Jowonews

Lagi, Guru SMP di Kudus Meninggal Terpapar Covid-19

KUDUS, Jowonews- Jumlah guru SMP 3 Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang meninggal dunia akibat terpapar penyakit virus Covid-19 bertambah satu menjadi empat orang. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Abdul Azis Achyar di Kudus, Kamis (3/12), membenarkan adanya tambahan satu guru SMP 3 Jekulo yang meninggal setelah diketahui hasil tes usap terkonfirmasi positif Covid-19. Sebelumnya, tiga guru sekolah itu meninggal dunia karena virus tersebut. “Tes usap dilakukan hingga dua kali dengan hasil terkonfirmasi positif Covid-19,” ujarnya. Setelah menjalani perawatan di RSUD Loekmono Hadi Kabupaten Kudus di ruang ICU (Intensive Care Unit) selama beberapa hari, guru tersebut akhirnya meninggal hari ini (3/12) dengan sejumlah penyakit bawaan, seperti hipertensi, jantung, dan stroke. Terkait dengan informasi adanya guru lain yang menjalani perawatan di rumah sakit, dia mengaku, belum mengetahui. Hasil tes usap terhadap 43 guru SMP 3 Jekulo pada Rabu (2/12) setelah adanya tiga guru yang meninggal akibat Covid-19, hingga kini belum diketahui karena masih dalam proses pengujian spesimen di Laboratorium Biomolekuler Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi Kudus. Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Kudus Harjuna Widada mengungkapkan untuk guru lain yang menjalani perawatan bukan karena Covid-19, melainkan sedang hamil dan setelah sempat dirawat di Rumah Sakit KSH Pati saat ini dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tim Gugus Tugas Percepatan dan PenangananCovid-19 Kabupaten Kudus tidak hanya melakukan penelusuran kontak terhadap guru maupun pegawai SMP 3 Jekulo, melainkan masing-masing anggota keluarganya. Hal ini guna memastikan ada tidaknya penularan di lingkungan keluarga. Pihak SMPN 3 Jekulo sudah memastikan tidak ada siswa yang kontak dengan guru tersebut di sekolahan karena pembelajaran berlangsung secara daring.

Libur Tahun Baru, Warga Dihimbau Tetap di Rumah

SEMARANG, Jowonews- Warga Jawa Tengah dihimbau tetap berada di rumah saat libur akhir tahun guna mencegah meluasnya penyebaran Covid-19. “Saya minta di libur akhir tahun usahakan ada di wilayah masing-masing, kalau memang bisa merayakan dengan keluarga dan tidak pergi meninggalkan kota masing-masing, itu sudah sangat membantu,” kata Gubernur Ganjar Pranowo di Semarang, Kamis (3/12). Di sisi lain, Ganjar juga mengingatkan agar masyarakat yang melakukan libur akhir tahun tetap waspada terhadap Covid-19. Menurut dia, pada saat liburan warga cenderung lengah dengan berada dalam kerumunan sehingga berpotensi terpapar Covid-19. “Maka saya menyarankan yang di luar kota gak usah mudik deh. Yuk kita jaga sebentar saja agar kemudian kita bisa mencegah dengan sangat cepat,” ujarnya. Terlepas dari itu, Ganjar menyebut imbauan ini juga untuk meyakinkan pihaknya yang tengah menyiapkan pelaksanaan sekolah tatap muka yang diwacanakan kembali dimulai pada Januari 2021. “Saya kok belum yakin, maka agar kita bisa meyakinkan semuanya, ayo kita menjaga diri kita dalam menghadapi liburan akhir tahun itu untuk tetap di tempat masing-masing, di wilayah masing-masing, bersama keluarga masing-masing, dan itu akan sangat membantu kita semuanya dalam mengatasi peningkatan pandemi Covid-19,” katanya.

Sungai Serayu Meluap, Banyumas Banjir

PURWOKERTO, Jowonews- Akibat meluapnya Sungai Serayu, banjir melanda sejumlah wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (3/12). “Lokasi yang tergenang banjir cukup banyak terutama di wilayah yang dekat dengan aliran Sungai Serayu. Kami masih melakukan pendataan,” kata kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti. di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis. Ia mengatakan berdasarkan data sementara, banjir akibat luapan Sungai Serayu tersebut menggenangi sejumlah desa di Kecamatan Kalibagor, Somagede, Patikraja, dan Rawalo. Sementara banjir di Kecamatan Kembaran, disebabkan oleh luapan Sungai Pelus yang merupakan Anak Sungai Serayu. “Bahkan, di Kecamatan Kembaran ada jembatan yang ambrol. Selain itu, sebuah jembatan di Kecamatan Purwojati juga dilaporkan putus,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Titik mengatakan tinggi genangan air di setiap lokasi bervariasi pada kisaran 30-100 centimeter. “Mungkin di beberapa lokasi sudah mulai surut,” katanya. Menurut dia, bencana banjir yang terjadi sejak Kamis (3/12) dini hari itu mengakibatkan pengungsian warga di sejumlah lokasi. Kendati demikian terjadi banjir di beberapa wilayah, dia mengatakan Kecamatan Sumpiuh, Tambak, dan Kemranjen yang beberapa waktu lalu sempat tergenang banjir, saat sekarang justru terbebas dari bencana hidrometeorologi tersebut. Selain banjir, kata dia, bencana longsor juga dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah Banyumas, salah satunya Kecamatan Gumelar. “Kami masih melakukan pendataan terhadap seluruh kejadian bencana yang melanda Banyumas hari ini,” katanya. Sementara dari pantauan di Desa Pegalongan RT 01 RW 01, Kecamatan Patikraja, Banyumas, banjir menggenangi ruas jalan provinsi yang letaknya cukup dekat dengan Sungai Serayu. Tinggi genangan banjir di ruas jalan yang menghubungkan Patikraja-Kaliori itu berkisar 30-80 centimeter. Salah seorang warga Desa Pegalongan RT 01 RW 01, Narsito (40) mengatakan luapan Sungai Serayu itu dipicu oleh hujan lebat yang terjadi sejak hari Rabu (2/12), pukul 19.00 WIB. “Air mulai naik pada pukul 03.00 WIB dan mulai mengenangi jalan sejak subuh. Ruas jalan yang tergenang sekitar 250 meter sehingga tidak bisa dilalui sepeda motor, hanya bus dan truk yang berani melintas,” katanya. Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Purbalingga, Banjarnegara, dan Banyumas membuat beberapa lokasi di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya dilanda banjir. Ia mengatakan berdasarkan catatan curah hujan pada tanggal 3 Desember 2020 di Kaligondang (Purbalingga) tercatat sebesar 175 milimeter, Sumbang (Banyumas) 172 milimeter, Sudagaran (Banyumas) 133 milimeter, Baturaden (Banyumas) 126 milimeter, Pejawaran (Banjarnegara) 108 milimeter, Pandanarum (Banjarnegara) 110 milimeter, dan Wanayasa (Banjarnegara) 115 milimeter. “Ke depan masih harus waspada terhadap curah hujan sangat lebat dan cenderung ekstrem,” katanya.

Longsor di Magelang, Jalan Putus

MAGELANG, Jowonews- -Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Jeketro, Desa Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengakibatkan jalan penghubung antara Desa Windusari-Gondangrejo putus total. Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto di Magelang, Kamis, mengatakan longsor terjadi dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, setelah di daerah tersebut diguyur hujan sejak Rabu (2/12) siang. Ia menyampaikan hujan dengan intensitas ringan-sedang yang terjadi di Wilayah Kecamatan Windusari sejak Rabu pukul 14.30 WIB hingga malam hari menyebabkan saluran drainase di samping jalan tidak mampu menampung debit air sehingga air menggerus dan mengikis tanah di bawah jalan. “Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun jalan penghubung Desa Windusari dengan Desa Gondangrejo terputus total,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Warga Gondangrejo, Sulis mengatakan hujan dengan durasi yang cukup panjang mengakibatkan air irigasi meluap dan menggenang di jalan penghubung antardesa tersebut. Ia menyampaikan diduga karena tidak kuat menahan derasnya air irigasi menyebabkan jalan dengan panjang sekitar 60 meter dan ketinggian 90 meter longsor. “Akibat jalan yang terputus tersebut, kini warga terpaksa harus berputar melalui jalan lain yang lebih jauh sekitar tiga kilometer,” katanya. Selain memutus jalan, katanya, longsor juga memutus saluran air bersih menuju ke Desa Gondangrejo. 

Banjir Terjang Purbalingga

PURBALINGGA, Jowonews- Sejumlah ruas jalan di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga terendam genangan air setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut sejak Rabu (2/12) malam hingga mengakibatkan debit Sungai Klawing meningkat dan meluap. “Menurut pantauan PMI Purbalingga, sejumlah ruas jalan di Kecamatan Kemangkon seperti di Desa Jetis dan Gambarsari terendam genangan air sehingga arus lalu lintas terganggu,” kata Humas PMI Purbalingga Prayitno di Purbalingga, Kamis (3/12). Selain itu, kata dia, menurut informasi dari Polres Purbalingga jalur dari Desa Bojong menuju Kemangkon juga terendam genangan air. Petugas kepolisian, kata dia, sudah melakukan pengalihan arus lalu lintas ke jalur yang lebih aman untuk dilalui. Dia menambahkan selain menggenangi jalan raya dan area persawahan, banjir juga merendam sejumlah desa di wilayah Kecamatan Kemangkon dan Purbalingga kota, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. “Tim dari Palang Merah Indonesia Purbalingga bersama BPBD Purbalingga dan unsur lainnya telah bahu-membahu sejak semalam untuk melakukan evakuasi terhadap warga yang terdampak serta menyiapkan tempat pengungsian,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ketua Harian PMI Purbalingga Drg Hanung Wikantono menambahkan PMI Purbalingga telah menyiapkan dapur umum bagi para pengungsi dan juga relawan. “Tempat pengungsian yang disiapkan di SDN 1 Jetis. Di tempat ini kami juga menyiapkan dapur umum,” katanya. Hanung yang juga merupakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga itu menambahkan bahwa jumlah pengungsi di SDN Jetis pada saat ini ada sekitar 141 orang. “sedangkan dari Desa Toyareja, Kecamatan Purbalingga dan juga dari Desa Gambarsari Kemangkon jumlah pengungsi belum terdata dan masih dalam proses pendataan,” katanya. Sementara itu dia juga menambahkan bahwa wilayah yang terdampak banjir paling parah adalah Desa Jetis yang meliputi Dusun II wilayah RW 03 di RT 6,7 dan 8.

Sediakan Rumah Terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

SEMARANG, Jowonews- Kehadiran negara dinilai penting agar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa membeli rumah bersubsidi. Saat ini harga rumah bersubsisi terus melambung harganya. “Pada tahun 2020, harga rumah subsidi ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp150 juta. Sementara upah minimum provinsi dan upah minimum kabupaten/kota masih di bawah kelompok berpenghasil Desil-5 sebesar Rp3,1 juta per bulan,” kata akar perumahan dari Universitas Diponegoro (Undip) Asnawi Manaf di Semarang, Kamis (3/12). Dia menyebutkan harga tipe rumah sederhana (RS) dan rumah sangat sederhana (RSS) pada 1997/1998 senilai Rp5,9 juta dan Rp4,2 juta, kemudian pada 2009/2010 harganya sudah melonjak menjadi Rp80 juta dan Rp55 juta. Dalam kurun waktu itu, tambahnya, terjadi kenaikan rumah subsidi hingga 1.500 persen. Sementara itu, kenaikan UMP/UMK rata-rata di Indonesia dalam periode yang sama hanya mencapai 86,9 persen. Berdasarkan data UMP dan UMK 2021 di Provinsi Jawa Tengah, lanjut dia, tidak satu pun daerah yang upah minimum kabupaten/kotanya di atas Desil 5. Bahkan, UMK 2021 tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, yakni Kota Semarang sebesar Rp2.810.025,00 masih di bawah kelompok Desil 5. Dengan upah sebesar itu, menurut Asnawi, masih memungkinkan mereka mendapatkan rumah melalui perumahan berbasis komunitas asal pemerintah daerah betul-betul hadir untuk bersama rakyatnya mengembangkan perumahan berbasis komunitas Ia berharap dinas perumahan rakyat dan kawasan permukiman (disperakim) di kabupaten/kota berperan sebagai fasilitator antara pemilik lahan yang ingin menjual tanahnya dengan pembeli yang notabene sekelompok orang yang bergabung dalam komunitas. Sebetulnya, kata Asnawi, disperakim menjadi pemain lokal atau local champion yang mempertemukan lahan dan komunitas. Karena instansi ini mengetahui persis lahan mana saja yang masuk zona kuning yang tercantum dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang tidak boleh dilepas melalui mekanisme pasar formal konvensional atau market. “Jadi, ketika di suatu wilayah masuk zona kuning, disperakim harus mengawalnya, kemudian membukakan akses untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang membutuhkan dengan harga terjangkau,” kata inisiator perumahan berbasis komunitas ini, sebagaimana dilansir Antara. Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Inclusive Housing and Urban Development Research Center (IHUDRC) Undip ini, disperakim di kabupaten/kota selama ini tidak mengawal pada saat masyarakat berpenghasilan rendah membutuhkan rumah murah layak huni dan terjangkau. “Disperakim ketika membicarakan masalah perumahan, masih berkutat pada program perbaikan rumah yang tidak layak huni dan bedah rumah, atau melihatnya sangat-sangat parsial,” kata mantan Wakil Dekan Fakultas Teknik Undip itu.