Jowonews

Logo Jowonews Brown

BPPT Rancang Reaktor Pengolahan Emas Nonmerkuri

JAKARTA, Jowonews.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah merancang dan mengujicoba prototipe reaktor pengolahan emas nonmerkuri di sejumlah lokasi penambangan emas rakyat menyusul instruksi presiden tentang penghapusan penggunaan merkuri.

“Di Indonesia, data 2010, merkuri yang terlepas ke lingkungan diperkirakan mencapai 200 ton, yakni 117 ton ke udara, 39 ton ke air dan 39 ton lagi ke tanah. Ini berbahaya dan akan dihapus,” kata Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral BPPT, Dadan M. Nurjaman pada konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/4).

Reaktor tersebut, ujar Dadan, dirancang menggunakan metode pelindian kimiawi atau sianidasi yakni melarutkan lumpur yang mengandung emas dengan larutan sianida emudian ditambahkan karbon aktif untuk menyerap emasnya, sehingga tidak lagi memerlukan merkuri yang sulit didegradasi.

Sianida yang sebenarnya juga racun itu diubah secara kimiawi menjadi zat kimia lainnya yang tingkat racunnya lebih kecil dan bisa dinetralisir. “Hasil uji coba destruksi sianida itu tidak sampai empat jam,” ujarnya.

“Prinsipnya mengubah ion CN- menjadi Cyanate OCN- yang tingkat racunnya berkurang menjadi tinggal 1/1.000 kali dari CN-. Setelah itu larutannya diendapkan dalam kolam pengendapan hingga memenuhi baku mutu untuk dilepas ke lingkungan,” katanya.

Sehingga selain berfungsi mengolah lumpur atau batuan yang mengandung emas hingga menjadi emas “bullion” yang siap dijual ke penampung, reaktor pengolah emas non-merkuri tersebut juga sekaligus memproses limbahnya, ujarnya.

Dadan mengatakan, sebenarnya praktik sianidasi sudah dilakukan oleh sejumlah penambang emas, namun kurang tepat dalam pelaksanaannya, karena itu BPPT memodifikasi desainnya sehingga menjadi optimal, bahkan desain reaktor BPPT itu juga bisa dibuat di bengkel-bengkel biasa di sekitar penambangan emas rakyat.

“Reaktor ini memang agak mahal karena 1 unit untuk 200 kg bisa Rp 20 juta dan untuk yang ukuran 1,5 ton bisa Rp 70 juta. Tapi reaktor ini bisa digunakan beramai-ramai dalam suatu komunitas atau koperasi dan hasilnya lebih optimal dibanding merkuri dalam menghasilkan bullion,” katanya.

Hasil menggunakan metode sianidasi, lanjut dia, lebih menguntungkan, karena dari 10 gram bijih emas bisa menghasilkan 9 gram emas bullion atau 90 persennya, sedangkan dengan merkuri dari 10 gram emas hanya bisa menghasilkan 3 gram atau 30 persennya, tambahnya.

Uji coba pemanfaatan reaktor non-merkuri ini telah dilakukan di penambangan rakyat di Kabupaten Pacitan, Banyumas, serta Lebak dan diharapkan sudah dapat menjadi percontohan di seribuan lokasi penambangan emas rakyat di seluruh Indonesia.

Pencemaran merkuri, tutur Dadan, sangat berbahaya bagi tubuh dan menyebabkan keracunan berupa sindrom kelainan fungsi saraf seperti kesemutan, lemas, pengurangan kemampuan bicara, bahkan bisa pada tingkat kelumpuhan, koma hingga tewas.

Selama ini produk emas nasional lebih banyak dihasilkan pertambangan rakyat yakni mencapai 65-130 ton per tahun sementara perusahaan pertambangan pemegang izin hanya 59 ton.(jwn4/ant)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...