Jowonews

Pengamat: Terapkan Metode Pembelajaran Kombinasi Selama Pandemi

SOLO, Jowonews- Pemerintah diminta menerapkan metode pembelajaran kombinasi atau perpaduan antara tatap langsung dengan daring selama masa pandemi Covid-19. “Harus ada kombinasi antara tatap muka dengan daring. Ini upaya mengurangi stresnya pembelajaran secara online,” kata pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Harun Joko Prayitno di Solo, Jumat (21/8). Ia mengatakan pembelajaran skala kecil berbasis protokol kesehatan tetap harus diadakan. “Jadi jangan ditiadakan sama sekali. Meski demikian, model penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas perlu digeser ke tempat yang lebih terbuka. Kalau dikristalisasi Covid-19 itu kan hanya berlangsung di interaksi jangka pendek, rumah yang ketat, tidak ada ruang terbuka,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia juga berharap agar citra sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu tidak dijadikan seolah menakutkan di mana menjadi sumber penyakit atau dianggap sumber penularan Covid-19. Kepunahan Pendidikan “Kalau begitu maka anak akan mengalami trauma panjang. Kalau kementerian mengadakan pendidikan tatap muka sampai Desember berarti kan 10 bulan. Ini namanya kepunahan pendidikan. Ke depan sekolah ‘nggak’ ada, hanya ada pendidikan. Ini yang perlu diluruskan,” katanya. Ia menilai pendidikan secara daring selama ini tidak hanya berdampak pada stresnya siswa, tetapi juga orang tua dan guru. “Ketiganya ini merupakan komponen. Orang tua yang biasanya melepas anaknya sekolah sekarang justru dibebani. Bukan hanya jadi pendamping belajar, tetapi juga harus mendudukkan diri sebagai guru dan murid,” katanya. Oleh karena itu, menurut dia, kondisi tersebut harus dicairkan dengan pentingnya penanaman pendidikan dan kesehatan pada siswa. “Perlu ditekankan kebersihan dan kesehatan untuk menuju sekolah, yang paling bagus ya blended learning,” katanya.

Sekolah Daring Berpotensi Tingkatkan Kekerasan pada Anak

JAKARTA, Jowonews– Penerapan sistem pembelajaran jarak jauh atau sekolah daring berpotensi meningkatkan kekerasan fisik dan verbal pada anak-anak. Orang tua bebannya bertambah. Karena selain harus menyelesaikan pekerjaan sehari-hari juga harus mendampingi anak-anak belajar atau sekolah daring. Kondisi demikian bisa memicu terjadinya kekerasan fisik atau verbal pada anak. Hal tersebut disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan Fidiansjah dalam keterangan persnya melalui telekonfrensi di Jakarta, Rabu (5/8) “Yang tidak kita inginkan suasana pandemi di keluarga menimbulkan kekerasan. Karena dinamika perubahan yang dialami oleh anak dan orang tua tidak siap dengan perubahan ini,” kata Fidiansjah, sebagaimana dilansir Antara. Tekanan Psikososial Fidiansjah menekankan pentingnya orang tua, masyarakat, dan pemerintah memerhatikan kesehatan jiwa anak semasa pandemi. Temuan kementerian Kesehatan menunjukan, anak-anak dan pelajar mengalami tekanan psikososial yang meningkat di masa sulit ini. Mereka mengalami kebosanan dan peningkatan kekhawatiran selama pandemi. Kondisi ini memaksa anak-anak dan orang tua mereka lebih banyak beraktivitas di rumah. Menurut data Kementerian Kesehatan, selama pandemi 47 persen anak merasa bosan tinggal di rumah. 35 persen khawatir ketinggalan pelajaran. 15 persen merasa tidak aman. Sementara itu, sebanyak 34 persen merasa takut terserang Covid-19. 20 persen merindukan teman-temannya. Dan 10 persen dari mereka khawatir penghasilan orang tua mereka berkurang. Fidiansjah menjelaskan, anak-anak usia dini bisa terpengaruh kondisi orang tua yang stres. Karena orang tuanya pun menghadapi berbagai masalah. Seperti peningkatan kebutuhan ekonomi dan peningkatan beban.  Sementara itu, anak-anak yang masih harus mengikuti pembelajaran dari jarak jauh juga menghadapi kendala tambahan. lain. Yakni saat orang tua yang biasa mendampingi mereka belajar di rumah kembali bekerja. Sementara para pelajar yang sudah kembali belajar di sekolah menghadapi kekhawatiran tertular Covid-19. Kementerian Kesehatan sendiri menyediakan layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial bagi anak dan remaja. Warga bisa mengakses layanan konsultasi kesehatan jiwa gratis melalui telepon dengan menghubungi Call Center di nomor 119 ext 8.

Dinas Diminta Siapkan Infrastruktur KBM Daring

SEMARANG, Jowonews.- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah diminta untuk menyiapkan mekanisme dan infrastruktur kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring saat pandemi COVID-19. Hal tersebut disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo usai mengikuti pisah sambut Kadisdikbud Jateng, Jumat (24/7). Ganjar telah menunjuk Padmaningrum yang sebelumnya menjabat Sekretaris Disdikbud Jateng sebagai Plt Kadisdikbud Jateng. Padmaningrum menggantikan Jumeri yang ditunjuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. “Pembelajaran daring sudah banyak mendapat komplain dari masyarakat sebab infrastrukturnya memang belum memenuhi untuk mendukung program ini. Kalau memang dalam hal infrastruktur belum bisa memenuhi, maka mekanismenya seperti apa, kalau memang harus tatap muka, bagaimana pembatasannya dan protokolnya harus benar-benar ketat,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Selain mekanisme dan infrastruktur KBM daring, Ganjar juga menugasi Kadisdikbud Jateng menyiapkan KBM pasca-Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SMA/SMK/SLB. “Tolong sekolah dikelola karena ini masih COVID-19, maka betul-betul diukur persiapannya. Apakah tatap muka kelasnya atau daring,” pinta Ganjar. Selain soal pelaksanaan KBM pasca-PPDB, soal integritas juga ditekankan oleh Ganjar karena ada beberapa keluhan masyarakat yang ditarik iuran saat masuk sekolah baru dan ada juga yang memaksa siswa membeli seragam di sekolah. Menurut dia, hal itu tidak boleh dilakukan dan kalau memang siswa tidak mampu, maka dirinya membolehkan siswa tersebut sekolah tanpa seragam. “Masyarakat tanya soal itu, katanya gratis tapi ada beberapa yang dimintai bayaran. Makanya saya minta Plt baru itu menertibkan. Kemarin ada satu yang kami temukan, saya minta mundur atau saya pecat. Kencang saya kalau soal ini, agar masyarakat yang dalam kondisi sulit ini bisa belajar dengan baik,” katanya. Ganjar juga meminta Plt Kadisdiksbud Jateng Padmaningrum untuk mengurusi persoalan terkait dengan 17 kecamatan di Jateng yang belum memiliki fasilitas sekolah negeri. “Dalam waktu dekat, akan diuji coba di tiga kecamatan untuk dibuatkan kelas jarak jauh. Saya minta betul-betul didampingi sehingga bisa jalan. Selain itu, daerah-daerah lain diharapkan semuanya ada fasilitas sekolahan,” ujarnya. (Ant)