Jowonews

Belum Ada Varian Virus Corona Baru di Kudus

KUDUS, Jowonews- Walau terjadi lonjakan kasus penyebaran virus corona di Kabupaten Kudus, hingga saat ini belum ditemukan adanya virus Corona varian baru di daerah tersebut. Hal tersebut ditegaskan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito usai rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kudus beserta forkompinda setempat di ruang Command Center Dinas Kominfo Kudus, Rabu (3/6). “Nantinya ada bagian tersendiri yang akan melacaknya. Nanti juga ada pendampingan dari BNPB untuk itu semua,” ujar Ganip Warsito yang juga Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Ia menegaskan pihaknya akan berupaya maksimal untuk menghentikan penambahan kasus Covid-19. Tren penambahan kasus baru selama dua hari terakhir juga mulai menurun. Menurut dia peran masyarakat sangat besar dalam menekan lonjakan kasus tersebut, dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, melalui 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi). “Kami juga akan menegakkan lagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro dengan setegak-tegaknya. PPKM mikro menjadi strategi untuk mencegah, melaksanakan disiplin prokes, mulai dari memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta 3T (tracing, testing, treatment),” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Sementara kesulitan yang dihadapi Pemkab Kudus, kata dia, sudah disepakati akan memberikan dukungan dan penguatan. Sedangkan penegakan protokol kesehatan dan PPKM mikro oleh babinsa dan babinkhamtibmas serta tokoh masyarakat akan dibantu personel dari Kodam. Terkait dengan penuhnya UGD (unit gawat darurat) di RSUD Loekmono Hadi Kudus, kata Ganip, akan diatur lagi sehingga bisa dipilah antara pasien dengan gejala ringan, sedang, maupun berat agar bisa ditangani dengan cepat. Kekurangan tenaga kesehatan juga sudah dibantu dari Pemprov Jateng dengan menambah 60 orang perawat. Sedangkan kekurangan tenaga medis bisa didukung dari pemerintah pusat.

Ditemukan, Varian Brazil Virus Covid-19 di Inggris

LONDON, Jowonews- Otoritas kesehatan Inggris berhasil melacak seseorang yang sebelumnya tidak diketahui jati dirinya namun terbukti positif varian Covid-19 yang pertama kali muncul di Brazil utara. Otoritas juga mengatakan tidak ada tanda-tanda bahwa orang tersebut menyebarkan virus. Pejabat kesehatan pada Minggu pekan lalu mengatakan tidak dapat menerangkan satu dari enam kasus varian Brazil yang sangat menular, yang dikenal P1, di negara tersebut. “Kami berhasil mengidentifikasi seseorang yang dimaksud,” kata Menteri Kesehatan Matt Hancock saat konferensi pers, Jumat (5/3). “Fakta yang terbaik yakni orang yang dimaksud tetap berada di rumah dan tidak ada tanda bahwa terjadi penularan lebih lanjut,” kata Hancock sebagaimana diberitakan Antara dari Reuters. Hancock menambahkan bahwa orang tersebut tinggal di Croydon, London selatan, dan tes Covid-19 di daerah tersebut telah ditingkatkan sebagai antisipasi. Pengumuman pada Minggu merupakan pertama kalinya varian tersebut terdeteksi di Inggris dan memicu pencarian intensif untuk menemukan orang yang dimaksud. Pejabat kesehatan Susan Hopkins mengatakan orang itu baru saja kembali dari Brazil. Ia menjelaskan bahwa mereka telah melacak melalui pengujian referensi silang dan data pos untuk mendapatkan daftar calon yang dipersempit, yang kemudian dihubungi oleh tim pelacak.

Jateng Waspadai Varian Baru Virus Covid-19

SEMARANG, Jowonews- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mewaspadai adanya kemungkinan masuknya varian baru Covid-19 B117 dari Inggris, yang ditemukan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. “Tentu kita akan pantau, dari Dinas Kesehatan juga saya minta pantau terus dan kita koordinasi terus dengan pemerintah pusat agar kita bisa mencegah,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Rabu (3/3). Menurut Ganjar, dua warga Provinsi Jabar yang teridentifikasi varian baru Covid-19 itu harus segera dilacak dan dilakukan berbagai tindakan pencegahan agar virus tidak menyebar. “Maksud saya, kalau dua orang itu langsung ‘ditracing’, maka langsung bisa diisolasi. Mereka tidak boleh keluar-keluar dulu untuk mengantisipasi penyebarannya,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Sekaligus, lanjut dia, tim riset dari Kementerian Kesehatan harus segera mencari sebenarnya varian baru itu seganas apa sehingga tindakan antisipatif bisa segera dilakukan. “Itu mesti cepet-cepet, ketemu dua orang, ya dua orang itu dikunci. Turunkan tim agar bisa meriset kondisinya, apakah perbedaannya tinggi atau tidak. Kalau harus dilakukan ‘treatment’ khusus, maka kira-kira ‘treatment’ yang bisa menangkal seperti apa. Kan kalau mendengarkan ini cepat menular dan mematikan, apakah benar seganas itu, maka jangan sampai orang takut semuanya,” tegasnya. Orang nomor satu di Jateng itu juga mengusulkan agar pintu-pintu masuk ke Indonesia diperketat mulai hari ini terkait dengan terdeteksinya varian baru yang masuk. “Ya menurut saya baik juga kalau ada varian baru dan sudah mulai terdeteksi, maka kita mesti hati-hati. Kalau perlu pintu-pintu masuk ke Indonesia diperketat mulai hari ini,” katanya.

Ada Kemungkinan Muncul Varian Baru Virus Covid-19 Akibat Rekombinasi

JAKARTA, Jowonews- Ada kemungkinan terjadi proses rekombinasi dua varian virus Corona SARS-CoV-2 yang membentuk varian baru virus Covid-19. “Proses rekombinasi mungkin bisa terjadi jika sel inang terinfeksi oleh dua atau lebih varian SARS-CoV-2,” kata Peneliti Mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra di Jakarta, Rabu (25/2). Ketika replikasi virus berjalan di dalam sel inang, menurut dia, mungkin ada penggabungan elemen genom dari varian yang berbeda tersebut dan membentuk varian lain. “Tapi, rekombinasi beberapa varian SARS-CoV-2 tersebut perlu diteliti lebih lanjut, terutama bagaimana mekanisme sebenarnya dalam sel inang karena sementara ini bukti yang dikemukakan mungkin hanya berasal dari analisis database genom SARS-CoV-2 yang sudah ada,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sugiyono menuturkan bukti ilmiah lainnya juga masih diperlukan terkait efek dari proses rekombinasi terhadap penderita jika itu memang benar terjadi. Menurut Sugiyono, kebanyakan varian baru yang ada merupakan hasil mutasi satu varian yang terakumulasi dalam waktu tertentu. Mutasi itu terjadi ketika virus itu bereplikasi dalam sel inang dan bertransmisi dari satu individu ke individu lainnya. Untuk mengantisipasinya ancaman rekombinasi tersebut, genom SARS-CoV-2 memang perlu terus dipantau secara berkelanjutan untuk mendeteksi jika ada perubahan signifikan pada genom virus. Hal ini terutama ketika ada kasus pada suatu klaster tertentu yang jumlah penderitanya signifikan atau dengan tingkat keparahan yang lebih dari biasanya. Ataupun pada kasus reinfeksi dan kasus pada seseorang yang sudah divaksinasi. “Dalam hal ini, perlu diketahui sebetulnya jenis varian apa yang berperan dan bagaimana karakteristik genomnya,” pungkasnya.

Pemerintah Antisipasi Masuknya Varian Baru Virus Corona

JAKARTA, Jowonews- Pemerintah melakukan antisipasi masuknya varian baru virus corona dari Inggris. Variab baru ini disebut-sebut sudah 70 persen lebih menginfeksi dan sudah terdeteksi di Australia dan Singapura. Hal tersebut disampaikan Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo dalam talkshow “Outlook 2021: Wajah Indonesia Setelah Pandemi” secara daring dari Jakarta, Kamis (24/12). Doni mengatakan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sudah melakukan rapat tingkat menteri dan mengundang para pakar epidemiologi dan kesehatan untuk dapat memberi masukan pada pemerintah pada pekan sebelumnya. Setelah Presiden Joko Widodo memerintahkan untuk tidak memberikan libur panjang berturut-turut, maka libur Natal dan Tahun Baru “dipenggal” sehingga waktunya tidak terlalu panjang guna menghindari peningkatan angka penularan Covid-19. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 juga berupaya membatasi penularan dengan surat edaran, membatasi perjalanan warga negara asing dan Warga Negara Indonesia (WNI) dari beberapa negara tertentu yang teridentifikasi sudah ada infeksi SARS-CoV-2 dari Inggris. “Pemerintah beri larangan pada warga negara yang berasal dari Inggris, mudah-mudahan bisa lindungi warga kita di tanah air. Biasanya warga asing yang tiba di Indonesia harus memberikan hasil swab. Lalu dilakukan lagi swab begitu tiba di tanah air dan harus menunggu hasilnya keluar sambil wajib karantina mandiri di tempat yang diatur pemerintah selama lima hari lalu diulang lagi swab PCR-nya,” ujar Doni sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan diharapkan dengan cara tersebut akan lebih efektif melindungi masyarakat. Hal ini mengingat sejak Maret lalu tim Satgas Penanganan Covid-19 bersama Kementerian Kesehatan, TNI, Polri, Imigrasi, PT Angkasa Pura, PT Pelindo yang ikut mendapatkan hampir 3.000 angka positif Covid-19 dari mereka yang masuk ke Indonesia. “Jadi ada puluhan ribu orang yang datang ternyata terjaring hampir tiga ribu, mungkin 2.800 orang terjaring Covid-19. Kalau petugas kita di bandara dan pintu masuk tidak optimal tentu kasus akan semakin banyak. Maka pada kesempatan ini saya sebagai Ketua Satgas berterima kasih sebesar-besarnya untuk semua unsur di lapangan, termasuk di Kantor Kesehatan Pelabuhan, unsur TNI dan Polri serta relawan juga tentunya untuk cegah Covid-19 di masyarakat,” katanya. Sejumlah negara mempromosikan bahwa warganya negatif Covid-19, namun ternyata setidaknya ada 100 orang terjaring pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2. “Walau swab hasilnya negatif, diulang lagi ternyata positif,” ujar Doni. Jadi, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak boleh kendor dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan harus diterapkan karena sebagai modal sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covi-19, mengingat tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Belum Ada Bukti Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan belum ada bukti bahwa varian baru virus corona baru dari Inggris menyebar di Indonesia, meski genomic surveillance Indonesia tidak secanggih Inggris. Ia juga mengatakan meski di Australia dan Singapura sudah terdeteksi dirinya meminta masyarakat tidak terlalu resah mengingat belum terbukti betul secara ilmiah varian baru virus corona baru dari Inggris tersebut menimbulkan keparahan penyakit. Menurut dia, masih perlu bukti lebih lanjut untuk mengetahui efek yang ditimbulkan virus varian baru tersebut. Dan dirinya menyarankan untuk mengikuti praktik terbaik yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).