Jowonews

Guru Menembus Lorong Waktu

Oleh : Prisma Adi Putra Perubahan zaman adalah suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh manusia. dalam perubahan dan perkembangan zaman hampir seluruh aspek kehidupan manusia berubah dan berkembang dengan pesat, tak terkecuali aspek yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan adalah kebutuhan utama manusia di era sekarang ini. Pendidikan menjadi hal yang fundamental dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga berguna sebagai bekal manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dengan beragam tantangan. Hal ini seperti yang pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Masitoh dan Cahyani, 2020) tujuan pendidikan adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Alpian dkk. (2019) mengemukakan bahwa peranan pendidikan sangat besar dalam mempersiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal yang mampu bersaing secara  sehat  tetapi  juga  memiliki  rasa  kebersamaan  dengan  sesama  manusia meningkat. Ketika melihat urgensi dari pendidikan, disinilah peran guru sebagai seorang pendidik akan terlihat dan menjadi peran yang sentral. Menurut UU No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari undang-undang tersebut dapat kita ketahui jika tugas utama guru berkaitan dengan pengajaran dan pendidikan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan guru haruslah senada dan seirama dengan perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan kebutuhan anak dari setiap zaman tentu saja berbeda. Hal ini juga pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Arti dari kodrat alam adalah berkaitan dengan bentuk lingkungan anak berada, dan kodrat zaman adalah berkaitan dengan era atau zaman anak tersebut berada.  Oleh karena itu, pengajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru harus disesuaikan dengan zaman yang sedang berkembang. Seolah-olah guru dituntut untuk bisa menembus lorong waktu dan dapat melakukan pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Seorang guru harus melek teknologi dan harus mampu mengikuti alur gaya belajar anak. Sebagai contoh di zaman sekarang, anak hidup berdampingan dengan teknologi seolah-seolah teknologi sudah melekat pada diri anak. Oleh karenanya, guru diharapkan dapat menguasai teknologi yang sesuai untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat mudah diterima dan diikuti oleh anak. Salah satu hal penting dalam pengajaran dan pendidikan adalah membuat anak senang dengan kegiatan pembelajaran dan membuat pembelajaran tersebut bermakna bagi anak. Penting bagi seorang guru untuk mengikuti perkembangan zaman agar pengajaran dan pendidikan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak di zaman itu. Meskipun guru diminta untuk mengikuti perkembangan zaman, namun perlu diingat bahwa tidak semua hal itu sifatnya baik sehingga guru perlu melakukan filter. Yang terpenting dalam membekali anak di setiap zamannya adalah dengan menanamkan budi pekerti. Budi pekerti berkaitan dengan nilai karakter pada anak. Pada dasarnya kebutuhan yang paling utama dan selalu diperlukan dalam setiap zaman adalah nilai karakter. Nilai karakter inilah yang akan menjadi bekal paling dasar anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. DAFTAR PUSTAKA Alphian, Yayan . dkk. 2019. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia. Jurna Buana Pengabdian. Volume 1 Nomor 1. Republik Indonesia. 2015. UU No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen. Jakarta. Masitoh, Siti dan Fibria Cahyani. 2020. Penerapan Sistem Among dalam proses Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru. Jurnal Teknologi Pendidikan. Volume 8 Nomor 1.

Kurikulum Merdeka Efektif ataukah Tidak

Oleh : Sri Wahyuni Kurikulum merdeka dilatar belakangi dari hasil beberapa kajian nasional dan internasional yang menunjukkan bahwa Indonesia sudah lama mengalami krisis pembelajaran sejak merebaknya pandemi Covid-19. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai bagian dari upaya Kemendikbud Ristek untuk mengatasi krisis pembelajaran yang telah lama kita hadapi dan yang semakin diperparah oleh pandemi. Krisis ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar siswa, bahkan pada keterampilan dasar seperti membaca. Salah satu tujuan dari kurikulum merdeka adalah untuk mencapai pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia bisa seperti di negara maju dimana peserta didik memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari. Hasil Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa usia 15 tahun memiliki kemampuan kurang dari minimum untuk membaca dengan mudah atau menerapkan konsep dasar matematika. Skor PISA ini tidak meningkat secara signifikan selama sepuluh atau lima belas tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan besar dalam kualitas pembelajaran antar daerah dan kelompok sosial ekonomi. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangatlah penting. Tanpa kurikulum yang tepat, siswa tidak akan memperoleh tujuan pembelajaran yang sesuai. Tentunya semua disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik pada masanya.Salah satu tujuan kurikulum merdeka adalah mengembalikan pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia bisa seperti di negara maju dimana  siswa memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari. Pengertian Kurikulum Menurut  UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan berbagai muatan internal pembelajaran yang muatannya lebih optimal untuk memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk membiasakan diri dengan konsep dan memperkuat kompetensinya. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai sumber pengajaran untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat belajar peserta didik. Proyek dikembangkan dengan kebutuhan dan minat belajar siswa. Proyek dikembangkan berdasarkan tema-tema tertentu yang ditentukan oleh Pemerintah untuk memperkuat pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang merupakan hasil akhir dari tujuan Kurikulum Merdeka. (//dipsd.kemdikbud.go.id/hal/kumer) Pelaksanaan Kurikulum Merdeka mengacu pada keputusan Kemendikbud Ristek yaitu harus sesuai dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran. Didalam prinsip pelaksanaan pembelajaran ada proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar dan lingkungan belajar. Prinsip tersebut yakni pembelajaran direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, kelas direncanakan dan dilakukan untuk mengembangkan keterampilan dan karakter belajar sepanjang hayat, proses pembelajaran mendukung pengembangan keterampilan dan karakter peserta didik secara umum dan pembelajaran harus saling terkait.  Kurikulum Merdeka memiliki kelebihan antara lain: Sederhana tapi lebih fokus karena dengan menerapkan kurikulum merdeka peserta didik lebih fokus pada materi penting dan mengembangkan keterampilan siswa. Mandiri didalam kurikulum merdeka peserta didik diperbolehkan memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan keinginannya. Lebih Interaktif didalam kurikulum merdeka terdapat pembelajaran project yang menawarkan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Meskipun memiliki kelebihan, tetapi Kurikulum Merdeka juga memiliki kekurangan, yaitu : Kurang matang dalam persiapannya, mengingat Kurikulum Merdeka baru diresmikan serta diluncurkan oleh Mendikbudristek beberapa bulan yang lalu. Tentu pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam diperlukan agar penerapannya efektif dan tepat. Sistem pengajaran yang terencana dengan rinci karena jika melihat pelaksanaan didalam kurikulum merdeka sistem pengajarannya masih belum membahas dengan rinci mengenai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. dan Kurangnya kapasitas SDM karena persiapan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka membutuhkan waktu serta kemampuan guru yang mumpuni.

Pentingnya Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh : Siti Noor Alifah Sebagai seorang guru, tentunya kita menyadari bahwa sejatinya setiap peserta didik berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi. Tanpa disadari guru setiap harinya menghadapi peserta didik dengan berbagai macam keragaman. Tentunya dengan melihat banyak perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi untuk memastikan bahwa peserta didik sukses dalam proses belajarnya.  Salah satu hasil penelitian Indah Septa Ayu Laia pada tahun 2022 yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, menjelaskan bahwa implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.  Pembelajaran berdiferensiasi memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik dalam meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang” peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka disepanjang prosesnya. Guru dapat menerapkan penilaian berkelanjutan yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didiknya. Menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Guru pun harus pandai memanajemen kelas secara efektif, menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.  Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dimulai dengan memetakan kebutuhan belajar peserta didik, yakni kesiapan belajar minat, dan profil belajar peserta didik. Penerapan kurikulum merdeka saat ini, pembelajaran berdiferensiasi sangat ditonjolkan dalam proses pembelajaran. Memang, pembelajaran berdiferensiasi tidaklah mudah diterapkan. Banyak sekali tantangan dalam usaha menjalankan pembelajaran berdiferensiasi. Persiapan guru yang memakan waktu lama, terbatasnya waktu belajar di kelas, kemampuan guru, dan masih banyak faktor lainnya. Namun jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dapat mengasah self management skillnya, merealisasikan pembelajaran yang didapat dengan kehidupannya, belajar pun dilakukan berdasarkan minat peserta didik, dan tentunya akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik  Untuk itu pembelajaran berdiferensiasi harus diimplementasikan dalam merdeka belajar.

Menggali Makna “Kemerdekaan” dalam Kurikulum Merdeka

Oleh : Faizatur Rifqiyah Pendidikan di Indonesia saat ini tengah berada pada masa pemulihan kembali setelah badai Pandemi Covid-19 yang dapat dinilai berhasil Indonesia lalui, kondisi pendidikan Indonesia di masa pandemi yang menjadikan seluruh kegiatan pembelajaran beralih menjadi moda daring dengan segala keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh seluruh pendidik dan juga peserta didik di Indonesia khususnya. Wilayah Indonesia yang luas dengan kekayaan geografis serta keragaman latar belakang ekonomi turut menyumbang kendala besar bagi terlaksananya pembelajaran di masa pandemi, ketidakmampuan dalam menyelenggarakan pembelajaran efektif menggunakan moda daring menjadi permasalahan yang sangat sulit diselesaikan sehingga berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19 yang secara langsung memberikan pengaruh pada kualitas Pendidikan Indonesia.  Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke 74 yang merupakan peringkat keenam dari bawah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 7-% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA Indonesia tersebut tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang menjadikan adanya ketertinggalan pembelajaran (learning loss). Pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan pemulihan pembelajaran, pemulihan tersebut dengan dilaksanakan Kurikulum Merdeka yang dikembangkan sebagai kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Konsep kurikulum merdeka sebenarnya telah selaras dengan pandangan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan kodrat alam dan juga kodrat zaman. Ki Hadjar Dewantara (Eko Mujito, 2017) dalam Handiyani (2022) menjelaskan mengenai konsep pembelajaran adalah pembelajaran yang tidak menyalahi kodrat keberagaman telah manusia miliki, oleh karena hal tersebut pendidikan harulah tetap menjaga keberagaman yang ada dan tidak melakukan penyamarataan terhadap hal-hal yang tidak dapat disamakan.  Indarta dkk (2022) menjabarakan bahwa guru mempunyai hak dan kebebasan secara mandiri dalam memaknai kurikulum sebelum dilakukan pengajaran kepada peserta didik sehingga guru mampu mengakomodir setiap kebutuhan belajar peserta didik ketika proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan langkah pendidikan Indonesia dalam upaya mengatasi persaingan sumber daya manusia secara global yang makin meningkat di abad-21. Kurikulum merdeka mengimplementasikan proses pembelajaran yang aktif serta kreatif. Pelaksanaan kurikulum ini bukan untuk mengganti kurikulum sebelumnya, namun sebagai upaya melaksanakan perbaikan sistem dari yang telah dijalankan (Achmad et al., 2022) dalam Aprima (2022:96).  Kemerdekaan yang ditawarkan dalam kurikulum Merdeka ini adalah bentuk kemerdekaan bagi guru sebagai pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan belajar dan tingkat pemahaman belajar peserta didik karena mengacu pada learning loss yang terjadi selama Pandemi. Diberikannya kemerdekaan tersebut diharapkan mampu mengejar kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah maupun di setiap sekolah, kemerdekaan lainnya yang digaungkan dalam kurikulum ini adalah menitikberatkan pada pengetahuan yang esensial dan pengembangan peserta didik sesuai tingkat berpikirnya atau fase.  Kemerdekaan lain yang diberikan pada kurikulum ini adalah kemerdekaan bagi peserta didik khususnya pada jenjang SMA yang tidak lagi ditentukan mata pelajaran peminatan, namun peserta didik dibebaskan untuk memilih sendiri mata pelajaran yang diminatinya. Untuk sekolah pada penerapan kurikulum merdeka ini diberikan wewenang dalam pengembangan dan pengelolaan kurikulum serta proses belajar-mengajar yang disesuaikan dengan karakter satuan pendidikan dan peserta didik. Kemerdekaan lainnya yang dapat dirasakan dalam Kurikulum Merdeka ini adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan kebebasan yang kreatif, guru bisa kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, selain itu ada project kelas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga membuat siswa tertantang untuk belajar. Materi pembelajaran kepada anak diberikan dengan kebebasan, bebas untuk disampaikan dari a sampai bisa diacak tergantung dari mana dulu yang harus kita kuasai dan kita kuasai oleh siswa.  Pada mata pelajaran matematika, hasil analisis diagnostik anak belum bisa konsep pembagian, maka guru bisa mengajarkan materi lain terlebih dahulu misalnya tentang sudut. Istilah RPP sekarang diganti dengan Modul Ajar. Modul ajar yang digunakan bisa sesuai dengan yang dari pemerintah atau berkreasi sendiri atau modifikasi dari yang dikeluarkan pemerintah. Sementara, di sekolah memanfaatkan modul ajar yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Capaian Pembelajaran, Tujuan, Alur Tujuan Pembelajaran kita masukan ke modul ajar. Satu Modul ajar bisa digunakan dalam satu semester dan cukup satu kali membuatnya. Hingga saat ini selama dilaksanakannya Implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh jenjang pendidikan, terdapat perubahan-perubahan nyata yang dirasakan oleh siswa dan juga guru. Dampak yang dirasakan oleh guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, yaitu: (1) Guru dituntut untuk kreatif inovatif dalam metode, media, dan teknik pembelajaran; serta (2) Pola pikir guru berubah dalam melaksanakan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, yaitu: (1) Siswa belajar dengan menyenangkan; (2) Siswa lebih bergairah jika tatap muka; serta (3) Ada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Contoh Proyek Pengelolaan sampah; Proyek langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dibiasakan seefektif mungkin untuk memanfaatkan sampah, dan ini cocok untuk pendidikan karakter. Dampak yang dirasakan dengan adanya Merdeka Belajar pada kurikulum ini adalah membawa kegembiraan pada diri siswa dari awal masa pandemi hingga sekarang. Implementasi Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan saat ini adalah bentuk upaya pemerintah dalam mengatasi ketertinggalan pembelajaran (Learning loss) yang terjadi di Indonesia dan diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang secara nyata memberikan pengaruh pada menurunnya kualitas pendidikan Indonesia. Pelaksanaan kurikulum merdeka saat ini masih satu tahun pelaksanaan telah memberikan kondisi serta dampak yang baik dalam hal peningkatan kreativitas dan inovasi pendidik serta peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu dengan pelaksanaan kurikulum merdeka ini guru diberikan kemerdekaan dengan bebas menentukan strategi, model dan pembelajaran yang seperti apa yang akan diterapkan, serta kebebasan kepada peserta didik untuk belajar dengan cara yang bebas sesuai dengan karakteristiknya.  Daftar Pustaka  Handiyani, M., Muhtar, T. (2022). Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran berdiferensiasi: Sebuah Kajian Pembelajaran dalam Persepektif Pedagogik-Filosofis. Jurnal basicedu. Vol. 6(4), 5817–5826. Indarta, Y., Jalinus, N., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5 . 0. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol.4(2), Hal. 3011–3024. Aprima, D., Sari, Sasmita. (2022). Analisis Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pelajaran Matematika SD. Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol 13(1), Hal. 95–101.

BEST PRACTICE OF STORY TELLING SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

Oleh : Dewi Fitriana Perkembangan teknologi saat ini tidak menutup kemungkinan berdampak positif maupun negatif pada perkembangan anak, Kecanggihan teknologi dengan keragaman aplikasi yang ditawarkan oleh pembuat jasa menjadi daya tarik orang tua membelikan untuk anaknya. Orang tua beranggapan bahwa teknologi akan memberi kemudahan anaknya dalam beraktivitas maupun belajar. Disisi lain, orang tua orang tua juga beranggapan bahwa adanya teknologi tersebut memberi ruang dalam bekerja dan anak lebih diam di rumah.  Kebiasaan anak menggunakan gadget juga akan mengikis kebiasaan yang dulu pernah dilakukan orang tua di rumah. Contohnya peran ibu bercerita atau mendongeng kepada anak-anaknya sebelum tidur. Kedekatan emosional anak terhadap orang tua terjalin baik. Akan tetapi, kondisi ini berubah ketika perkembangan teknologi yang tidak diimbangi filter orang tua. Kebiasaan-kebiasaan yang dulu sering dipakai orang tua dalam mendidik karakter anak sekarang sudah ditinggalkan. Padahal dengan kondisi yang demikian, orang tua sudah kehilangan momen indah dalam kehidupan anak-anak mereka. Tidak ada kedekatan antara orang tua dan anak. Kepekaan sosial hilang tergantikan dengan manusia-manusia robot yang tanpa perasaan. Permasalahan tersebut menjadi persoalan yang perlu ditangani. Mindset orang tua terhadap perkembangan teknologi juga perlu diarahkan dengan baik. Membudayakan kegiatan yang dulu pernah ada perlu diterapkan lagi. Salah satunya kebiasaan mendongeng atau story telling sebelum tidur. Story telling menjadi media yang tepat untuk membangun karakter dan penanaman nilai moral dan etika pada diri anak. Melalui aktivitas bercerita anak dapat memahami karakter dari setiap tokoh yang ada dalam buku, bahkan anak dapat secara mandiri mengenal tokoh baik dan tokoh jahat dari sebuah cerita. Secara tidak langsung anak-anak dapat membedakan mana tokoh yang memiliki sifat baik dan mana tokoh yang memiliki sifat buruk. Melalui kegiatan story telling, anak akan terbiasa menyerap pengetahuan dan pengalaman berbeda.  Story telling memberikan pengalaman bagi anak dalam proses pembelajarannya. Kegiatan story telling mendukung pemahaman anak dan sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Selain itu juga dengan kegiatan story telling membantu anak memahami berbagai perbedaan multicultural. Story telling menjelaskan ada empat aspek yang mendasari cerita pada anak diantaranya adalah (1) mengingat informasi penting lebih banyak dan lebih luas ketika guru berbicara tentang cerita yang sudah dibaca; (2) ambil peran yang mereka ketahui ketika menceritakan kisah; (3) tempatkan kegiatan bercerita dengan urutan yang benar; (4) gunkan bahawa bercerita ketika menceritakan kembali sebuah cerita. Kegiatan story telling pada anak sama dengan memberikan mereka referensi positif sekaligus menstimulasi otak anak. Anak kemudian mempunyai role model yang mereka jadikan teladan dan jika referensi positif ini tidak diberikan maka kemungkinan besar anak berkembang dengan karakter yang buruk. Story telling erat kaitannya dengan naskah atau teks yang akan dibacakan. Untuk itu, pemilihan buka merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Maka dalam memilih buku atau cerita disesuaikan usia anak serta didalamnya berisi nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak. Konten buku cerita akan memberi pengaruh pada pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, peran orang tua dalam menyortir buku juga diperlukan. Tidak sekedar hanya bercerita saja melainkan banyak peran yang perlu dilakukan. Untuk itu, menganalisis buku cerita sebelum dibacakan merupakan tahapan yang perlu dilakukan.   Sukses atau tidaknya dalam menerapkan pendekatan story telling pada anak dipengaruhi beberapa hal. Pertama habituasi (mendidik bukan mendadak), artinya membiasakan sejak dini story telling sebelum tidur. Memberi waktu untuk terbiasa dan kebiasaan ini harus dilakukan dengan “pendampingan”. Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam menanamkan pendidikan karakter lewat media story telling. Hal ini dikarenakan mendidik itu butuh waktu dan proses. Orang tua harus lebih sabar dan telaten dalam pembiasaan bercerita. Kedua, karakter itu erat kaitannya dengan pendidikan. Artinya mendidik itu tidak sekedar “transfer of knowledge” tetapi lebih dari itu “transfer of character”. Story telling tidak hanya pengetahuan yang didapatkan melainkan nilai-nilai karakter juga didapatkan. Pengetahuan ini yang biasanya orang tua atau masyarakat salah mengartikan dari kegiatan bercerita. Penanaman nilai karakter dengan kegiatan story telling merupakan sebuah dasar dalam penanaman nilai karakter di sejak dini.

BELAJAR ASIK SAMBIL BERMAIN

Oleh : Ida Royani Ketika mendengar kata anak-anak, biasanya tidak akan terpisah dengan kata bermain. Begitu pula dengan anak-anak yang sudah memasuki kelas 1 sekolah dasar. Ketika mendengar anak kelas 1 tentunya kita langsung menghubungkannya dengan kegiatan bermain juga. Biasanya anak kelas 1 sekolah dasar berada pada  usia 6-7. Pada usia tersebut anak-anak masih berada pada masa bermain. Ketika anak usia 6-7 memasuki sekolah, dunia bermainnya masih terbawa sampai ke sekolah.  Seringkali anak kelas satu akan merasa cepat bosan ketika pembelajarannya monoton atau hanya duduk di dalam kelas saja. Dengan peserta didik mudah bosan dalam pembelajaran, hal ini akan membuat peserta didik sulit menerima materi yang disampaikan oleh guru. Kemudian peserta didik akan mengalami ketertinggalan materi. Terkadang saat pembelajaran sedang berlangsung, juga ada peserta didik yang bermain sendiri. Sehingga akan mengganggu teman lainnya yang sedang belajar. Hal ini dapat terjadi karena peserta didik kelas 1 sekolah dasar masih di usia bermain. Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas 1. Sering terlihat peserta didik yang suka bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung. Dengan begitu peserta didik tersebut akan mengganggu guru serta teman lainnya pada saat pelaksanaan  pembelajaran. Terkadang ada juga peserta didik yang tidak memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran, karena pembelajaran terasa membosankan. Sehingga untuk mengikuti pembelajaran sangat sulit bagi mereka. Peserta didik juga terkadang selalu bertanya “Mainnya kapan Bu guru?”. Nah berdasarkan data tersebut belajar sambil bermain sangat penting untuk keberlangsungan pembelajaran yang efektif. Untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan guru harus kreatif dalam memodifikasi pembelajaran. Guru dapat menyusun strategi, model, metode pembelajaran dengan dunia peserta didik kelas 1 sekolah dasar yaitu bermain. Hal ini guru dapat membuat strategi  pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah permainan. Atau yang biasanya sering kita dengar yaitu dengan istilah belajar sambil bermain. Pada umumnya, dalam proses pembelajaran untuk anak usia 6-7 tahun dilakukan dengan menggunakan metode belajar sambil bermain.hal ini karena pada usia tersebut dunia anak masih bermain. Dalam buku Darmadi (2018) yang berjudul “Asiknya Belajar Sambil Bermain” menyatakan bahwa metode pembelajaran bermain merupakan suatu metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Metode pembelajaran sambil bermain mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Permainan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Banyak sekali macam-macam permainan yang dapat kita terapkan dalam pembelajaran.  Darmadi (2018) menuliskan beberapa permainan yang digunakan dalam pembelajaran diantaranya: bisik berantai, menebak benda misterius, memasangkan gambar dengan teks, berbalas pantun, dan lain-lain. Guru juga dapat melakukan ice breaking pada saat pembelajaran apabila peserta didik merasa jenuh. Ice breaking tersebut dapat berupa permainan Percaya Teman, Strip Seven, Berdirilah Jika….?. Itu tadi contoh-contoh dari permainan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Yang dapat diimplementasikan guru pada saat pembelajaran berlangsung yang tentunya disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan kelas. Permainan dalam sebuah pembelajaran khususnya untuk kelas I sekolah dasar sangat penting untuk diterapkan. Dengan menerapkan permainan dalam pembelajaran, peserta didik akan merasa senang dan tidak jenuh terhadap pembelajaran. Peserta didik akan mampu menyerap pengetahuan walaupun sambil bermain. Dengan begitu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Dalam penerapannya pada praktik mengajar, bermain sambil belajar membuat peserta didik sangat senang mengikuti pembelajaran.  Peserta didik selalu antusias untuk mengikuti pembelajaran. Peserta didik juga mudah menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan materi pembelajaran dengan bermain. Hasil belajar peserta didik pun mengalami peningkatan. Dengan begitu menurut saya belajar sambil bermain merupakan salah satu strategi yang efektif dalam menanggulangi kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa belajar sambil bermain merupakan salah satu strategi pembelajaran yang efektif bagi peserta didik kelas 1 sekolah dasar. Karena pada usia tersebut, peserta didik berada pada masa bermain. Anak-anak akan merasa senang ketika mengikuti pembelajaran. Materi yang disampaikan oleh guru akan mudah diterima oleh peserta didik. Hasil belajarnya pun mengalami peningkatan. Peserta didik juga tidak mudah bosan mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan.

Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Oleh : Nuni Afnyya Perjuangan pendidikan tanpa melihat sudut pandang  dari suku, etnis, kultur, status sosial, agama, dan lain-lain. Ada beberapa tokoh pendidikan yang ikut berkontribusi dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia seperti R.A Kartini, Ahmad Dahlan, Budi Utomo, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka semua adalah pahlawan pendidikan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Na Manusia dianugerahi akal dan budi sejak lahir yang membedakan dari hewan. Konsep  pemikiran Ki Hajar Dewantara dipilih menjadi revolusi pendidikan nasional karena mun pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dipakai sebagai dasar perjuangan pendidikan di Indonesia. Guru merupakan berasal dari bahasa jawa yaitu diguu lan ditiru yang diharapkan dapat memberikan contoh teladan yang baik pada peserta didik. Untuk itu guru dapat menerapkan sistem Among yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, ada tiga hal yang dapat kita ambil dalam sistem among yang pertama ing ngarso sung tulodho artinya di depan memberikan contoh, guru dapat memberikan contoh teladan yang baik untuk peserta didiknya dengan penerapan pembiasaan yang baik pada peserta didik dapat menghindari hal-hal yang buruk agar tidak terjadi pada peserta didik.  Yang kedua Ing Madya Mangun Karso yang artinya ditengah dapat membangun, sebagai guru diharapkan dapat membangun karakter anak dengan menuntun anak menuju hal-hal yang baik yang dapat mengembangkan potensi anak. Guru dapat menggali potensi anak sesuai karakteristiknya agar mereka mendapatkan hak merdeka belajar mereka. Yang ke tiga Tut Wuri Handayani yang artinya dibelakang menjadi pendorong, sebuah kendaraan tidak akan bergerak jika tidak ada dorongan, guru dapat menjadi pendorong penyemangat peserta didik dalam mencapai kodratnya.  Mendukung dan mengarahkan peserta didik menggali potensi, selain itu mengapresiasi setiap hal yang dilakukan peserta didik hal itu agar anak tidak minder atau rendah diri menghadapi anak-anak lain. Selain itu pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan bahwa pembelajaran itu ada tiga aspek yaitu wiraga, wicipta dan wirama ini ada kaitannya dengan teori belajar kognitif Piaget bahwa peserta didik belajar sesuai dengan usianya dimana usia tersebut menentukan kemampuan anak.  Maka dari itu guru juga berperan untuk membimbing dan mengawasi peserta didik agar dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak sesuai dengan kebutuhan peserta didik yaitu tujuan utamanya untuk belajar. Orang tua juga berperan penting untuk memberikan perhatian pada anak agar anak mendapatkan kasih sayang yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak.  Lingkungan sekitar juga menjadi faktor perkembangan anak untuk mendapatkan pembelajaran dari lingkungan anak belajar bersosialisasi dengan masyarakat setempat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Karena konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara menghubungkan antara pendidikan, kebudayaan, dan sosial yang saling berkaitan untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan mempersiapkan anak untuk menghadapi segala bentuk tantangan-tantangan pada masa yang akan datang. Referensi: Bukhari, Umar. 2010.  Ilmu pendidikan Islam Jakarta: Amzah. Hal. 59-60 Raharjo, Suprapto. Biografi singkat Ki Hajar Dewantara. Hal. 85 Wawan, eko. Komsep belajar menurut Ki Hajar Dewantara dan Relecansinya dengan pendidikan Agama Islam.: Jurna pendidikan: hal. 70

PERMAINAN LATO-LATO DAN PENDIDIKAN

Oleh : Dedy Mulyana Fitriyanto Indonesia negara, yang terkenal kaya akan keragaman budaya dan tradisi, lantaranmemiliki ratusan suku bangsa yang tersebar di puluhan ribu pulau yang di Indonesia. Salah satu yang menjadi warisan budayanya adalah permainan tradisional. Semakin pesatnya perkembangan zaman, permainan tradisional di Indonesia Mulai tergeser dengan hadirnya permainan di gadget. Padahal permainan tradisional jauh memiliki dampak yang positif dibandingkan yang ada di gadget. Permainan tradisional mengandung nilai-nilai dan filosofi kehidupan.  Ditengah kekhawatiran punahnya permainan tradisional di indonesia secara tiba tiba Permainan tradisional lato-lato saat ini sedang menjadi tren di kalangan anak-anak Indonesia. Permainan itu dimainkan berbagai kalangan, baik balita maupun anak-anak usia sekolah. Bahkan, dalam beberapa kesempatan juga terlihat remaja hingga orang dewasa ikut memainkannya. Permainan ini viral salah satunya dikarenakan banyaknya influencer yang ikut bermain permainan tradisional bahkan ridwan kamil selaku gubernur jawa barat dan Presiden Jokowi juga memainkannya.  Mengutip Bisnis.com, lato-lato berasal dari negara Amerika Serikat pada 1960-an. Namun, mulai populer di negara Paman Sam tersebut pada 1970. Pada 1970-an, permainan lato-lato sempat dilarang oleh pejabat sekolah AS. Menggunakan material kaca, permainan yang harus dibanting ini rawan pecah. Pecahan kacanya pun tak bisa diprediksi. Berterbangan ke mana-mana, pecahan lato-lato pun kerap mengenai tubuh seseorang. Selain di Amerika Serikat, lato-lato juga mirip dengan boleadoras atau bolas, senjata pilihan untuk gaucho koboi Argentina. Permainan koboi ini juga ternyata menelan korban, sehingga dilarang penggunaannya oleh pemerintah setempat. Meski berasal dari negara Amerika Serikat, kata lato-lato merupakan sebutan permainan tradisional yang berasal dari bahasa Bugis, Sulawesi Selatan.  Saat ini mulai banyak imbauan dari otoritas pendidikan setempat agar permainan lato-lato tidak dibawa ke sekolah. Imbauan itu kemudian diterjemahkan sebagai larangan. Sebenarnya, dasar hukum ataupun dasar akademik dari himbauan untuk tidak membawa lato-lato ke sekolah tidak ada. Alasannya terkesan mengada-ada dan mau gampangnya saja, yaitu karena lato-lato bukan alat atau media belajar, dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa karena berisik, dan alasan lain faktor keselamatan.  Padahal, sekolah dan guru hanya memerlukan sedikit kreativitas, alat tersebut bisa menjadi media belajar selingan agar proses belajar mengajar tidak monoton. Misalnya, gerakan dalam permainan lato-lato disinyalir juga menjadi pemicu untuk menstimulasi fungsi motorik anak. Saat bermain lato-lato, pemain harus menggerakkan tangannya dengan seimbang agar menghasilkan permainan yang baik. Saat gerakan ini berlangsung, setidaknya terjadi fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik anak yang berdampak baik terhadap pencapaian perkembangannya. Penelitian mutakhir membantu menjelaskan bagaimana gerakan secara langsung bermanfaat kepada sistem saraf yang bermuara pada pembelajaran. Kegiatan otot, terutama kegiatan yang terkoordinasi, mampu menstimulasi produksi neurotrophin, yaitu substansi alami yang merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan meningkatkan jumlah koneksi saraf dalam otak sehingga memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran (Jalaluddin, 2010).  Walker (2015) juga menambahkan, selain dapat membuat anak menjadi aktif dan menambah semangat dalam belajar, kegiatan fisik juga kaya akan manfaat bagi  perkembangan mereka sehingga dapat mengurangi penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan perhatian), dan secara positif berpengaruh terhadap kesehatan mental. Alat ini cocok sekali digunakan untuk siswa PAUD, TK, dan sekolah dasar untuk melatih motorik kasar dan halus mereka.  Permainan lato-lato juga dapat meningkatkan perkembangan sosio-emosional anak. Lazimnya permainan lato-lato dimainkan secara serentak dan bersamaan dengan beberapa pemain lain. Terlebih saat ini perkembangan sosial anak perlu menjadi perhatian setelah adanya proses pembatasan sosial selama pandemi covid-19 berlangsung. Adanya permainan lato-lato telah merajut kembali persatuan sosial anak melalui permainan. Dalam hal ini kemampuan sosial anak akan meningkat seiring dengan banyaknya pergaulan bersama dengan anak lain. Jika ditinjau dari perspektif ilmu pengetahuan, permainan lato-lato pada dasarnya menganut teori saintifik, khususnya fisika. Dalam permainan itu, hukum Newton 3 tampak ketika pemain menghentakkan tangan sehingga membuat dua buah bandulan saling memantul dan memukul satu sama lain (gaya aksi dan reaksi dari dua benda). Permainan lato-lato juga mengakibatkan terjadinya tumbukan lenting sempurna pada dua buah benda ( media indonesia.com). Akan tetapi permainan lato-lato ini juga harus menjadi perhatian dalam memainkannya terutama dalam lingkungan sekolah harus ada pengawasan dari guru dan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang ada sehingga permainan ini dapat bermanfaat secara maksimal. Permainan ini menjadi angin segar untuk semua pihak yang menandakan bahwa anak sudah mulai mengalihkan perhatian dari smartphone ke permainan tradisional.