup sementara pelayanan karena keterbatasan tenaga medis. Tetapi kini dari hasil evaluasi pemeriksaan tes usap sudah mulai negatif. “Insha Allah kedua Puskesmas yang ada pegawainya positif Covid-19 itu, minggu depan pelayanan sudah kembali normal,” kata Ratri. Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali sebelumnya ada pegawainya yang positif Covid-19. Setelah dilakukan penelusuran ada 26 orang yang dinyatakan positif. Puskesmas itu, kemudian ditutup sementara selama tiga hari yakni tanggal 14 hingga 16 November 2020. Selain itu, menyusul Puskesmas Ampel diketahui dari hasil usap ada sebanyak 35 kasus pegawainya terkonfirmasi positif Covid-19. Sehingga, Puskesmas ditutup hanya satu hari karena keterbatasan tenaga medis, tetapi sekarang sudah kembali dibuka pelayanan kesehatan untuk masyarakat.

Unit ICU Pasien Covid-19 Harus Dijauhkan dari AC

BENGALURU, Jowonews- Unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 harus dijauhkan dari AC untuk membatasi risiko infeksi terhadap dokter, menurut studi dari lembaga riset terkemuka India. Petugas medis garda depan di seluruh dunia memikul beban terberat krisis virus corona. Lebih dari 500 dokter meninggal akibat COVID-19 di India, negara terparah kedua di dunia, saat infeksi mendekati angka delapan juta. “Resirkulasi udara oleh sistem AC yang terpusat inilah yang menyebabkan infeksi signifikan terhadap kalangan medis kami dan juga menyebabkan kematian dokter dan perawat,” menurut studi Institut Sains India di Bengaluru, yang dianggap sebagai salah satu universitas sains terbaik di negara tersebut. Mengurangi resirkulasi udara dan meningkatkan penggunaan udara luar ruangan mampu meminimalisasi risiko penyebaran virus corona di ruangan tertutup, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Studi terdahulu menyarankan negara-negara dengan iklim panas berhati-hati dengan menjaga ruangan tertutup tidak kering akibat pendingan AC yang berlebihan. Studi itu mencatat bahwa menjaga tingkat kelembaban dalam ruangan antara 40-60 persen dapat membantu membatasi penularan virus. Apabila tanpa AC, ICU dapat dilengkapi dengan kipas yang memaksa udara untuk masuk. Juga dengan kipas penyedot untuk menarik udara terinfeksi dan mengatasinya dengan filter udara berbahan dasar sabun atau air yang sangat panas sebelum melepaskannya ke luar, menurut studi. “Pasien (Covid-19) di ICU merupakan sumber aktif virus, dan mereka secara konsisten mengeluarkan partikel,” kata A.G. Ramakrishnan, penulis utama studi tersebut, kepada Reuters. “Sehingga, kalau kita tidak menyaring udara, hal itu memperburuk keadaan.” Di ICU, tempat AC diperlukan, sistem AC dari ruang ICU Covid-19 dapat diputus dari ICU yang lain dan kipas penyedot harus dipasang untuk menarik udara yang terinfeksi dan kemudian disaring, menurut studi tersebut. Demikian lansir Antara.