Jowonews

Logo Jowonews Brown

Cocok untuk Tanah Ekstrem, Seperti Ini Pondasi Sarang Laba-laba

JAKARTA, jowonews.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana memperbanyak penggunaan konstruksi sarang laba-laba sebagai produk karya anak bangsa untuk jalan yang kondisi tanahnya ekstrem.

“Kami dari kalangan ahli konstruksi telah diundang kementerian PUPR dalam forum group discussion (FGD) untuk menyampaikan pendapat ilmiah mengenai konstruksi sarang laba-laba dalam berbagai aplikasi,” kata Guru Besar Teknik Sipil ITS Surabaya, Prof. Herman Wahyudi saat dihubungi, Kamis.

Herman Wahyudi menjelaskan dirinya bersama dengan Dr. Helmy Darjanto ahli sipil dari Universitas Narotama Surabaya telah diminta untuk menyampaikan pendapat ilmiahnya dalam FGD yang diselenggarakan Kementerian PUPR pada Kamis (7/4), dihadiri sejumlah BUMN Karya dan kalangan ahli.

Dalam pertemuan tersebut, ungkap Herman, Kementerian PUPR berencana memperbanyak penggunaan konstruksi yang patennya dipegang Katama, terutama pada tanah-tanah ekstrim seperti kondisinya lunak, berawa-rawa dan lain sebagainya, konstruksi ini sebelumnya telah teruji pada jalan di Bojonegoro Jawa Timur dan Dumai Riau.

Herman Wahyudi mengatakan perlakuan konstruksi sarang laba-laba untuk jalan sama halnya dengan perkerasan beton (rigid pavement) lainnya, hanya saja dengan penggunaan sirip-sirip segitiga yang terhubung menyerupai sarang laba-laba pada bagian bawah membuat konstruksi ini lebih kaku.
pondasi laba1
Herman menjelaskan uji beban statis terhadap jalan di jalan Pantura Bojonegoro konstruksi ini masih mampu mendukung meskipun kondisi tanah di kawasan tersebut dikenal ekspansif (mengembang disaat hujan dan menyusut disaat kering).

Herman merekomendasikan sepertihalnya konstruksi lainnya, aplikasi sarang laba-laba untuk jalan harus satu paket dengan perbaikan tanah, bahkan kalau kondisinya terlalu ekstrim tidak tertutup tanahnya diganti dengan yang baru.

“Luasan dan ketinggian sirip sangat berpengaruh terhadap ketahanan konstruksi pada beban di atasnya, sehingga di lapangan dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian, kalau beban di atasnya tidak terlalu besar maka tingginya tidak perlu 50 centimeter, cukup 30 centimeter saja agar konstruksi ini efisien,” kata Herman.

Lebih jauh Dr. Helmy Darjanto mengatakan kalau karya anak bangsa seperti sosrobahu bisa diadopsi di Manila Filipina, maka Sarang Laba-Laba juga memiliki potensi yang sama untuk itu riset ilmiah terus dilakukan untuk melihat kekuatannya.

Dia mengatakan karya anak bangsa seperti ini seharusnya dapat difasilitasi dan dipergunakan pada proyek jalan pemerintah, dengan demikian ke depannya dapat disebarkan ke luar negeri apalagi saat ini memasuki pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN maka inovasi dan karya-karya bangsa sendiri harus ditonjolkan.

Helmy mengatakan penggunaan konstruksi sarang laba-laba sudah dikenal sejak lama terutama untuk bangunan bertingkat di daerah gempa, seperti bangunan di Aceh dan Padang saat terjadi gempa besar bangunan yang menggunakan konstruksi ini masih kokoh berdiri.

“Sayangnya penggunaan konstruksi ini untuk jalan belum meluas. Padahal kalau melihat penggunaan sarang laba-laba untuk jalan di Dumai Riau dan Bojonegoro Jawa Timur ternyata mampu memikul beban kendaraan berat di atasnya, padahal seperti diketahui tanah di kedua daerah tersebut tergolong tidak stabil.

Helmy yang disertasi doktornya mengambil sarang laba-laba mengatakan konstruksi sarang laba-laba 80 persen lebih ekonomis dibandingkan dengan konstruksi beton lainnya baik itu penggunaan tenaga kerja maupun material, saat ini yang dibutuhkan menggandeng mitra untuk “pre-cast” agar pelaksanaan di pondasi laba2lapangan lebih cepat.

“Kalau sirip-sirip betonnya sudah ada yang memproduksi masal, maka di lapangan akan lebih mudah karena tinggal di pasang dan dihampar saja,” ujar Helmy.

Konstruksi sarang laba-laba termasuk dalam pondasi dangkal telah mendapat rekomendasi dari berbagai instansi diantaranya Ditjen Cipta Karya Kementerian PU, Kementerian Perindustrian, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa (LKPP), Pemkab Simeuleu, Pemkab Solok, Pemprov Sumbar, Pemprov Kaltim. (jn16-ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...