
Kendal, Jowonews.com – Dana paceklik berupa beras yang diterima para nelayan saat musim hujan sangat kecil. Para nelayan yang memiliki perahu jenis klithik hanya menerima beras 7 kg, perahu ampera kecil 20 kg, perahu cantrang 30 kg, perahu ampera besar 25 kg, dan perahu moler 30 kg. Dana paceklik berasal dari potongan lelang ikan sebesar 2,5 persen. Dana tersebut dibagikan kepada para nelayan saat musim hujan karena nalayan tidak bisa melaut.
Pengurus Rukun Nelayan KUD Mina Jaya Ngaslan, 52, mengaku dana paceklik yang diterima nelayan memang masih minim. Dana itu diberikan kepada para nelayan saat musim hujan karena nelayan tidak melaut. Saat musim hujan ombak laut cukup tinggi dan membahayakan perahu nelayan.
“Dana paceklik itu memang hanya untuk menyambung hidup nelayan karena tidak bisa melaut,” ujar Ngaslan.
Diakui beras dari dana paceklik yang diterima nelayan di wilayahnya sebanyak 2,8 ton. Karena jumlah perahu cukup banyak nelayan hanya mendapat bagian sedikit.
Sementara itu perahu nelayan yang bisa melaut saat musim hujan hanya sekitar 15 persen. Perahu-perahu kecil tidak berani melaut karena ombak laut cukup tinggi. Hanya perahu ukuran besar yang berani melaut. Selama tidak melaut banyak nelayan alih profesi sebagai tukang batu, buruh tani dan kerja serabutan lainnya.
“Jika nggak kerja serabutan keluarga nggak makan,” ujar Slamet, 54, nelayan yang mangkal di Bandengan, Kendal.
Dia mengaku masa paceklik biasanya berlangsung hingga Maret. Selain kerja serabutan saat tidak melaut dimanfaatkan untuk memperbaiki jaring dan perahu. (JN09)