Jowonews

Festival Payung Akan Digelar Di Solo, Peserta Ada Dari Thailand, India dan Spanyol

Festival Payung Indonesia

SURAKARTA – Festival Payung Indonesia akan diselenggarakan kembali di Solo dalam waktu dekat. Selain dari dalam negeri, festival ini juga akan diikuti peserta dari luar negeri, di antaranya Thailand, India, dan Spanyol. Festival rutin ini akan menampilkan puluhan grup seni dan komunitas kreatif dari berbagai daerah di Indonesia. Direktur Program Festival Payung Festival 2022, Heru Mataya, dikutip dari Antara Jateng, mengatakan ada 81 kelompok seni dan komunitas kreatif dari 50 kota/daerah di Indonesia. Selain itu juga ada peserta dari luar negeri. “Khusus untuk peserta Sankhampaeng Cultural Center, Thailand, ini merupakan bentuk komitmen mereka terhadap hubungan sister festival antara FESPIN (Indonesian Umbrella Festival) dan Borsang Umbrella Festival (Chiang) Mai)”, ungkapnya. Festival Payung Indonesia 2022 akan digelar di Pura Mangkunegaran Solo pada 2-4 September 2022 mendatang. Kali ini festival mengangkat tema The Kingdom and the Umbrella. Lebih lanjut Heru mengungkapkan, selama festival, peserta akan menampilkan pameran tentang tradisi dan kreativitas. “Selama pelaksanaan mereka tidak hanya pameran tetapi juga akan memindahkan workshop mereka di sini (Pura Mangkunegaran),” katanya. Ia mengatakan festival ini diselenggarakan sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan payung sebagai tradisi Indonesia. Di sisi lain, Festival Payung diharapkan dapat meningkatkan kreativitas kolektif masyarakat. Sementara itu, pada acara tahun ini juga akan dilakukan peluncuran dan review buku Payung Adat Nusantara. Ia berharap buku tersebut dapat menginspirasi peserta dan masyarakat untuk menggali potensi daerahnya masing-masing. “Selain itu, dapat mengelolanya menjadi bagian dari ekonomi kreatif serta membuka peluang pariwisata baru dari kekayaan tradisi nusantara,” ujarnya. Foto: doc. Antara Jateng

Sampahmu Tambahan Pundi Rupiahmu, Jangan Buang Sampah Begitu Saja

Sampahmu Tambahan Pundi Rupiahmu, Jangan Buang Sampah Begitu Saja

SURAKARTA – Sampah adalah masalah semua orang. Hal ini mungkin karena pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pemilahan sampah rumah tangga sendiri masih sangat rendah. Pemilahan sampah yang benar dan tepat merupakan ilmu dasar dalam upaya menjaga lingkungan. Tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan uang belanja. Penanggung jawab Rapel Solo, Harmani Widiyastuti mengatakan, tanggung jawab pemilahan sampah harus dilakukan sebelum dibuang ke tempat sampah. Sampah dapat didaur ulang dan kemudian dijual kembali dan menghasilkan tambahan rupiah. “Pemilik sampah anorganik yang merupakan masyarakat peduli pada lingkungan, yakni dengan melakukan pemilahan sampah dari sumber dan tidak membuangnya sembarangan,” katanya, dikutip dari GenPI.co, Senin (29/8). Harmani menjelaskan, klasifikasi sampah dibagi menjadi dua, yakni organik dan anorganik. Selama ini, di Rapel menerima 5 jenis sampah untuk dijadikan tabungan di pusat pengolahan sampah, yakni plastik, kertas, gelas atau kaca, logam dan minyak goreng bekas. Ada jenis sampah tertentu yang tidak dapat dikelola dan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu karet seperti ban, keset dan sepatu. Ada juga limbah B3, yaitu limbah berbahaya seperti popok dan sejenisnya. “Membuang sampah tidak cukup hanya di tempatnya saja. Kelola sampah anorganik agar kamu dapatkan manfaatnya,” jelas dia. Bagi yang ingin menjual kembali sampah yang telah dipilah dapat melakukannya di aplikasi Rapel.id. Foto: doc. 99.co

Menikmati Pagi Di Desa Sembungan, Desa Tertinggi di Jawa dan Tercantik Se-Asia

Menikmati Pagi Di Desa Sembungan, Desa Tertinggi di Jawa dan Tercantik Se-Asia

Seperti pegunungan di Eropa yang diselimuti salju putih, keindahan panorama di desa yang berada di kawasan Dataran Tinggi Dieng ini begitu mempesona. Bahkan pemandangan yang menakjubkan di desa ini disebut-sebut sebagai yang terindah di Asia. Desa Sembungan berada di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo merupakan desa tertinggi di Jawa Tengah. Desa ini bahkan disebut yang tertinggi di Pulau Jawa. Desa yang berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut ini menyuguhkan panorama alam berupa sawah berundak-undak dengan pemandangan perbukitan yang hijau diselimuti udara pegunungan yang segar. Dikutip dari Diengplateau.com, Selasa (5 Juli 2022), salah satu keindahan menawan yang dicari wisatawan adalah Fajar Emas di Bukit Sikunir. Apalagi Desa Sembungan juga menawarkan panorama Telaga Cebong yang eksotis. Waktu terbaik untuk menikmati panorama alam Desa Sembungan adalah saat pagi hari, tepatnya saat matahari mulai beranjak terbit. Kabut yang menyelimuti desa pun perlahan mulai menghilang dan mencair seperti embun. Saat itulah lanskap desa Sembungan menyerupai desa pegunungan Eropa yang diselimuti salju. Keindahan alam itulah yang membuat Dataran Tinggi Dieng dijuluki negeri di atas awan. Desa tertinggi di Jawa Tengah ini baru saja masuk dalam daftar 50 besar Indonesian Tourism Village Awards (ADWI) 2022. Namun, siapa sangka keindahan alamnya sudah dikagumi wisatawan mancanegara sejak tahun 1911. Sekilas Sejarah Desa Sembungan Diperkirakan desa tertinggi di Jawa Tengah ini telah ada sejak 1948, atas prakarsa seorang kyai bernama Kiai Adam Sari. Diduga Kyai Adam Sari adalah Joko Sembung, putra Empu Supo, saudara Sunan Kalijaga. Makam Kiai Adam Sari terletak di atas desa. Hingga saat ini makamnya sering dikunjungi peziarah dari luar kota. Pada awalnya, hanya ada sedikit orang yang tinggal di desa Sembungan. Mereka membangun rumah kayu dengan atap dari jerami, rumput kering atau alang-alang. Lambat laun, tempat ini berkembang dan menjadi desa wisata dataran tinggi Dieng yang terkenal. Desa Sembungan berjarak sekitar 30 menit dari Dieng. Mengutip dari situs jadesta.kemenpraf.go.id, Desa Sembungan bahkan dinobatkan sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Predikat tersebut bukan tanpa alasan disematkan kepada desa tertinggi di Jawa Tengah ini. Hal ini dikarenakan letak desa Sembungan yang berada sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau kira-kira sama dengan gunung Ijen di Jawa Timur yang memiliki ketinggian 2.443 mdpl dan lebih tinggi dari gunung Ungaran yang berada pada ketinggian 2.050 meter di atas permukaan laut. Tidak hanya terletak di dataran tinggi, desa Sembungan juga memiliki panorama alam yang indah. Desa ini memiliki keindahan alam dan budaya yang eksotis, rumah bagi beberapa matahari terbit terindah di Asia, Telaga Cebong dengan airnya yang berkilauan dan air terjun Sikarim yang tinggi.

Pecinta Kuliner Pedas Merapat, Festival Pedasnesia Semarang Kembali Digelar

Festival Pedasnesia Semarang

SEMARANG – Festival Pedasnesia kembali digelar di Kota Lama Semarang. Berbagai kuliner rasa pedas mulai dari tradisional hingga kekinian tersedia di lokasi festival ini. Tak hanya kuliner dari Jawa Tengah, Festival Pedasnesia juga menyajikan kuliner tradisional dari daerah lain seperto Nasi Tenpong Banyuwangi, Nasi Goreng Babat khas Welahan, Kepala Manyung khas pesisir, dan lain sebagainya. Selain kuliner tradisional, berbagai street food kekinian dan makanan khas dari luar negeri juga dapat ditemukan di sini. Sebut saja seperti Corn Dog, baby crab, takoyaki, aneka bakaran, dan lainnya. Ada pula takoyaki unik berukuran sebesar bola tenis dengan harga Rp 25 ribu per porsi. Penyelenggara dari Komunitas Kuliner Semarang, Firdaus mengatakan, festival ini akan digelar hingga hari Minggu (4/9) mendatang dan mulai buka setiap pukul 12.00 WIB hingga 22.00 WIB. “Digelar sampai hari Minggu. Ada sekitar 50 stand baik makanan maupun minuman,” kata Firdaus di lokasi Pedasnesia, Rabu (31/8/2022) malam, dikutip dari Detik Jateng. Firdaus mengungkapkan sekitar 70 persen kuliner yang dijajakan merupakan kuliner pedas. Namun ada juga yang bisa disajikan tidak pedas untuk pendamping atau pengunjung yang tidak kuat pedas. Contohnya ada soft cake dengan berbagai macam toping seperti vanilla, green tea, dan oreo. “70 persen harus punya menu pedas. Tapi untuk pendamping ada pilihan makanan tidak pedas,” jelasnya. Untuk minuman, ada banyak pilihan, mulai Thai tea, mango thai, berbagai jus, alpukat kocok, es durian, boba tea, dan lainnya. Tidak hanya seru berburu kuliner, panitia juga menggelar lomba makan pedas dengan hadiah uang tunai setiap hari. “Setiap jam 19.00 ada lomba makan pedas,” ujar Firdaus. Ini menjadi ke-empat kalinya festival bernama Pedasnesia digelar meski sempat vakum di awal pandemi. Kali ini kegiatan digelar di Kota Lama Semarang tepatnya di parkir Metro Point atau dekat Mapolsek Semarang Utara. Foto: doc. Detik Jateng

Pengarustamaan Gender di Jateng Menarik Minat DPRD Sumut

DPRD Sumut

GEDUNG BERLIAN – Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) Muhammad Yunus yang didampingi Biro Hukum dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Tengah menerima kunjungan kerja DPRD Provinsi Sumatera Utara, Senin (1/9/2022). Ketua Bapemperda DPRD Provinsi Sumatera Utara Merly Rouli Sarasih menyatakan, pihaknya bermaksud untuk mengetahui konsep pengarustamaan gender dalam pembangunan daerah di Jateng. Terlebih lagi Jateng telah memiliki Perda No 2/2022 yang telah disahkan pada April lalu. Menanggapi hal tersebut, Yunus mengatakan, saat ini di DP3AKB sedang melakukan kegiatan pembinaan tentang pengarustamaan gender di desa-desa. Bahkan di dinas tersebut sudah ada nomenklatur perihal pengarustamaan gender dan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya Kepala DP3AKB Provinsi Jawa Tengah Retno Sudewi menambahkan, saat ini pihaknya memiliki program tentang kegiatan produktivitas ekonomi perempuan. Kegiatan itu ditujukan kepada perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Ada juga perempuan korban kekerasan, penyandang disabilitas dan lain sebagainya. “Kami kumpulkan di salah satu desa dan saat ini ada 120 titik untuk kegiatan tersebut pada tahun ini. Sehingga ini merupakan salah satu program yang juga dikawal DPRD Provinsi Jawa Tengah, saat ini kami juga mempunyai kegiatan supaya perempuan bisa berpartisipasi dalam menyampaikan pendapatnya,” ujarnya. Dengan focus pengembangan dan pemberdayaan perempuan, Provinsi Jateng menerima Anugrah Parahita Eka Praya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pecel Keong Mbak Toen Banyubiru, Kuliner Unik Yang Dikenal Hingga Negeri Jiran

Pecel Keong Mbak Toen Banyubiru, Kuliner Unik Yang Dikenal Hingga Negeri Jiran

Pecel Keong Mbak Toen Banyubiru, Kabupaten Semarang, merupakan salah satu kuliner legendaris di sekitar Salatiga yang masih ada hingga saat ini. Ia memadukan pecel dengan keong sawah sehingga menghasilkan cita rasa yang unik. Pecel merupakan makanan yang populer di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pecel sering disajikan dengan berbagai olahan kuliner lainnya, termasuk salah satunya adalah keong yang dijual di daerah Muncul, dekat Salatiga. Salatiga merupakan kota kecil di wilayah provinsi Jawa Tengah. Selama ini daerah sekitar Salatiga dikenal memiliki banyak tempat wisata alam yang cukup menawan. Namun, siapa sangka daerah sekitar Salatiga selain memiliki keindahan alam, juga memiliki makanan khas yang unik. Yakni pecel yang dipadukan dengan keong sawah. Namun, di sekitar kawasan Salatiga terdapat warung yang menyajikan kuliner khas pecel yang dipadukan dengan keong atau keong besar. Berjualan Sejak Tahun 1970-an Warung penjaja kuliner unik itu adalah Warung Pecel Mbak Toen yang terletak di Jalan Raya Muncul, Dusun Rowoganjar, Desa Rowobani, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Warung Pecel Keong yang unik ini juga cukup melegenda, karena sudah ada sejak tahun 1970-an. Di warung ini, pengunjung juga bisa menikmati aneka masakan nasi pecel, mulai dari nasi pecel belut, nasi pecel ayam, nasi pecel mujair dan nasi pecel belut. Keong goreng pedas dan belut menjadi menu favorit warung Mbak Toen ini. Setiap hari, warung ini mengolah sekitar 25 kg keong sawah yang dipadukan dengan nasi pecel. Seporsi nasi pecel terdiri dari mie dan sayuran, selanjutnya dituang dengan sambal kacang pedas dan gurih. Dari perpaduan tersebut kemudian tercipta perpaduan rasa yang unik. Sajian tumis keong yang empuk sebagai pelengkap hidangan juga jangan sampai terlewatkan. Selain itu, warung ini juga menyajikan masakan unik lainnya berupa perpaduan kolak ketan dengan pisang kepok. Namun, menu utama atau primadona di warung tersebut adalah Nasi Pecel Keong, Nasi Pecel Belut, dan Kolak Ketan Pisang Kepok. Selain enak, sajian kuliner unik yang terletak tidak jauh dari pusat kota Salatiga yaitu nasi keong pecel juga sangat terjangkau. Seporsi nasi pecel keong hanya sekitar 12ribu rupiah saja. Dikenal Hingga Malaysia Tidak hanya digandrungi oleh masyarakat dalam dan luar kota. Kelezatan kuliner ini juga dikenal hingga negara tetangga Malaysia. Bahkan salah satu media dari sana rela datang dan menikmati nasi keong pecel Mbak Toen. “Dulu ada orang Malaysia, Mas. Jadi tidak hanya warga lokal dan media di Indonesia. Tapi ada juga orang Malaysia,” kata Sis Haryanto, pengelola Rumah Makan Mbak Toen, dikutip dari radarsemarang.jawapos.com. Lokasi Warung Mbak Toen juga cukup mudah dijangkau. Tempat makan ini juga terletak di dekat tempat wisata pemandian air alam Muncul yang sangat populer di kalangan masyarakat Salatiga.

Seri Babad Tanah Jawi: Karya Sastra pada Zaman Kediri bagian 1

Seri Babad Tanah Jawi: Karya Sastra pada Zaman Kediri bagian 1

Karya Sastra pada Zaman Kediri bagian 1 – Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kediri. Pada tahun 1157, Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Sri Jayabaya atas Jenggala. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja, yang menulis Kakawin Smaradhana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya, terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana. Berikut adalah beberapa karya sastra pada zaman Kediri : “Kakawin Bharatayuddha” Karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu karya sastra Jawa kuno yang paling masyhur. Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.” Karya sastra yang digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh (Panaluh) ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha (Kediri) tersebut. Tepatnya, kakawin ini selesai ditulis pada tanggal 6 November 1157. Bagian awal atau permulaan sampai tampilnya Prabu Salya ke medan perang dalam kakawin ini ditulis oleh Mpu Sedah, sedangkan begian selanjutnya ditulis (diteruskan) oleh Mpu Panuluh. Konon, ketika Mpu Sedah ingin menuliskan kecantikan Dewi Setyawati, permaisuri Prabu Salya, ia membutuhkan contoh supaya dapat berhasil. Maka, putri Prabu Jayabaya diberikan kepadanya. Tetapi, Mpu Sedah berbuat kurang ajar shingga ia dihukum dan karyanya harus diberikan kepada orang lain. Namun, menurut Mpu Panuluh, setelah hasil karya Mpu Sedah hampir sampai kisah Sang Prabu Salya yang akan berangkat ke medan perang, maka tak sampailah hatinya akan melanjutkannnya. Maka, Mpu Panuluh diminta melanjutkannya. Cerita ini disebutkan pada akhir Kakawin Bharatayuddha. Manurut penyataan Guning, Serat Bharatayuddha itu dalam hal keindahan bahasa dan syair-syairnya dapat dibandingkan dengan syair-sayair bangsa Yunani pada zaman kuno. Dewasa ini, masih banyak perkataan dari serat Bharatayuddha yang digunakan dalam suluk wayang, tetapi perkataan-perkataan tadi sudah amat rusak. “Kakawin Hariwangsa” Karya Mpu Panuluh Kakawin Hariwangsa adalah salah satu karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Panuluh saat Prabu Jayabaya memerintah di Kediri dari tahun 1135-1157 M. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu. Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika Sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri. Adapun intisari dari kakawin ini adalah sebagai berikut: Sang Kresna yang sedang berjalan-jalan di taman mendapat kunjungan Batara Narada yang berkata kepadanya bahwa calon istrinya, seseorang yang merupakan titisan Dewi Sri, telah turun ke dunia di negeri Kundina. Sedangkan Kresna yang merupakan titisan Batara Wisnu harus menikah dengannya. Titisan Dewa Sri bernama Dewi Rukmini dan merupakan putri Prabu Bismaka. Tetapi, Prabu Jarasanda sudah berkehendak untuk mengawinkannya dengan Raja Cedi yang bernama Prabu Cedya. Maka, Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang. Prabu Bismaka sangat murka, dan ia langsung berembug dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Mereka takut menghadapi Kresna karena terkenal sangat sakti. Kemudian, Jarasanda memiliki sebuah siasat untuk memeranginya, yaitu dengan meminta tolong kepada Yudistira dan para pandawa lainnya untuk membantu mereka. Kemudian, utusan dikirim ke Prabu Yudistira, dan ia menjadi sangat bingung. Di satu sisi adalah kewajiban seorang kesatria untuk melindungi dunia dan mmerangi hal-hal yang buruk. Kresna adalah sahabat karib para pandawa, namun perbuatannya adalah curang dan harus dihukum. Kemudian, ia setuju. Namun, Bima marah besar dan ingin membunuh utusan Jarasanda, tetapi dicegah oleh Arjuna. Selang berapa lama, mereka mendapat kunjungan duta Prabu Kresna yang meminta bantuan mereka. Namun, karena sudah berjanji sebelumnya, Yudistira terpaksa menolak sembari menitipkan pesan kepada Sang Duta supaya Prabu Kresna hendaknya tak usah khawatir karena ia sangat sakti. Lalu, para Pandwa Lima berangkat ke negeri Karawira, tempat Prabu Jarasanda berkuasa. Kemudian bersama para Kurawa, mereka menyerbu Dwarawati, negeri Prabu Kresna. Sementara itu, Kresna sudah bersiap-siap menghadapi musuh, yang dibantu oleh kakaknya Sang Baladewa. Berdua, mereka membunuh banyak musuh. Jarasanda, para Kurawa, Bima, Nakula, dan Sahadewa pun sudah tewas. Prabu Yudistira dibius oleh Kresna sehingga tidak bisa bergerak. Kemudian, Kresna diperangi oleh Arjuna, dan hampir saja kalah. Maka, turunlah Batara Wisnu dari surga. Kresna sebagai titisan Wisnu juga berubah menjadi Wisnu, sedangkan Arjuna yang juga merupakan titisan wisnu berubah pula menjadi wisnu. Lalu Yudistira siuman, dan meminta Wisnu supaya menghidupkan kembali mereka yang telah tewas di medan peperangan. Wisnu setuju, dan ia pun menghujankan amerta, lalu semua ksatria yang telah tewas hidup kembali, termasuk Jarasanda. Kemudian, semuanya datang ke pesta pernikahan Prabu Kresna di Dwarawati.

Cerita Timun Mas dan Raksasa, Dongeng Rakyat dari Jawa Tengah

Cerita Timun Mas dan Raksasa, Dongeng Rakyat dari Jawa Tengah

Cerita rakyat merupakan karya sastra yang mengungkapkan nilai kehidupan. Biasanya setiap daerah memiliki cerita rakyat yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah Cerita Timun Mas dan Raksasa. Di masa lalu, cerita rakyat berkembang melalui budaya bercerita. Namun, tidak jarang cerita rakyat akhirnya direkam sehingga bisa menyebar ke daerah lain. Salah satu cerita rakyat yang terkenal adalah Timun Mas. Cerita rakyat dikenal di berbagai daerah karena telah diterbitkan dalam bentuk buku. Bahkan, ada pula yang sudah membuat cerita bergambar atau komik dan film animasi mengenai cerita Timun Mas dan Raksasa. Berikut ini cerita mengenai Timun Mas dikutip dari buku Dongeng Nusantara yang ditulis oleh Bambang Joko Susilo dan Dedi Fadilah. Cerita Rakyat Timun Mas dan Raksasa Alkisah, ada seorang janda yang tinggal seorang diri. Orang yang akrab disapa Mbok Randa ini sudah lama menginginkan seorang anak untuk menemani hidupnya. Suatu hari, seorang raksasa muncul. Dia tahu keinginan Mbok Randa dan berjanji untuk memenuhinya. Raksasa itu memberikan benih mentimun itu kepada Mbok Randa. Raksasa itu memerintahkan Mbok Randa untuk menabur benih mentimun. Kemudian dia akan menemukan bayi di sana. “Tapi dengan syarat, saat dia berumur enam tahun, kamu harus membesarkannya untukku,” kata raksasa itu. Keinginan memiliki anak besar membuat Mbok Randa menerima syarat tersebut. Perintah raksasa itu dilaksanakan dengan patuh. Dia menanam biji mentimun dan merawatnya dengan baik. Di antara buah mentimun yang tumbuh subur, Mbok Randa menemukan mentimun kuning keemasan yang sangat besar. Saat dipetik, dan dibelah ternyata terdapat bayi mungil di dalamnya. Mbok Randa kemudian mengasuh bayi yang diberinama Timun Mas itu dengan penuh kasih sayang. Bayi itu telah tumbuh menjadi anak yang cantik. Enam tahun telah berlalu. Timun Mas telah menjadi anak yang cantik. Mbok Randa sangat mencintainya. Namun, kebahagiaannya terganggu dengan munculnya raksasa yang menagih janjinya. Mbok Randa merasa sangat keberatan jika raksasa tersebut mengambil Timun Mas dan kemudian dimakan olehnya. Dia berpikir keras agar raksasa itu tak dapat memakan anak kesayangannya tersebut. Dia kemudian meminta raksasa itu untuk bersabar selama dua tahun lagi. Mbok Randa merasa tubuh Timun Mas masih terlalu kecil sehingga tidak enak untuk dimakan. Pada akhirnya, raksasa itu setuju. Kemudian Mbok Randa akhirnya pergi menemui seorang pertapa. Dia menceritakan masalah yang sedang dihadapinya dan meminta bantuan pertapa tersebut. Sang pertapa memberikan beberapa bungkusan berisi biji mentimun, jarum, garam dan terasi kepada Mbok Randa. Barang-barang tersebut pada nantinya sebagai pelindung dari setiap kejahatan raksasa tersebut. Dua tahun kemudian, raksasa itu kembali untuk menemui Mbok Randa untuk menagih janji. Mbok Randa segera memerintahkan Timun Mas untuk lari sambil membawa bingkisan bingkisan dari seorang pertapa sakti. Raksasa pun lantas langsung mengejarnya. Timun Mas yang merasa sangat lelah, lalu mengeluarkan sebungkus biji mentimun. Ajaibnya, mentimun berukuran raksasa tiba-tiba tumbuh dan melilit tubuh raksasa itu. Kesempatan itu dimanfaatkan Timun Mas untuk kabur. Namun, tak lama kemudian raksasa itu bisa melepaskan diri dan mengejar Timun Mas. Jarak antara Timus Mas dan Raksasa semakin dekat. Timun Mas mengambil jarum dari bungkusan dan menyebarkannya. Tiba-tiba, pohon bambu tumbuh sangat lebat. Pohon bambu tersebut menghalangi kaki raksasa itu. Kakinya tertusuk bambu dan mengeluarkan darah. Meski kakinya terluka, raksasa itu tidak mau menyerah. Ia terus berlari mengejar gadis cilik itu. Karena semakin terdesak, Timun Mas membuka bungkusan ketiganya. Isi bungkusan yang berupa garam tersebut kemudian ia sebar. Tiba-tiba, tanah di belakang menjadi lautan yang luas. Tapi tetap saja raksasa mampu menyeberangi lautan itu. Dia kembali mengejar Timun Mas yang kini hanya memiliki satu bungkusan saja. Akhirnya Timun Mas mengeluarkan bungkusan terakhirnya. Dia menebarkan terasi di dalam bungkusan itu, yang kemudian berubah menjadi lautan lumpur. Pada akhirnya, raksasa itu tidak dapat menyeberanginya dan tenggelam. Timun Mas kemudian pulang dan hidup bahagia bersama Mbok Randa. Grafis: doc. Kumparan