Jowonews

Sudah Divaksin Covid-19? Jangan Lengah!

SOLO, Jowonews- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta masyarakat untuk tidak lengah meski sudah menerima vaksin sinovac. “Saya pesan tetap protokol kesehatan dipegang sampai nanti vaksin kedua dan biasanya 14 hari setelah vaksin kedua akan terasa badannya segar, tetapi sekali lagi jangan lengah,” katanya pada peninjauan vaksin Covid-19 di Pasar Klewer Solo, Kamis (4/3). Ia meminta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, termasuk pedagang demi meminimalisasi penyebaran Covid-19 Dengan demikian, pedagang bisa kembali berjualan dengan normal. Selanjutnya, ia berharap dengan selesainya pemberian vaksin pedagang di Pasar Klewer, vaksin bisa dilakukan di tempat lain. “Insyaallah ‘sing dodolan’ (yang berjualan) lancar ‘kabeh’ (semua). Ini bagus, mulai lancar, antusiasme masyarakat cukup tinggi. Harapannya percepatan bisa dilakukan, pak wali (Wali Kota Surakarta) sudah mengkoordinasikan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan untuk pelaksanaan vaksin di Pasar Klewer sendiri akan berakhir pada Jumat (5/3). “Harapannya masyarakat bisa lebih aman, lebih nyaman,” katanya. Sebelumnya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan untuk jumlah pedagang Pasar Klewer yang mengikuti vaksin sebanyak 3.800 orang. Selain Pasar Klewer, vaksin untuk pedagang juga dilakukan di beberapa pasar lain, salah satunya Pasar Gede yang diikuti oleh 680 pedagang. Ia mengatakan pedagang juga kompak mengikuti vaksin dan tidak ada penolakan dari mereka.

Jutaan Lansia di Jateng Diprioritaskan Terima Vaksin Covid-19

SEMARANG, Jowonews- Sebanyak 3,2 juta orang lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19 tahap kedua bersama pelayan publik sesuai dengan kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Hari ini kita percepat vaksinasi untuk pelayanan publik plus kita prioritaskan untuk lansia. Lansia ini memang sekarang menjadi prioritas pertama,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai memimpin Rapat Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Semarang, Selasa (2/3). Terkait dengan hal itu, Ganjar meminta semua bupati/wali kota menjadikan prioritas vaksinasi untuk lansia mengingat sebelumnya program vaksinasi lansia awalnya hanya dilakukan di ibu kota provinsi. “Silakan didaftar, pasti lebih mudah karena umpama saya mencari lansia eks PNS itu gampang, TNI/Polri juga punya datanya. Kalau tidak, kelurahan atau desa juga pasti punya data lansia itu,” ujarnya sebagaiana dilansir Antara. Kendati demikian, Ganjar menyebutkan bahwa tidak semua masyarakat mendapatkan vaksinasi secara serentak karena keterbatasan stok vaksin Covid-19. “Nanti tidak bisa semua, jadi bertahap, maka saya minta masyarakat bersabar. Sebenarnya kita jauh lebih siap, mau dikasih berapa saja vaksinnya pasti habis cepat, tapi karena pusat memberikan vaksin secara bertahap, maka kita ‘manut’ saja. Mohon maaf kepada seluruh masyarakat, sabar ya karena ini bertahap,” katanya. Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menambahkan total ada sekitar 3,2 juta orang lansia di Jateng yang nantinya akan menjadi prioritas bersama 2,1 juta pelayan publik dalam proses vaksinasi. “Total lansia dan pelayan publik di Jateng ada sekitar 5,3 juta, tapi sekali lagi karena vaksin yang ada baru sebagian kecil, jadi tidak bisa bareng semuanya. Saat ini saja, jumlah vaksin yang kami terima hanya sekitar 10 persen dari total target sasaran itu, maka kami minta masyarakat bersabar,” ujarnya. Mengenai capaian vaksinasi Covid-19, Yulianto mengungkapkan hingga 1 Maret 2021 sudah cukup banyak. Untuk jumlah orang yang divaksin dosis pertama, hingga hari ini total ada 302.651 orang, sedangkan total yang sudah menerima vaksin dosis kedua terdapat 136.471 orang. “Tapi data itu dipastikan terus bergerak dan hari ini data itu pasti jauh lebih tinggi, mengingat tiap hari proses vaksinasi itu terus dilakukan,” katanya.

Alhamdulillah, 10 Juta Bahan Baku Vaksin Telah Tiba

JAKARTA, Jowonews- Sebanyak 10 juta dosis bahan baku vaksin Covid-19 dari perusahaan asal Tiongkok Sinovac kembali tiba di Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (2/3). Bahan baku vaksin tersebut didatangkan melalui penjemputan khusus Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA891. “Alhamdulillah, hari ini kita kedatangan bulk vaccine untuk 10 juta dosis. Bulk vaccine ini adalah materi dasar vaksin yang nanti akan dibuat Bio Farma menjadi vaksin (siap pakai),” ujar Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono dalam keterangan pers virtual di Jakarta, Selasa. Kedatangan sepuluh juta dosis bahan baku vaksin ini merupakan kedatangan kelima setelah pada kedatangan sebelumnya pemerintah juga telah mendatangkan vaksin siap pakai maupun bahan baku vaksin. Pada kedatangan pertama dan kedua, pemerintah mendatangkan 1,2 juta dan 1,8 juta dosis vaksin siap pakai. Sedangkan untuk kedatangan ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 15 juta dan 10 juta dosis bahan baku vaksin. Dengan demikian, pemerintah telah mendatangkan 38 juta dosis vaksin yang berasal dari perusahaan Sinovac. Vaksin-vaksin tersebut akan digunakan untuk mendukung program vaksinasi massal secara gratis yang menargetkan 181,5 juta masyarakat. “Bertahap, nanti kemudian akan datang 185 juta vaksin yang berasal dari Sinovac,” kata Dante sebagaimana dilansir Antara. Bahan baku tersebut, sebagaimana bahan baku pada kedatangan ketiga dan keempat, selanjutnya akan diolah dan diproduksi lebih jauh oleh BUMN farmasi PT Bio Farma yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin Covid-19 produksi Sinovac tersebut sebelumnya juga telah menerima izin penggunaan darurat dari BPOM dan memperoleh fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dante mengatakan, selain mengadakan vaksin Covid-19 yang berasal dari Sinovac, pemerintah juga telah memperoleh komitmen pengadaan vaksin dari sejumlah perusahaan farmasi lainnya. Yakni AstraZeneca dari Inggris, Pfizer-BioNTech dari Jerman dan Amerika, serta Novavax dari Amerika. Semuanya akan digunakan dalam program vaksinasi pemerintah. “Semua vaksin tersebut akan memenuhi kebutuhan vaksinasi seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.

Pembelajaran Tatap Muka Setelah Guru Divaksinasi

JAKARTA, Jowonews- Pembelajaran tatap muka baru bisa dimulai setelah vaksinasi Covid-19 pada guru selesai dilaksanakan. Hal tersebuit ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim pada acara peluncuran program vaksinasi guru di SMAN 70 Jakarta, Jakarta, Rabu (25/2). “Kalau kita bisa menyelesaikan vaksinasi ini sampai dengan akhir bulan Juni, maka tahun ajaran berikutnya, pada Juli, bisa melakukan pembelajaran tatap muka,” katanya sebagaimana dilansir Antara. “Esensi dari kebijakan ini, dan kenapa tenaga pendidik itu menjadi salah satu yang prioritas adalah, sudah cukup lama anak-anak kita tidak sekolah tatap muka,” katanya. Ia menekankan bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah harus dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan selama penularan Covid-19 belum terkendali. Mendikbud mengatakan, pemerintah berusaha melakukan tindakan cepat supaya pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan lagi karena pelaksanaan pembelajaran dari jarak jauh dalam jangka panjang bisa mempengaruhi perkembangan anak. “Kita mengambil tindakan yang cepat dan gesit untuk bisa melaksanakan lagi sekolah tatap muka,” katanya. Pada peluncuran program vaksinasi Covid-19 pada tenaga kependidikan di SMAN 70 Jakarta, ada 650 guru, dosen, tenaga kependidikan, hingga pegiat pendidikan yang menjalani vaksinasi. Vaksinasi pada tenaga kependidikan juga dilaksanakan di daerah-daerah yang lain di bawah koordinasi dinas terkait. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan vaksinasi Covid-19 pada sekitar lima juta guru bisa selesai Juni 2021.

Gubernur Ganjar Dukung Vaksin Nusantara Karya Anak bangsa

SEMARANG, Jowonews- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendukung penuh pengembangan Vaksi Nusantara atau vaksin anti-Covid-19 yang saat ini dilakukan tim peneliti di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Kota Semarang. “Tentu saya siap dan mendukung penuh, kalau nanti itu sudah diuji, seperti GeNose dulu, kami siap menggunakannya. Tinggal nanti dari industrinya seberapa bisa melakukan itu,” katanya di Semarang, Kamis (18/2). Tidak hanya menunggu selesai, ia juga memberikan dukungan untuk mempercepat proses penelitian Vaksin Nusantara itu dengan menawarkan tempat pengembangan di rumah sakit milik Pemprov Jateng. “Kalau nanti umpama butuh tempat lain untuk penelitian, umpama butuh rumah sakit lain sebagai tempat riset, saya siap mendukung penuh. Tujuh rumah sakit daerah milik pemprov akan saya berikan semuanya untuk itu,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Karya Anak Bangsa Dukungan penuh itu diberikan Ganjar karena melihat Vaksin Nusantara karya anak bangsa, apalagi vaksin itu dikembangkan di Jawa Tengah. “Menurut saya ini sangat penting untuk dikawal. Saya sudah ketemu dengan Pak Terawan dan beliau sudah menceritakan hal ini. Dari ceritanya, metode dan metodologi penggunaannya, vaksin ini jauh lebih aman,” katanya. Sampel dari vaksin ini, lanjut Ganjar, diambil dari orang Indonesia sehingga setidaknya ada karakter yang khas dari orang Indonesia dan DNA-nya juga tidak jauh berbeda. “Jadi kalau orang melihat DNA-nya orang Indonesia, mudah-mudahan bisa lebih bagus,” ujarnya. Orang nomor satu di Jateng itu, juga berharap riset Vaksin Nusantara bisa dipercepat agar segera dimanfaatkan masyarakat. Tak hanya Vaksin Nusantara, Ganjar juga menegaskan bahwa semua riset anak bangsa terkait dengan penanganan pandemi harus mendapat dukungan dan proteksi dari pemerintah, apakah itu Vaksin Nusantara, Vaksin Merah Putih, GeNose dari UGM, dan pengembangan ventilator. “Artinya, proses-proses yang sudah berjalan dan hasilnya bagus, pemerintah mesti memproteksi, negara harus memproteksi ini sehingga kita bisa mandiri. Dengan begitu, maka kita tidak akan terus bergantung pada negara lain,” tegasnya. Tim peneliti dari PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro melakukan serangkaian tahap uji klinis fase dua vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama Vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pengembangan Vaksin Nusantara saat ini memasuki uji klinis fase kedua setelah fase pertama untuk mengetahui keamanan vaksin telah selesai dilaksanakan pada akhir Januari 2021 dengan hasil baik, tanpa ada keluhan berat yang dirasakan 27 sukarelawan vaksin. Uji klinis fase dua ini dilakukan untuk menentukan efektivitas vaksin yang nantinya akan diujikan kepada 180 sukarelawan vaksin sebelum memasuki uji klinis fase tiga guna menentukan pengaturan dosis untuk 1.600 sukarelawan vaksin. Salah satu metode vaksin yang sedang dikembangkan pihaknya saat ini vaksin berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih.

Vaksin Nusantara Uji Klinis di RS Kariadi Semarang

SEMARANG, Jowonews- Vaksin baru anti-Covid-19 yang diberi nama Vaksin Nusantara sedang disiapkan uji klinisnya di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi, Kota Semarang Vaksin tersebut digagas oleh tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. “Pengembangan Vaksin Nusantara saat ini memasuki uji klinis fase kedua setelah fase pertama untuk mengetahui keamanan vaksin telah selesai dilaksanakan pada akhir Januaru 2021 dengan hasil baik tanpa ada keluhan berat yang dirasakan oleh 27 sukrelawan vaksin,” kata salah seorang peneliti Yetty Movieta Nency yang ditemui di RSUP dr. Kariadi Semarang, Kamis (18/2). Menurut dia uji klinis fase dua ini dilakukan untuk menentukan efektivitas vaksin yang nantinya akan diujikan kepada 180 sukarelawan vaksin sebelum memasuki uji klinis fase tiga guna menentukan pengaturan dosis untuk 1.600 sukarelawan vaksin. Ia menjelaskan salah satu metode vaksin yang sedang dikembangkan pihaknya saat ini adalah vaksin berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih. Tujuan pemberian vaksin, lanjut dia, untuk merangsang respon imun spesifik terhadap antigen spike dari SARS CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali dan akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona. “Prosedurnya bagaimana jadi dari subjek itu kita ambil darahnya kemudian kita ambil sel darah putihnya, kita ambil sel dendritiknya, kemudian di dalam laboratorium kita kenalkan dia dengan recombinan dari virus SARS CoV-2. Jadi kita kenalkan kemudian setelah itu sel dendritiknya menjadi pintar bisa mengenali, sudah tahu bagaimana mengantisipasi virus kemudian dia kita suntikkan kembali,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Kendati belum dapat dipastikan kapan Vaksin Nusantara siap diedarkan, namun dengan adanya pengembangan vaksin anti-Covid-19 ini maka Indonesia bisa disejajarkan dengan negara lain dalam pengembangan vaksin Covid-19. Pertama di Dunia Bahkan, kata Yetty Movieta Nency, pengembangan vaksin Covid-19 dengan metode berbasis sel dendritik ini diklaim menjadi yang pertama di dunia. Mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto di sela mendampingi kunjungan kerja anggota Komisi IX DPR RI di RSUP dr. Kariadi Semarang, Selasa (16/2) mengatakan bahwa Vaksin Nusantara bersifat “personalized” dan efektif untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga diatas 60 tahun, termasuk semua penyakit penyerta (komorbid).\ “Dengan adanya dukungan dari Komisi IX DPR RI untuk memproduksi Vaksin Nusantara ini, maka mudah-mudahan ada percepatan karena untuk vaksin ini harus ada ‘extraordinary’ agar negara kita bisa sejajar dengan negara-negara produksi vaksin. Hanya saja platform kita berbeda,” katanya. Ia menegaskan kehadiran Vaksin Nusantara bukan sebagai saingan vaksin sebelumnya. Bahkan kerja sama ini sudah dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/2646/2020 tentang Tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Sel Dendritik SARS CoV-2 pada tanggal 12 Oktober 2020. Selama ini teknologi sel dendritik masih dilakukan untuk pengobatan kanker melalui teknik rekombinan dengan mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga dengan teknik tersebut, dapat dihasilkan vaksin. Dalam dunia kedokteran, sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun, dimana proses pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi. Metode ini hanya pembibitan sel dengan tujuan memproduksi antibodi dalam tubuh. Prosesnya dapat ditunggu sekitar tiga hari kemudian setelah itu sel dendritiknya disuntikkan kembali ke dalam tubuh.

Uni Eropa akan Berikan Vaksin untuk Negara Berkembang

JAKARTA, Jowonews- Uni Eropa (EU) menyatakan pihaknya tidak akan menimbun vaksin Covid-19. EU malah akan membagikan kelebihan dosis vaksin yang telah dibeli kepada negara-negara berkembang yang membutuhkan. Demikian disampaikan Duta Besar EU untuk ASEAN Igor Driesmans dalam pemaparan media secara virtual, Kamis (28/1). Driesmans menyebut bahwa saat ini Uni Eropa tengah melihat adanya kelangkaan vaksin akibat proses perizinan yang masih berlangsung serta produksi tahap pertama yang masih berjalan. “Namun jelas, begitu produksi ditingkatkan, surplus vaksin di luar kebutuhan EU akan dibagikan kepada negara dunia ketiga. Dan tentu saja kami tidak akan menimbun vaksin yang telah kami beli untuk diri sendiri,” kata Driesmans. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa telah berkomitmen untuk hal tersebut. Uni Eropa, pada pertengahan tahun 2020, telah menandatangani perjanjian pembelian awal vaksin Covid-19 dengan sejumlah perusahaan farmasi, baik dari dalam wilayah itu maupun dari negara luar. Sebanyak total hampir 2,3 miliar dosis telah diamankan oleh EU dari AstraZeneca, Sanofi-GSK, Johnson and Johnson, BioNTech-Pfizer, CureVac, dan Moderna–meski blok itu mempunyai jumlah populasi jauh di bawah pasokan, yakni sekitar 448 juta jiwa. “Uni Eropa melakukan hal tersebut karena ketika musim panas 2020, kami belum yakin dan belum mengetahui riset mana yang akan membuahkan hasil, perusahaan mana yang dapat memberikan vaksin yang aman dan efektif,” ujar Driesmans sebagaimana dilansir Antara. “Dan merupakan suatu keajaiban bahwa setidaknya beberapa di antara mereka telah mampu memproduksi (vaksinnya). Itulah mengapa kami membeli dosis dalam jumlah besar di awal dari beberapa produsen. Yakni untuk menjamin bahwa kami mempunyai jumlah yang cukup untuk seluruh populasi di Uni Eropa,” kata dia menjelaskan. Sebelumnya, Selasa (26/1), Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyerukan agar negara-negara maju tidak menimbun persediaan vaksin Covid-19. Dia meminta mereka untuk membagikan vaksin ke negara lain sehingga akan ada persediaan yang adil, sebagaimana dikutip dari laporan Reuters. “Negara-negara kaya membeli vaksin dalam jumlah besar. Beberapa negara membeli dosis vaksin empat kali lipat lebih banyak dari kebutuhan warganya dan itu mengurangi jatah vaksin bagi negara lain,” kata Ramaphosa.

Bencana Kegagalan Moral dalam Distribusi Vaksin

JENEWA, Jowonews- Dunia berada di ambang “bencana kegagalan moral yang dahsyat” dalam mendistribusikan vaksin Covid-19 karena adanya kecenderungan nasionalisme dalam pemberian vaksin. Keprihatinan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (18/1), seperti dilansir Antara dari Reuters. Untuk itu, Dirjen WHO itu mendesak negara-negara dan produsen vaksin untuk berbagi dosis secara lebih adil di seluruh dunia. Tedros mengatakan prospek distribusi yang adil berada pada “risiko serius”, seperti skema pembagian vaksin COVAX yang bertujuan untuk mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 bulan depan. Dia mencatat 44 kesepakatan bilateral untuk penyediaan vaksin telah ditandatangani tahun lalu dan setidaknya 12 kesepakatan lainnya telah ditandatangani tahun ini. “Hal ini dapat menunda pengiriman vaksin COVAX dan menciptakan skenario yang pada awalnya ingin dihindari dengan dibentuknya COVAX, seperti penimbunan, pasar yang kacau, respons yang tidak terkoordinasi, serta gangguan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan,” ujar Tedros. Cara-cara semacam “saya lebih dulu” itu membuat orang-orang paling miskin dan paling rentan di dunia dalam risiko, kata Tedros pada pembukaan pertemuan Dewan Eksekutif tahunan WHO yang dilakukan dalam format virtual. “Pada akhirnya tindakan-tindakan seperti ini hanya akan memperpanjang pandemi,” ujar dia. Perebutan global untuk mendapatkan pasokan vaksin Covid-19 telah meningkat ketika varian virus corona yang lebih menular beredar. Tedros mengutip sebagai contoh ketidaksetaraan bahwa lebih dari 39 juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di 49 negara berpenghasilan tinggi. Sedangkan hanya 25 dosis telah diberikan di satu negara miskin.