Jowonews

Seribu Batu Semliro Kudus, Tempat Ngopi Asyik Di Lereng Gunung Muria

Seribu Batu Semliro Kudus, Tempat Ngopi Asyik Di Lereng Gunung Muria

Seribu Batu Semliro Kudus merupakan objek wisata yang telah ada sejak akhir tahun 2019 lalu. Sebenarnya objek wisata alam yang terletak di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog-Kabupaten Kudus ini merupakan objek wisata milik perorangan. Sebelum dikenal dengan nama Seribu Batu Semliro, pemilik tempat wisata di Kudus Jawa Tengah ini awalnya menamai tempat tersebut sebagai Seribu Anak Tangga Semliro karena memiliki banyak tingkatan anak tangga. Perubahan nama ini bukan semata-mata untuk mencari sensasi agar menjadi viral, melainkan sebagai bentuk pertanggungjawaban karya dari seorang Sarjana Seni Terapan Unnes. Karena lokasinya yang berada di pegunungan, suasana yang dihadirkan terasa sejuk dan dingin, sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat relaksasi atau healing. Terdiri dari 4 Lantai Di Destinasi wisata Seribu Batu Semliro ini terdapat bangunan empat lantai, di mana setiap lantai mempunyai fungsi dan karakteristik yang berlainan. Lantai pertama memiliki dapur dan berfungsi sebagai ruang kasir, dilengkapi dengan empat meja dan 16 kursi. Lantai kedua menyediakan banyak meja dan kursi bagi pengunjung untuk menikmati keindahan alam. Sementara itu, lantai tiga dan empat sedang dalam tahap pembangunan dan akan dijadikan tempat untuk berfoto. Jika sudah memesan makanan dan minuman, pengunjung dapat langsung ke lantai empat untuk berswafoto tanpa tambahan biaya. Namun, bagi yang hanya ingin berfoto, dikenakan biaya sebesar Rp5.000. Terdapat aturan unik di lokasi ini, pengunjung yang membeli makanan atau minuman sudah otomatis diizinkan untuk berswafoto. Meskipun spot foto masih dalam tahap pembangunan, pengunjung tetap bisa menikmati keindahan tempat ini. Menu makanan yang disajikan cukup terjangkau, dengan harga mulai dari Rp5.000 hingga Rp40.000, sambil menikmati pemandangan yang indah dan asri di destinasi ini. Perjalanan 45 Menit dari Pusat Kota Kudus Untuk tiba di lokasi ini, dibutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Dari pusat kota Kudus, diperlukan waktu sekitar 45 menit hingga 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Untuk mencapai Seribu Batu Semliro dari pusat kota Kudus, dapat dilakukan dengan melalui Jalan Raya Kudus – Colo untuk menuju ke Desa Wisata Rahtawu. Setelah mencapai Tugu Wisata Desa Rahtawu, masih perlu menempuh jarak sekitar 7 km lagi. Jalur akses ke lokasi dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat, namun perlu berhati-hati saat berkendara karena jalur yang dilalui cukup berliku dan menanjak. Harga Tiket Masuk Seribu Batu Semliro Tiket masuk Seribu Batu Semliro sebesar Rp. 5.000,- per orangParkir motor sebesar Rp 3.000,-Parkir mobil sebesar Rp. 5.000,- Harga di atas sewaktu-waktu dapat berubah. Jam Operasional Seribu Batu Semliro Jam buka Seribu Batu Semliro setiap hari Senin hingga Minggu.Seribu Batu Semliro beroperasional mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00. Daya Tarik Seribu Batu Semliro Melihat Pemandangan Alam secara Langsung Seribu Batu Semliro menawarkan lokasi santai yang menarik karena langsung menghadap ke pemandangan alam yang hijau dan asri. Di sana, Anda bisa melihat secara lebih dekat bukit dan lahan perkebunan warga dengan sensasi alam yang segar dan alami. Banyak tempat duduk yang menghadap langsung ke pemandangan alam, sehingga menjadi favorit pengunjung di Seribu Batu Semliro. Anda bisa menikmati keindahan alam sambil menikmati hidangan yang tersedia. Pemandangan di sore hari akan tampak berbeda, terutama ketika warna langit mulai berubah dan matahari kembali ke tempat peraduannya. Mencicipi Kopi Arabika Khas Rahtawu Daya tarik lainnya adalah untuk para pecinta kopi, yang dapat mencicipi kopi Arabica khas Rahtawu. Kopi ini tidak dapat ditemukan di tempat lain karena hanya ditanam di Desa Rahtawu. Anda akan merasakan ketenangan saat menikmati secangkir kopi sambil menikmati pemandangan alam yang indah. Semua rasa lelah dan penat akan hilang. Seribu Batu Semliro juga memiliki restoran yang menyajikan makanan khas Kudus. Hunting Foto Seribu Batu Semliro memiliki 4 tingkat dengan fungsi yang berbeda-beda. Jika Anda ingin berburu foto yang keren, Anda bisa menuju ke lantai paling atas.

Rumah Oei Lasem Rembang, Destinasi Wisata Kuliner hingga Sejarah

Rumah Oei Lasem Rembang, Destinasi Wisata Kuliner hingga Sejarah

Rumah Oei Lasem Rembang merupakan salah satu destinasi yang tak asing lagi di telinga para wisatawan. Rumah Oei kini telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata kuliner dengan beragam menu makanan seperti anek penyet, rujak, bubur, ice cream, gado-gado dan lain sebagainya. Selain itu, Rumah Oei juga menyedikan oleh-oleh khas Lasem, aneka jamu, jajanan tradisional, dan tidak ketinggalan juga kopi lelet khas Lasem yang banyak diburu wisatawan. Di bagian depan Rumah Oei adalah tempat yang cocok untuk bersantai sambil menikmati hidangan lezat. Suasana di sana sangat tenang karena ditumbuhi pohon mangga yang rimbun. Meja-meja juga tersedia di halaman rumah. Teras rumah ini luas dan panjang. Pintu utama terbuat dari kayu berwarna coklat dengan ukiran aksara kanji Cina berwarna emas. Warna coklat tersebut serasi dengan empat jendela yang mengelilingi pintu utama. Jika jendela dibuka, dapat terlihat bagian dalam rumah. Terdapat meja kursi dan lemari kaca. Dindingnya dihiasi dengan foto-foto klasik yang kebanyakan berwarna hitam putih. Di bagian belakang terdapat bangunan penginapan dengan desain arsitektur yang sama dengan nuansa klasik. Berdiri Sejak Tahun 1818 Sejak tahun 1818, bangunan ini telah berdiri kokoh. Di dindingnya terdapat cerita tentang sejarah rumah ini. Oei Am, yang lahir di Tiongkok pada tahun 1798, adalah pemilik rumah ini. Saat usianya 15 tahun, ia merantau ke pesisir Lasem dan pada usia 17 tahun, ia menikahi Tjioe Nio, seorang gadis Lasem yang mahir menari dan membatik. Pada tahun 1818, Oei Am dan istrinya mendirikan rumah di Jalan Jatirogo 10, yang kini dikenal sebagai Rumah Oei. Sebelumnya, Rumah Oei adalah sebuah rumah keluarga besar, tetapi sekarang telah berubah menjadi museum, food court, pusat seni, dan penginapan di Rembang. Meskipun Rumah Oei telah berusia 200-an tahun, konstruksinya masih asli, dengan kayu-kayu yang tidak diubah. Bangunan khas China kuno abad ke-17 dan ke-18 ini terlihat sederhana namun tetap megah. Desain interior Rumah Oei masih sama seperti semula, termasuk bangku-bangku rotan yang terdapat di dalamnya. Foto-foto keluarga Oei juga terpajang di hampir setiap sudut depan rumah. Pada salah satu sudut dinding, terdapat syair Joyo Boyo yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan Inggris, serta primbon Jawa dan shio China yang menggabungkan unsur-unsur China dan Jawa. Kaum Tionghoa yang Peduli pada Bangsa Ketika para pelancong berkunjung ke tempat tujuan wisata ini, mereka akan merasa seolah-olah sedang melakukan perjalanan melintasi waktu yang memberikan pengetahuan. Sebagai seorang tokoh terkemuka dalam komunitas Tionghoa, Oei Am juga terlibat dalam upaya mempertahankan kehormatan bangsa dan negara. Salah satu dari upaya tersebut adalah ketika ia ikut serta dalam pertempuran selama lima hari di Semarang pada tahun 1965. Meskipun Rumah Oei sempat kehilangan identitasnya, namun pada masa reformasi di era pemerintahan Presiden keempat Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gusdur, berbagai atribut Tionghoa berhasil dikembalikan ke masyarakat. Pada rentang waktu 2016-2018, Rumah Oei direnovasi oleh Oei Lee Giok (Grace Widjaja) sebagai generasi ketujuh dari keluarga Oei, dengan tujuan untuk memperkenalkan rumah tersebut kembali kepada masyarakat Indonesia sebagai pusat edukasi, seni budaya, dan tempat wisata kuliner Lasem Kabupaten Rembang.

Kebun Benih Kandeman Diharapkan Bisa Suplai Bibit Unggulan

Kebun Benih Kandeman

BATANG – Budi daya sejumlah tanaman yang dikembangkan Kebun Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kandeman, Batang mendapatkan perhatian dari Komisi B DPRD Jateng. Sekarang ini TPH Kandeman mampu membudidayakan tanam Srikaya, Kelengkeng, dan Durian. Menurut Wakil Ketua Komisi B Sri Marnyuni, budi daya tanaman sangat diperlukan terlebih hasil panen mampu memenuhi pangsa pasar domestic maupun internasional. Kedatangan mereka ke TPH Kandeman, Senin (8/5/2023), untuk mengetahui konsep pengembangan budi daya maupun permasalahan yang dihadapi supaya mendapatkan solusi ke depannya. “Apakah benih tanaman pangan yang dikembangkan TPH Kandeman bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Tren saat ini, hasil perkebunan banyak dicari oleh petani. Kalau stok mencukupi tentu sangatlah bagus,” ucapnya di sela-sela pertemuan yang turut dihadiri  Kepala Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Banyumas  Endang Tri Hartati. Dalam paparannya,  Endang menyampaikan,  sekarang ini di Kebun Benih TPH Kandeman  telah memiliki 94 pohon induk seperti Srikaya, Kelengkeng, Durian. Dalam pengembangan bibitnya memiliki 1.882 pohon. Capaian PAD 2023 Kebun Benih Tanaman Pangan & Hortikultura (TPH) Kandeman saat ini baru mencapai Rp. 46.125.000 atau baru 7,37% dari capaian target Rp. 625.550.000. Menyinggung SDM, Kebun Benih TPH Kandeman memiliki 16 orang tenaga kerja meliputi 7 orang tenaga kerja harian lepas, 6 orang tenaga teknis, 1 orang PNS sebagai coordinator, 1 orang outsourcing  dan 1 orang penjaga malam. Endang Tri Hartati menambahkan, mengenai permasalahan untuk permintaan pasar yang berubah-ubah, target produksi buah secara berkesinambungan belum tercapai. Terlebih mengenai kondisi embung sebagai penampung air belum memadai karena masih perlu dilakukan perbaikan.   “Kegiatan penyiraman tanaman terkendala karena belum adanya jaringan irigrasi secara permanen, anggaran untuk pemupukan tanaman masih rendah, Ketersediaan anggaran yang tidak sesuai dengan luasan lahan produktif, belum tercukupi SDM baik secara kualitas maupun kuantitas, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai seperti jalan usaha tani, pagar keliling dan fasilitas umum pendukung,”ucapnya. Namun demikian, pihaknya tetap berupaya keras untuk memaksimalkan kondisi yang ada. Pengadaan bibit serta pengembangannya terus dilakukan. (Adv)