Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

“Counter Attack” PDIP Dalam Perhelatan Pilgub DKI

SEMARANG, Jowonews.com – Dinamika Pilgub DKI 2017 kian panas. Meski ada beberapa partai politik (parpol) yang berkepentingan di Pilgub DKI 2017, namun sejatinya seperti halnya dalam sepakbola, bahwa hanya ada dua tim yang bertanding. Tidak lain adalah PDI Perjuangan ( PDIP) melawan Ahok, gubernur petahana DKI.

Harus diakui meski Pilgub DKI baru akan berlangsung tahun depan, namun baik Tim PDIP maupun Tim Ahok sudah mulai “kickoff” atau mulai bertanding sejak beberapa bulan yang lalu. Dari mulai pengumpulan KTP Ahok, Ahok Center, hingga Teman Ahok. Sebagai gubernur petahana, wajar jika Ahok meyiapkan diri sedini mungkin agar memenangi laga, memenangi Pilgub DKI 2017.

Namun Ahok sepertinya harus sering-sering menonton sepakbola. Pun kalau tidak suka bola, Ahok harus memaksakan diri untuk menikmati dan mempelajari filosofi sepakbola.Karena Tim PDIP yang notabene dalam hal ini lawan tanding Tim Ahok memahami betul setiap nafas kehidupan politik, termasuk “politik” dalam lapangan hijau.

Tim PDIP sengaja membiarkan Tim Ahok menyerang habis-habisan pada menit-menit awal. Bahkan sampai mengacak-acak rumah tangga partai berlambang banteng moncong putih. Sudah begitu, pakai ancam mengancam segala. Itu terlihat sekali saat Ahok sangat percaya diri maju jalur independen dan mengabaikan parpol, termasuk PDIP yang dulu menjadikan Ahok bersama Jokowi mengalahkan Foke dalam Pilgub DKI 2002.

Tim Ahok sangat pede dengan materi pemainnya dari mulai kiper, bek, gelandang hingga paling depan striker. Ingat kan, bagaimana Ahok koar-koar memilih naik bus bersama Teman Ahok ketimbang naik mobil sedan BMW dari PDIP.

Seusai turun minum, Ahok sepertinya mulai menyadari bahwa Tim PDIP sangat kokoh bertahan dan sulit dikalahkan. Hingga akhirnya memberi kesempatan PDIP gantian menyerang dengan cara “memutuskan jalur parpol”. Namun saat memulai pertandingan babak kedua, Tim PDIP tetap ogah menyerang. PDIP lebih memilih melihat, mengamati, dan membaca permainan di lapangan.

Saat Ahok asik konsolidasi dan nyaman dengan formasi tiga parpol, Nasdem, Hanura, dan Partai Golkar, Tim PDIP tiba-tiba melakukan “serangan balik” dalam istilah sepakbola namanya “counter attack”. Hanya melalui sebuah kata “Maaf” Walikota Surabaya Tri Rismaharini, counter attack PDIP itu berjajalan. Padahal maksud “Maaf” pada pertengahan babak kedua itu secara tersirat bukan ingin menyerang Ahok.Hanya lantaran hari terakhir bulan syawal, lalu minta maaf ke masyarakat termasuk bawahannya di Pemkot Surabaya.

Dan pasti, pada waktunya nanti PDIP akan melakukan serangan frontal, sama seperti yang dilakukan Ahok pada babak pertama. Jika PDIP sudah melakukan “Total Football”, maka tidak ada yang bisa berkata tidak. Semua pemain, ofisial, pelatih, suporter, hingga messuer (tukang pijat) bersatu padu, bahu membahu, memenangkan pertandingan. Dalam istilah politik PDIP, seluruh kader semua tingkatan hingga akar rumput banteng akan total mendukung serangan itu.

Lalu apakah Risma, benar-benar menjadi peluru counter attack PDIP?. Dan PDIP akan memenangi laga Pilgug DKI 2017 hanya dalam waktu 2 x 45 menit. Jawabannya belum tentu, dalam sepakbola masih ada babak tambahan waktu (extra time). pun jika dimungkinkan juga masih ada tos – tosan atau babak adu penalti.

Kita tunggu saja, pertandingan masih berlangsung. Sudah menjadi hal yang biasa, selama wasit belum meniupkan peluit akhir pertandingan, kejutan-kejutan masih mungkin bisa terjadi. Yang pasti “kickoff sebenarnya” Pilgub DKI 2017 masih belum dilakukan. Namun jual beli serangan sudah mengemuka dan membuat seluruh elemen masyarakat mulai tergerak untuk ikut “urun rembug” dalam gelaran pemilihan orang nomor satu di Jakarta. Ingat, Jakarta adalah wajah negara, Jakarta adalah Ibukota negara, Jakarta adalah barometer Indonesia.

Dengan demikian dipastikan Pilgub DKI akan lebih menarik dibandingkan pilkada di daerah lainnya. Kini, tanpa mengesampingkan parpol lainnya, bola tetap akan dipegang PDIP dan Ahok. Kemenangan tidak hanya bisa diraih melalui strategi permainan dari seorang pelatih atau ketua tim pemenangan, tetapi pasti ada tangan-tangan tuhan yang ikut bekerja untuk memberikan kemenangan pada yang berhak dan pantas menang.

Kalau memang Risma ditakdirkan ke Jakarta dan menjadi Gubernur DKI, maka ya akan kejadian. Pun sebaliknya jika Ahok memang masih diberi amanah untuk memimpin Jakarta, ya memang tuhan masih menghendaki Ahok. Sudah begitu saja alurnya, kita percaya saja bahwa setiap alur perjalanan pasti ada endingnya. Suka atau tidak suka harus bisa diterima dengan lapang dada. (Jn19)

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...