Jowonews

Rumah Oei Lasem Rembang, Destinasi Wisata Kuliner hingga Sejarah

Rumah Oei Lasem Rembang merupakan salah satu destinasi yang tak asing lagi di telinga para wisatawan. Rumah Oei kini telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata kuliner dengan beragam menu makanan seperti anek penyet, rujak, bubur, ice cream, gado-gado dan lain sebagainya.

Selain itu, Rumah Oei juga menyedikan oleh-oleh khas Lasem, aneka jamu, jajanan tradisional, dan tidak ketinggalan juga kopi lelet khas Lasem yang banyak diburu wisatawan.

Di bagian depan Rumah Oei adalah tempat yang cocok untuk bersantai sambil menikmati hidangan lezat. Suasana di sana sangat tenang karena ditumbuhi pohon mangga yang rimbun. Meja-meja juga tersedia di halaman rumah.

Teras rumah ini luas dan panjang. Pintu utama terbuat dari kayu berwarna coklat dengan ukiran aksara kanji Cina berwarna emas. Warna coklat tersebut serasi dengan empat jendela yang mengelilingi pintu utama.

Jika jendela dibuka, dapat terlihat bagian dalam rumah. Terdapat meja kursi dan lemari kaca. Dindingnya dihiasi dengan foto-foto klasik yang kebanyakan berwarna hitam putih. Di bagian belakang terdapat bangunan penginapan dengan desain arsitektur yang sama dengan nuansa klasik.



Berdiri Sejak Tahun 1818

Sejak tahun 1818, bangunan ini telah berdiri kokoh. Di dindingnya terdapat cerita tentang sejarah rumah ini. Oei Am, yang lahir di Tiongkok pada tahun 1798, adalah pemilik rumah ini. Saat usianya 15 tahun, ia merantau ke pesisir Lasem dan pada usia 17 tahun, ia menikahi Tjioe Nio, seorang gadis Lasem yang mahir menari dan membatik.

Pada tahun 1818, Oei Am dan istrinya mendirikan rumah di Jalan Jatirogo 10, yang kini dikenal sebagai Rumah Oei.

Sebelumnya, Rumah Oei adalah sebuah rumah keluarga besar, tetapi sekarang telah berubah menjadi museum, food court, pusat seni, dan penginapan di Rembang.

Rumah Oei Lasem Rembang juga difungsikan sebagai penginapan dengan nuansa klasik. Foto dok. Septian Hadi Wijaya

Meskipun Rumah Oei telah berusia 200-an tahun, konstruksinya masih asli, dengan kayu-kayu yang tidak diubah. Bangunan khas China kuno abad ke-17 dan ke-18 ini terlihat sederhana namun tetap megah.

BACA JUGA  Menyelami Pesona Arsitektur Candi Jago di Malang

Desain interior Rumah Oei masih sama seperti semula, termasuk bangku-bangku rotan yang terdapat di dalamnya.

Foto-foto keluarga Oei juga terpajang di hampir setiap sudut depan rumah.

Pada salah satu sudut dinding, terdapat syair Joyo Boyo yang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan Inggris, serta primbon Jawa dan shio China yang menggabungkan unsur-unsur China dan Jawa.



Kaum Tionghoa yang Peduli pada Bangsa

Ketika para pelancong berkunjung ke tempat tujuan wisata ini, mereka akan merasa seolah-olah sedang melakukan perjalanan melintasi waktu yang memberikan pengetahuan.

Sebagai seorang tokoh terkemuka dalam komunitas Tionghoa, Oei Am juga terlibat dalam upaya mempertahankan kehormatan bangsa dan negara.

Salah satu dari upaya tersebut adalah ketika ia ikut serta dalam pertempuran selama lima hari di Semarang pada tahun 1965.

Bagian depan Rumah Oei dijadikan sebagai tempat bersantai dan kuliner. Foto dok. Ima Susilowati.

Meskipun Rumah Oei sempat kehilangan identitasnya, namun pada masa reformasi di era pemerintahan Presiden keempat Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gusdur, berbagai atribut Tionghoa berhasil dikembalikan ke masyarakat.

Pada rentang waktu 2016-2018, Rumah Oei direnovasi oleh Oei Lee Giok (Grace Widjaja) sebagai generasi ketujuh dari keluarga Oei, dengan tujuan untuk memperkenalkan rumah tersebut kembali kepada masyarakat Indonesia sebagai pusat edukasi, seni budaya, dan tempat wisata kuliner Lasem Kabupaten Rembang.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait