Jowonews

Pepadi Banyumas Gelar Festival Dalang Anak Untuk Tumbuhkan Kecintaan Pada Budaya Bangsa

Festival Dalang Anak

PURWOKERTO – Koordinator Wilayah Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Eks Karesidenan Banyumas bekerjasama dengan Komando Resort Militer 071/Wijayakuma menggelar Festival Dalang bagi anak-anak dan remaja untuk menggugah kecintaan terhadap budaya bangsa khususnya wayang kulit. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Minggu di Gedung Kesenian Sutedja, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini diikuti oleh empat dalang anak dan remaja. Mereka adalah perwakilan dari empat kabupaten eks karesidenan Banyumas, yaitu Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara. Ditanya di sela-sela acara, Ketua Panitia Festival Pemuda dan Anak Dalang, Bambang Barata Aji mengatakan, pihaknya selaku koordinator wilayah Pepadi, eks Karesidenan Banyumas, rutin menggelar festival atau lomba dalang. “Untuk tahun ini, kebetulan karena alasan berbagai hal, kesibukan, dan lain-lain sebetulnya tidak kami selenggarakan,” kata pria yang akrab disapa BBA itu, dikutip dari Antara Jateng, Minggu (4/9/2022). Akan tetapi setelah bertemu dengan Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yudha Airlangga sekitar dua minggu lalu, kata dia, pihaknya mendapat suntikan energi yang luar biasa untuk menyelenggarakan Festival Dalang Anak dan Remaja Eks Keresidenan Banyumas Tahun 2022. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan Korem 071/Wijayakusuma untuk menyelenggarakan festival tersebut sekaligus untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-61 Korem 071/Wijayakusuma yang jatuh pada tanggal 1 September 2022. “Sebetulnya simpel saja, tetapi yang paling penting bagi kami, bagi Pepadi adalah semakin banyak memberikan kesempatan anak-anak kita untuk tampil. Itu akan menjadi semakin baik dan otomatis akan membangkitkan rasa cinta budaya dan cinta bangsa,” katanya. Terkait jumlah peserta, BBA melaporkan peserta yang hadir sebenarnya cukup sedikit karena wilayah Korwil Pepadi Eks Keresidenan Banyumas meliputi empat kabupaten. Karena secara teknis hanya bisa menyelenggarakan kegiatan selama satu hari, kata dia, pihaknya hanya bisa mengirimkan empat dalang yang merupakan perwakilan dari masing-masing kabupaten. “Dua tahun lalu ada delapan dalang karena waktunya cukup. Sekarang karena waktu sangat terbatas dan persiapan juga sangat terbatas, hanya ada empat orang,” jelasnya. Selain itu, kata dia, dalam rangka meramaikan Hari Ulang Tahun Ke-61 Korem 071/Wijayakusuma. Dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, lanjut dia, pihaknya tidak sendiri karena didukung juga oleh elemen masyarakat lain, baik pemerintah daerah maupun Kepolisian Republik Indonesia supaya terselenggara dengan baik. “Tujuan lainnya yang paling penting adalah untuk kemanunggalan TNI, Polri, dan masyarakat,” katanya. Danrem mengharapkan melalui kegiatan tersebut dapat dicari bibit-bibit dalang karena generasi muda khususnya anak-anak akan menjadi penerus bangsa. “Dengan demikian, budaya bangsa khususnya pewayangan dapat tumbuh dan berkembang di tengah gempuran nilai-nilai budaya dari luar,” katanya. Foto: doc. Antara Jateng

Kecap Lele Khas Pati, Kecap Legendaris Bercita Rasa Tinggi

Kecap Lele Khas Pati, Kecap Legendaris Bercita Rasa Tinggi

Beberapa daerah di pantai utara (Pantura) memiliki kecap khasnya sendiri, tak terkecuali Kabupaten Pati. Kota kacang ini juga memiliki kecap khas dengan merek Kecap Masakan No. 1 Ikan Lele atau populer disebut Kecap Lele Khas Pati. Kecap yang terbuat dari kedelai hitam juga memiliki tekstur dan rasa yang berbeda di beberapa daerah. Salah satunya adalah Kecap manis Ikan Lele Go Tjwan Hok, Kabupaten Pati. Meski bernama Ikan Lele, bahan pembuatannya sama sekali tidak menggunakan unsur ikan lele sama sekali. Bahan-bahan yang digunakan adalah yang biasa digunakan untuk membuat kecap seperti kedelai hitam, gula, garam dan beberapa bumbu. Kecap Lele Ada Sejak Tahun 1954 Kecap Lele khas Pati, Jawa Tengah ini didirikan pada tahun 1954 oleh seorang pengusaha lokal Tionghoa bernama Go Tjwan Hok alias Pranoto. Perusahaan kecap ini mendapat izin dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1988, yaitu SP nomor 18/11.24/88. Perizinan Kementerian Kesehatan sangat penting, karena kecap berkaitan erat dengan kebutuhan pangan, sehingga harus memenuhi syarat kesehatan sebagai pangan untuk konsumsi manusia. Menggunakan Bahan alami Produksi masih dilakukan dengan cara tradisional. Untuk membuat kecap lebih tahan lama, digunakan gula dan garam sebagai pengawet. Menurutnya, hanya dengan dua bahan ini kecap bisa bertahan hingga dua tahun. Kecap Masakan No. 1 Ikan Lele menggunakan strategi tersendiri untuk mendapatkan loyalitas konsumen dengan menegaskan penggunaan bahan-bahan alami pada kecapnya, tanpa menggunakan pengawet atau pengental. Meski masih diproduksi secara sekala rumahan, namun produksinya sudah mencapai 50 ton dalam sebulan. Untuk pemasaran hanya menjangkau wilayah Pati dan sekitarnya. Namun banyak masyarakat dari luar daerah Pati yang membeli dalam jumlah besar dan dibawa ke daerahnya masing-masing. Dari tangan-tangan mereka kecap ini dapat merambah ke beberapa daerah di luar Pati seperti Semarang, Solo, Bengkulu, Palembang dan beberapa daerah di luar Pati. Sumatera lainnya. daerah. Dari segi rasa, kecap ikan lele sudah tidak diragukan lagi. Namun ada alasan lain mengapa orang tidak mau berubah, malah mengiklankan kecap ini secara gratis. Bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecap ini selalu alami. Itulah daya tariknya. Kecap Lele Menggunakan Kemasan Sederhana Dikemas sederhana dalam kantong plastik dan botol kaca, kecap yang populer disebut Kecap Lele ini telah menjadi favorit banyak orang dan banyak rumah makan. Ya, banyak pemasok bakso, siomay, soto, nasi goreng, tahu gimbal, dan lainnya banyak yang mempercayakan rasa manis kecap dari kelezatan Kecap Lele. Mengapa kecap ini menjadi idola bagi sebagian orang? Menurut penggemar setianya, sambal Kecap Lele ini lebih manis dan kental dibandingkan kecap lainnya. Harganya Murah Harganya relatif murah dibandingkan kecap merek lainnya yang ada di pasaran. Kemasannya juga cukup sederhana dengan berbagai ukuran. Namun, berkat kesederhanaan inilah kecap lele terus diminati masyarakat. Benar sekali, kecap lele yang sudah ada sejak tahun 1954 ini terkenal dengan cita rasanya yang kaya, sehingga cocok untuk masakan dan cemilan. Omong-omong, apakah kamu pernah merasakan kelezatannya?

Sate Sapi Suruh Salatiga, Satenya Empuk Dipadu Dengan Bumbu Kacang Yang Gurih

Sate Sapi Suruh Salatiga, Satenya Empuk Dipadu Dengan Bumbu Kacang Yang Gurih

Bagi pecinta sate, tentu sate sapi sangat jarang ditemukan, yakni Sate Sapi Suruh Salatiga. Sate ini telah menjadi ikon kuliner Kota Salatiga. Dinamakan sate sapi suruh karena pertama kali ada di Pasar Suruh, meskipun Pasar Suruh sebetulnya masuk kawasan Kabupaten Semarang justru kuliner ini lebih melegenda di Kota Salatiga. Banyak yang susah melupakan kenikmatan sate ini, selain jarang ditemukan penjual sate sapi, juga karena rasanya yang lezat. Dagingnya empuk, tingkat kelembutannya sama dengan sate ayam, sangat gampang dikunyah. Rasa daging sapinya sungguh mantap, matang dan juicy, seperti memakan daging well done namun masih ada minyak lemaknya. Sate yang lezat dicampur dengan bumbu kacang yang masih kasar menimbulkan suara renyah di mulut. Resep Turun Temurun Sate sapi suruh dikelola secara turun temurun, yang saat ini sudah dikelola generasi ketiganya. Cita rasa sate sapi suruh mampu dipertahankan hingga saat ini karena pemiliknya selalu menggunakan daging berkualitas sebagai bahan baku, sehingga hanya dibakar saja daging sudah empuk. Untuk ukuran satenya tidak sebesar sate kambing pada umumnya, namun lebih cenderung sebesar sate ayam yang tidak terlalu besar. Setiap hari warung sate sapi suruh menghabiskan dagung minimal sepuluh kilogram. Untuk bumbunya juga dibuat sendiri dengan resep turun temurun. Bumbunya terdiri dari dua macam, yaitu bumbu untuk celupan (rendaman) sebelum sate dibakar serta bumbu kacang setelah sate matang dihidangkan. Untuk bumbu celupan terdiri dari ketumbar, bawang putih, kemiri disangrai, kunyit, gula merah, dan garam. Bumbu dan rempah dihaluskan kemudian diberi air secukupnya. Sedangkan untuk bumbu kacang yang juga sangat terkenal rasanya yang khas dan kenikmatannya, konsumen bisa memilih sambal kacang yang pedas atau tidak pedas. Bumbu sambal kacang dibuat dari kacang tanah yang digoreng, kemudian ditumbuk halus. Kemudian cabe merah keriting dan bawang putih digoreng kemudian dihaluskan dengan garam, gula merah, lalu disiram air panas. Varian Sate Sapi Suruh Di warung ini ditawarkan 3 varian sate, daging semua atau campur lemak (daging muda/gajih) atau campur daging dan lemak. Untuk pendamping makan sate, tersedia ketupat, bukan lontong seperti warung sate pada umumnya. Sama halnya dengan sate dan bumbu yang dibuat sendiri, ketupat dan tusuk sate juga dibuat sendiri karena faktor kemantapan. Sang pemilik hanya percaya dengan ketupoat buatannya, karena dibuat dengan nasi berkualitas. Selain sate, di sini juga terdapat pilihan menu lain seperti bakso dan mie ayam yang juga jangan sampai dilewatkan. Harga Sate Sapi Suruh Salatiga Tidak perlu khawatir masalah harga, dibandingkan dengan sate kambing atau sate ayam di temoat lain, sate suruh ini masih tergolong terjangkau. Harga yang masih masuk akal karena cita rasa yang mantap sebanding dengan harga yang ditawarkan. Untuk satu porsi sate sapi daging RP 26.000, sedangkan untuk sate campur (daging atau lemak) Rp 21.000. Harga di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan penjual. Lokasi Sate Sapi Suruh Lokasi warung sate sapi suruh sangatlah strategis dan mudah dijangkau karena berada di tengah Kota Slatiga sebelah kantor polsek. Dari bundaran Salatiga, langsung ke arah Pasar Salatiga. Harus jeli melihat jalan karena jalan yang dilalui satu arah. Buka mulai pukul 09.30 WIB hingga malam hari, juga dapat menerima pesanan, untuk resepsi pernikahan atau acara lainnya. Jika sedang berkunjung atau melewati Kota Salatiga, maka sangat wajib mencoba sate sapi suruh ini. Harus coba minimal sekali dalam hidup.

Kecamatan Tamansari Boyolali Dicanangkan sebagai Model Kawasan Konservasi

Kecamatan Tamansari

BOYOLALI – Kecamatan Tamansari di Kabupaten Boyolali dicanangkan sebagai model kecamatan konservasi. Pencanangan ini telah diinisiasi sejak tahun 2022 silam. Sebagai informasi, Kecamatan Konservasi merupakan pendekatan strategis model konservasi dengan mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dan partisipasi dalam kegiatan pengelolaan konservasi di tingkat kecamatan. Kecamatan Tamansari termasuk dalam kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu. Ini merupakan prasyarat untuk pembentukan kawasan lindung. Bupati Boyolali, Said Hidayat mengatakan, menjaga keberlanjutan merupakan tanggung jawab bersama dan saling menguntungkan antara hulu, tengah, dan hilir. “Tengah dan hilir akan menjadi upaya pelestarian yang berkelanjutan bagi semua pihak,” ucapnya, Sabtu (3/9/2022). Menurutnya kecamatan konservasi juga akan menjadi salah satu elemen pendukung kebijakan bagi implementasi mekanisme imbal jasa lingkungan atau disebut dengan PES (payment environmental services, red) oleh komunitas di hilir kepada komunitas di Hulu. Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (BP3D) Kabupaten Boyolali, Mochhamat Syawalludin mengatakan, inisiatif pencadangan ini juga bertujuan untuk mendukung kebijakan Kabupaten Boyolali dalam mewujudkan Boyolali Smart City, Water City, dan Green City. Terutama dalam penerapan prinsip konservasi pada setiap arah pembangunan di kawasan Tamansari. “Sehingga, terjadi keberlanjutan sumber daya air untuk kepentingan sektor ekonomi di wilayah tengah dan hilir,” katanya. Aktivis Rama Zakaria dari Pusur Institute mengatakan bahwa pencanangan Kecamatan Tamansari sebagai model konservasi telah menjadi semangat aksi kolektif para pihak dalam upaya pelestarian sumber daya alam, khususnya air. “Sekarang saatnya menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal yang sama, dan kami berharap masyarakat luas dapat mempelajari program ini dan memperkuat kolaborasi multi-stakeholder yang ada.” ujarnya mewakili stakeholder relation manager Pabrik Aqua Klaten. Ditambahkannya, Sumino, Program Manager LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) untuk wilayah Boyolali dimulai pada tahun 2014. Pihaknya berkolaborasi dengan Aqua Factory telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat, termasuk program konservasi yang terintegrasi dengan pengembangan ekonomi melalui potensi lokal. “Banyak yang sudah dikerjakan, seperti program niogas, budidaya bunga krisan dan anggrek, penanaman pohon termonitor secara online. Termasuk, pengembangan alternatif pertanian sayur seperti paprika untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di area hulu, demplot model pengelolaan konservasi tanah dan air juga membangun pusat belajar konservasi komunitas (PBKK) di desa Mriyan, Kecamatan Tamansari,” katanya. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara seluruh Kepala Desa Kecamatan Tamansari, organisasi perangkat daerah terkait di Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan instansi terkait lainnya.

Aneka Kuliner Tradisional Hingga Kekinian Dijajakan Di Festival Kuliner Banyumas 2022

Festival Kuliner Banyumas 2022

PURWOKERTO – Festival Kuliner Banyumas 2022 ke-7 kembali dihelat di GOR Satria Purwokerto, Sabtu (3/9/2022). Aneka jajanan, makanan tradisional, olahan seafood, aneka makanan dan minuman viral dijual di lapak yang tersedia. Sebanyak 97 kios UMKM dari berbagai kuliner turut serta dalam acara tahunan ini. Acara berlangsung dari Jumat hingga Minggu, 2-4 September 2022, buka dari pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB. Menurut Noer Muhammad Ifianto selaku Ketua Festival Kuliner Banyumas 2022, mengatakan acara tersebut bertujuan untuk mempromosikan makanan yang diproduksi UMKM di Kabupaten Banyumas. “Tujuannya untuk menampilkan produk-produk yang ada di Banyumas dan sekitarnya,” ujarnya. Peserta yang mengikuti festival ini terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia mengenai kuliner yang akan diikutsertakan. “Non kuliner ada yang mengikuti, mereka juga ikut meramaikan festival ini. Namun lokasi tidak kita satukan dengan yang kuliner,” tambahnya, dikutip dari Tribun Jateng. Festival dikemas dengan konsep yang menarik dengan berbagai hiburan seperti live music, kesenian tari dan budaya, akustik, hingga kompetisi menyanyi. Hanya dengan membeli tiket masuk seharga Rp4.000, pengunjung sudah bisa masuk dan berkeliling melihat-lihat warung makan yang ada di dalamnya. “Senang yang pasti banyak sekali makanan dan minuman buat dibeli di sana terlebih event ini ada saat weekend sekalian buat refreshing juga,” ungkap Tika asal Banyumas. Sebagai event tahunan, Festival Kuliner Banyumas ini selalu hadir dengan konsep yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Konsep yang dinamis sebagai daya tarik pengunjung agar selalu datang ke festival ini. Setiap tahun peserta yang mengikuti festival ini terus mengalami penambahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Acara ini juga dapat menjadi ajang saling menyemangati antara pedagang dan pengunjung. “Harapannya yang jelas kita turut bangga setiap kali next event tiap tahun produk makanan di Banyumas bertambah. Paling tidak perkembangan kuliner di Purwokerto sangat-sangat bagus pelaku usahanya,” harap Noer. Foto: doc. Tribun Jateng

Serunya Lomba Ontel Keranjang Sisih di Sukoharjo, Berat Beban Sebelah 40 Kilogram

Serunya Lomba Ontel Keranjang Sisih di Sukoharjo, Berat Beban Sebelah 40 Kilogram

SUKOHARJO – Warga Kabupaten Sukoharjo, memiliki perlombaan unik bernama Lomba Ontel Keranjang Sisih. Para saling beradu kecepatan dengan keranjang yang memuat beban hingga 40 kg. Keranjang dipasang hanya di satu sisi, sehingga pembalap cukup kesulitan untuk mengayuh sepedanya. Ditambah lagi dengan beban yang berat. Lomba unik ini diselenggarakan oleh warga Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Bupati Sukoharjo. Sebagian besar peserta lomba mengalami kesulitan. Sebab, untuk kategori laki-laki, lomba dilakukan dua kali putaran, dengan beban di dalam keranjang seberat 40 kilogram. Sementara untuk kategori perempuan dilakukan satu kali putaran, dengan beban 20 kilogram. Peserta harus bisa menyeimbangkan sepedanya dan harus cepat bersaing dengan peserta lainnya. Tidak jarang peserta berbenturan dengan peserta lainnya. Lomba Ontel Keranjang Sisih ini baru pertama kali diadakan di desa Pranan. Bukan tanpa alasan, kontes ini ternyata punya cerita tersendiri bagi warganya. Menurut Kepala Desa (Kades) Pranan, Sarjanto, dari dulu hingga sekarang, sebagian besar penduduk desa tersebut memiliki mata pencaharian dengan berdagang buah-buahan. Dulu, lanjut Sarjanto, buah hasil panen warga diangkut dengan sepeda dengan keranjang hanya pada satu sisi saja. “Lomba ini untuk mengenang masa lalu. Karena dulu, sepeda merupakan alat angkut untuk warga yang mayoritas pedagang buah, dan bebannya hanya sebelah. Dan yang memanfaatkan itu hanya warga kami,” katanya, dikutip dari Detik Jateng. Perlombaan ini sendiri diikuti 50 peserta laki-laki, dan 4 peserta wanita. Mereka saling bersaing untuk memperebutkan hadiah dengan total 3 juta rupiah. Kades berharap perlombaan ini menjadi event rutin tahunan di desa tersebut. Sebab, saat ini yang masih memanfaatkan keranjang sebelah itu hanya kurang dari 10 orang saja, dan rata-rata dari mereka telah berusia lansia. “Dulu adanya cuma keranjang saja. Belum ada bronjong seperti saat ini. Sehingga yang mudah-mudah ini bisa mengerti, mereka dulu dibesarkan dengan cara seperti ini,” tutupnya. Foto: doc. Detik Jateng

Tradisi Wetonan, Cara Masyarakat Jawa Memperingati dan Mensyukuri Hari Kelahiran

Tradisi Wetonan, Cara Masyarakat Jawa Memperingati dan Mensyukuri Hari Kelahiran

Tradisi merayakan ulang tahun bukanlah tradisi asli Indonesia. Namun, Indonesia memiliki tradisi yang memiliki konsep serupa dengan ulang tahun, yaitu Wetonan. Wetonan adalah salah satu tradisi yang masih dilakukan masyarakat Jawa hingga saat ini. Kata “wetonan” dalam bahasa Jawa berarti peringatan hari kelahiran. Orang Jawa sering menyebut tradisi wetonan sebagai wetonan atau bancaan weton. Weton merupakan kombinasi dari tujuh hari dalam seminggu dan hari pasaran Jawa yaitu legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Bancaan Weton adalah peringatan hari kelahiran berdasarkan perhitungan penanggalan Jawa yang berputar setiap 35 hari. Pada hari tersebut, keluarga bayi akan mengadakan nyelapani. Kata “nyelapani” berasal dari kata dasar “selapan” yang artinya sama dengan satu bulan dalam perhitungan Jawa (selapan = 35 hari). Perhitungannya berdasarkan perhitungan hari kalender Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan perhitungan hari kalender Jawa (Pon, Wage , Kliwon, Legi, Pahing). Wetonan dalam masyarakat Jawa terjadi setiap 35 hari sekali. Misalnya, jika seseorang memiliki weton Jumat Pahing maka weton selanjutnya adalah 35 hari kemudian dan akan bertemu pada hari yang sama yakni Jumat Pahing. Bancakan Weton berpijak pada kepercayaan masyarakat Jawa dalam rangka menghormati sedulur papat limo pancer. Sedulur papat meliputi: 1) kawah (cairan ketuban) yang dianggap kakak, 2) plasenta (ari-ari) yang dianggap adik, 3) getih (darah), 4) pusar (tali pusar), Sementara pancer kelima adalah manusia itu sendiri. Bagi orang Jawa, semua sedulur (saudara) empat tersebut harus diruwat, dirawat dan dihormati melalui ritual bancaan weton. Menurut kepercayaan orang Jawa, dalam diri manusia terdapat dua saudara, yaitu saudara tua dan saudara muda. Sedulur tua diimajinasikan plasenta atau ari-ari dan sedulur nom adalah wujud dari kebiasaan kita. Bancaan weton juga bertujuan agar saudara tua (sedulur tua) dan saudara muda (sedulur nom) saling rukun, sehingga jiwa dan raga akan menjadi kesatuan yang utuh dan mendapatkan jati dirinya yang asli. Dalam praktik sehari-hari, masyarakat Jawa tidak weton tak hanya digunakan untuk peringatan hari lahi saja, tetapi juga untuk hal-hal lain seperti perhitungan jodoh, hari baik dan untuk beberapa keperluan dalam ritual adat. Melalui weton ini, masyarakat Jawa sering menilai apakah suatu pasangan akan baik-baik saja atau tidak. Jika perhitungannya tidak bagus, pasangan itu terpaksa berpisah. Doa Wetonan Anak Dalam masyarakat Jawa, doa ini dibacakan dalam bahasa Jawa atau sangat mirip dengan niat dan keinginan yang ingin mereka capai saat melakukan Slametan Weton. “Niki sampeyan sekseni nggeh, asale pasang jenang pethak jenang abrit niki ngleresi tone erna diweruhi mbok’e ibu bumi bapa’e kuasa, asale pasang jenang pethak jenang abrit lan sedoyo buceng niki dongakne sageto angen-angen asale sekolah anak erna (nama anak) niki pinter nggeh, mugi-mugi sedoyo buceng niki saget jejeg mantep bakale angen-angen si erna lan diparingi seger kewarasan anak kulo erna sing sekolah niki saget disekseni nggeh, dongane kabul slamet”. Semua orang yang ada atau mengikuti Slametan Weton sebagai saksinya, bahwa pembuatan jenang putih dan jenang merah ini karena untuk memperingati hari lahirnya Erna (orang yang diperingati hari lahirnya) yang diketahui oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, semua yang ada seprti tumpeng, bothok pelas dan jenang ini semoga sebagai simbol untuk mendo’akan Erna (nama anak) agar pintar dalam bersekolah, mempunyai pendirian yang kuat, selalu diberi kesehatan, semoga do’a yang dipanjatkan bisa terkabulkan. Do’a ini biasanya dibacakan oleh salah satu anggota keluarga tertua. Sementara itu anggota keluarga lainnya menjawab setiap do’a yang dibacakan tersebut dengan jawaban nggeh atau secara sederhana adalah mengucapkan amin. Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Prosesi Wetonan Memasak nasi untuk dibuat tumpeng, banyaknya beras yang dimasak dikira-kira saja mencukupi untuk minimal 1 keluarga. Setelah nasi matang, selanjutnya nasi dicetak menggunakan kukusan untuk membentuknya menjadi tumpeng, namun terlebih dahulu ditutup dengan daun pisang agar nasi tidak menempel di panci. Selain itu juga agar nasi lebih mudah dikeluarkan dari kukusan. Bahan lain yang diperlukan adalah sayuran. Sayuran yang umum termasuk kacang panjang, kangkung, kubis, kecambah, bayam, dan banyak lagi. Sayuran ini akan dibuat diperuntukkan sebagai keleman atau kulupan yang dimasak dengan cara direbus hanya dengan air tetapi tidak terlalu matang. Agar sayuran tidak terlalu matang atau terlalu lembek, segera setelah dikeluarkan sebaiknya direndam dalam air dingin agar sayuran tetap terlihat hijau namun matang. Selanjutnya hal yang perlu dipersiapkan adalah membuat sambal krambil atau kelapa sebagai pasangannya. Langkah selanjutnya adalahmembuat bothok dan pelas. Bothok terbuat dari tempe yang dipotong kotak-kotak kecil kemudian dicampur dengan daun brambang yang sudah dipotong sebelumnya. Jangan lupa tambahkan garam yang sudah dihaluskan sebelumnya. Setelah selesai, semuanya dibungkus dengan daun pisang lalu dimasak. Sedangkan untuk pelas terbuat dari kacang kedelai yang ditumbuk halus, ditambah garam kemudian dibungkus seperti bothok dan dimasak. Bahan terakhir adalah Jenang. Jenang yang dimakud merupakan dua porsi nasi putih yang dibuat membentuk gundukan dan diletakkan di atas piring, satu sisi nasi putih dan sisi lainnya gula merah di atasnya. Orang Jawa menyebutnya jenang merah dan jenang putih. Setelah selesai tumpeng ditaruh pada sebuah wadah, biasanya berupa tampah atau leseran kemudian dikelilingi oleh sayuran dan bothok pelas. Prosesi Wetonan Langkah pertama dalam proses pelaksanaan Slametan Weton adalah orang tertua dalam keluarga akan membacakan doa dalam bahasa Jawa. Orang Jawa sering menyebutnya ngojupne. Bacaan Niat ini berisi permohonan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa, agar yang berulang tahun atau peringatan hari lahirnya dapat memperoleh kesehatan jasmani dan rohani. Langkah kedua adalah makan bersama anggota keluarga. Sementara itu orang yang sedang diperinati wetonnya harus memakan jenang putih agar mendapatkan kekuatan, kesehatan, dan keselamatan dari Tuhan. Selanjutnya, baru seluruh anggota keluarga makan bersama-sama. Makanan Wetonan Yang Wajib Ada Setiap tradisi slametan, khususnya bagi masyarakat Jawa, akan menggunakan makanan dan sesaji sebagai salah satu elemen untuk melakukan slametan. Sama halnya dengan slametan weton, ada dua makanan yang wajib disantap, yaitu tumpeng dan jenang. Tumpeng Bagi orang Jawa, tumpeng adalah hal yang sakral. Hampir semua slametan di masyarakat Jawa menggunakan tumpeng. Tumpeng nasi putih melambangkan pusat segala energi. Sementara itu di sekitar tumpeng ini terdapat sayuran dan biji bothok yang mengisi atau mengelilingi tumpeng. Sayur ini melambangkan harapan mendapat pitulungan (pertolongan) dari Tuhan. Selain itu diharapakan doa-doa yang diucapkan tidak terputus, seperti do’a panjang rejeki, panjang umur, kecerdasan atau panjang akal. Jenang Jenang yang digunakan untuk Slametan Weton adalah dua buah yang terdiri dari … Baca Selengkapnya

Bermalam Di Tenda, Cara Lain Menikmati Keindahan Alam Dieng Saat Gelaran DCF 2022

Camping Ground Dieng Culture Festival

BANJARNEGARA – Menyewa di homestay untuk bermalam selama event Dieng Culture Festival (DCF) merupakan hal yang biasa. Tapi menghabiskan malam di luar ruangan, mendirikan tenda akan memiliki sensasi tersendiri. Salah satunya adalah Bumi Perkemahan Kailasa di Kompleks Candi Arjuna, Dieng. Selama Festival Budaya Dieng 2022, lebih dari 100 tenda berjejer di bawah naungan pohon cemara dan kayu putih. Suasana alam terbuka dan hawa yang dingin khas pegunungan menghadirkan sensasi berbeda bagi pengunjung. Selain itu, kerlap-kerlip lampu di malam hari akan membuat suasana terasa lebih romantis, dan membuat kawasan ini lebih hidup. Hanya berbekal kompor mini atau portable, wisatawan dapat menikmati suasana alam Dieng dengan secangkir kopi panas. Salah satunya dirasakan oleh Virda. Meski lebih dingin dibanding menginap di home stay, wisatawan asal Jakarta ini mengaku lebih senang berada di tenda. Karena ia merasa lebih selaras dengan alam. “Rasanya memang dingin, tapi seru. Seperti bisa menyatu dengan alam,” ujar Virda dikutip dari Detik Jateng, Jumat (2/9/2022). Pengunjung lainnya, Indah, mengaku penasaran ingin menginap di tenda. Ini merupakan pengalaman pertama baginya berlibur dan menginap di tenda. “Kalau umumnya itu kan di homestay atau hotel. Ini pengalaman pertama saya menginap di tenda. Karena penasaran juga,” kata dia. Namun, ia mengaku menikmati suasana alam perkemahan. Selain itu, membawa berbagai perlengkapan berkemah seperti kompor membuat berkemah menjadi berbeda. “Awalnya saya bingung mau bawa apa aja. Karena ini kan baru pertama camping. Setelah cari tahu ternyata ada bawa kompor untuk masak masak jadi seru,” ujarnya. Sementara itu, penanggung jawab Campiing Ground Kailasa Dieng, Rahmat Hidayat mengatakan, DCF ke-13 tahun ini menawarkan sesuatu yang berbeda bagi wisatawan. Salah satunya bermalam di tenda. “Selain homestay, ada camping ground. Ini kami menawarkan view, dan heningan malam yang menyatu dengan alam,” kata Rahmat. Dari segi fasilitas, bumi perkemahan ini menyediakan penerangan, api unggun, mushola, charging box, dan tempat pertemuan. Hal ini akan menjalin keakraban antar wisatawan. “Fasilitasnya banyak seperti perapian, mushola, selain tenda juga ada perlengkapan lainnya yang disediakan panitia. Mulai dari tenda, kasur, tempat tidur,” ujarnya.