Jowonews

Logo Jowonews Brown

Gencatan Berlaku, Senjata Membisu di Suriah

DAMASKUS, Jowonews.com – Senjata membisu di Suriah pada Sabtu setelah gencatan senjata yang ditengarai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai berlaku, sementara satuan tugas khusus pimpinan pesaing Moskow dan Washington siap untuk mulai memantau gencatan senjata yang baru berlangsung.

Pada tengah malam, tembak-menembak berhenti di pinggiran kota di sekitar ibu kota dan kota yang hancur di Aleppo, kata koresponden AFP, setelah hari serangan udara hebat Rusia yang menghantam benteng pemberontak di seluruh negeri.

Kelompok pemantauan, Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan keadaan tenang di Provinsi Latakia, di bagian utara Suriah, dan di pusat Provinsi Homs dan Hama.

Penghentian permusuhan nasional adalah jeda pertama dalam lima tahun perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 270.000 jiwa.

“Saya tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa saya senang karena perang telah berhenti, bahkan jika untuk beberapa menit,” kata seorang tentara pemerintah Abdel Rahman Issa (24) dari medan perang di pinggiran timur Damaskus. “Jika terus seperti ini, mungkin kami bisa pulang.” Utusan PBB Staffan de Mistura mengatakan pembicaraan damai akan berlanjut pada 7 Maret jika perjanjian terus dipegang dan lebih banyak bantuan disalurkan, yang menjadi hal pelik dan penting dalam perundingan untuk mencapai gencatan senjata.

Pertempuran tampak “tenang”, katanya kepada wartawan sesaat setelah tengah malam, dengan menambahkan satuan tugas khusus akan bertemu di Jenewa pada Sabtu untuk memantau gencatan senjata.

Moskow dan Washington, yang mewakili memimpin satuan tugas, yang mendukung sisi yang berlawanan di Suriah, telah menyiapkan kantor saingan untuk memantau gencatan senjata bersama dengan pusat operasi PBB dan akan menjadi yang pertama untuk menangani setiap pelanggaran.

“Yang penting … adalah jika (ada) insiden, maka akan cepat dikendalikan dan ditangani,” kata de Mistura, menambahkan “upaya militer harus menjadi… yang terakhir”.

Upaya sebelumnya untuk mengakhiri kekerasan di Suriah telah gagal, dan Rusia dan AS telah memperingatkan penghentian pertempuran di lapanganakan menjadi sulit.

Keraguan Pengamat juga mempertanyakan apakah gencatan senjata bisa berlansung efektif di medan perang yang rumit di Suriah, karena garis keras dari kelompok IS dan Fron Al-Nusra tidak termasuk dalam kesepakatan itu.

Bentrokan yang terjadi antara pasukan pro-pemerintah dan kedua kelompok garis keras berlanjut setelah tengah malam, kata pemantau, serta pertempuran antara kelompok garis keras dan pasukan Kurdi.

Kurang dari satu jam sebelum gencatan senjata dimulai, Dewan Keamanan PBB memberikan dukungan penuh untuk pelaksanaan gencatan senjata dalam resolusi yang disusun oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

Duta Besar AS Samantha Power mengakui ada “beberapa keraguan” apakah gencatan senjata akan bertahan, tapi mengatakan kesepakatan itu memberikan “kesempatan terbaik untuk mengurangi kekerasan”.

Seorang juru bicara kepresidenan Turki menyatakan kekhawatiran atas gencatan senjata “karena serangan udara Rusia dan serangan darat oleh pasukan (Presiden Bashar al-Assad) terus berlanjut”.

Rusia mulai melancarkan serangan udara di Suriah pada September untuk menyasar “teroris”, tapi pengecam menuduh Moskow melancarkan serangan itu pada pasukan pemberontak yang mendukung pemerintah.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov mengatakan kesepakatan bisa menjadi “titik balik” dalam perang, bahkan pesawat Rusia meluncurkan gelombang serangan di daerah pemberontak bukan golongan garis keras.

Pemantau melaporkan serangan Rusia pada Jumat terhadap benteng pemberontak termasuk wilayah Ghouta Timur di luar Damaskus, utara provinsi Homs dan barat provinsi Aleppo.

Pimpinan pemantai yang bermarkas di Inggris, Rami Abdel Rahman mengatakan sedikitnya 40 anggota pasukan pemerintah tewas memerangi pemberontak di utara provinsi Latakia.

Tidak ada jalan Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Moskow akan terus menyerang “kelompok teroris”.

“Pertempuran yang menentukan untuk melawan mereka akan, tanpa keraguan, diilanjutkan,” katanya dalam sambutannya yang disiarkan televisi. “Tidak ada cara lain.” Moskow mendukung Bashar, dan Washington mendukung oposisi, namun keduanya telah bersatu mendorong gencatan senjata yang harus dihormati.

Berbicara di Washington pada Kamis, Presiden AS Barack Obama dengan tegas menempatkan tanggung jawab pada pemerintah dan Rusia, mengatakan “dunia akan melihat” apakah mereka mempertahankan gencatan senjata.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner mengatakan Washington telah menerima jaminan dari Moskow bahwa tidak akan mengebom “oposisi moderat” setelah gencatan senjata berlaku.

“Saya tidak tahu bagaimana mengatakannya lebih baik daripada mengatakan:” Ini waktunya bersabar atau diam,” katanya kepada wartawan.

Iran, sekutu utama Presiden Bashar yang lain, mengatakan mereka yakin pemerintah akan mematuhi perjanjian.

Tapi kelompok pemberontak di lapangan kurang optimistis, dan pimpinan Al-Nusra, Mohammad al-Jolani pada Jumat mendesak lawan pemerintah untuk mengintensifkan serangan mereka.

“Perundingan terjadi dengan mereka yang terlibat dalam medan perang,” katanya dalam pesan audio.

Kelompok oposisi tertinggi Suriah, Komite Negosisasi Tinggi (HNC), Jumat, mengatakan 97 faksi oposisi telah setuju “untuk menghormati gencatan senjata sementara”, tapi hanya untuk dua pekan awal.

Dikatakannya, Damaskus dan sekutunya tidak harus terus menyerang pasukan pemberontak “dengan dalih memerangi terorisme”. (Jn16/ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...