SOLO, Jowonews.com – Pada era kepemimpinan Jokowi, Solo menjelma menjadi kota yang penuh pesona. Namun sejak ditinggal Jokowi yang menjadi Gubernur DKI, lalu jadi presiden, Solo mengalami kemunduran. Tidak hanya kota yang semakin tidak tertata, kehidupan masyarakatnya juga ikut kacau.
Momen Pilkada serentak yang akan dilaksanakan 9 Desember mendatang diharapkan menjadi titik balik kebangkitan kota Solo. Saat ini situasi politik memang mulai memanas. Namun menurut para seniman dan tokoh masyarakat masih dalam taraf wajar.
Meski demikian mereka berharap Pilkada Solo yang sebentar lagi akan digelar akan berlangsung secara damai dan aman. Sehingga kota Solo tetap kondusif. ”Saya berharap Solo tetap kondusif menjelang Pilkada, masyarakat ayem tentrem lan legowo,” jelas Mbolo, seniman dan budayawan Solo, Jumat (20/11).
Sebagai seniman Mbolo mengharapkan Solo ada perubahan. Solo menurutnya kurang greget sejak ditinggal Jokowi. Saat masih menjadi walikota, Jokowi selalu merangkul seniman pinggiran dan memberikan space untuk berkarya dan berkreasi. “Namun sepeninggalnya pak Jokowi ke Jakarta, seni budaya tidak diperhatikan dengan baik,” katanya.
Dia mengajak pekerja seni menyongsong solo kedepan, ketika salah menentukan arah sesuai apa yang kita inginkan maka menjadi naif. Pak Jokowi itu Bowero, Berbudi Bowo Leksono. “Segala lini walaupun beliau tidak paham opo to kuwi dunai seni, dia tetap support,” katanya.
Kegiatan SIPA Gebyar Keroncong, festival dangdut, campur sari kegiatannya lain sekali dengan sekarang. “Seorang pemimpin harus mengetahui apa yang rakyat mau ketika saya berkegiatan kesenian, perbedaannya jauh sekali,” tandas Mbolo, Dia berharap ruang keseniah diberi plot. Semisal di hotel ada acara keroncong sehingga bisa tampil di hotel pada hari tertentu.
“Setelah pak Jokowi pindah ke Jakarta ya selesai tidak ada ruang untuk seniman,” ujar Mbolo. Jangan salah keroncong itu dari Solo bukan dari Portugis. Solo 5 tahun kedepan marilah bergerak bersama sama, tidak hanya keroncong saja, wayang orang Sriwedari, keroncong RRI, lokananta banyak berjasa di Solo. Bahkan yang memunculkan seniman dunia seperti Indrus Sardi Lokananta itu sekarang tidak terperhatikan.
“Tidak hanya itu saja potensi ini tidak diperdayakan dan dibiarkan terbengkalai, tentunya Solo kita berbicara seniman berbicara dengan budaya Solo juga, kuliner tradisi Solo mana sekarang, tahu acar, kuliner sekarang terjajah dengan budaya luar, dari wedangan sekarang glamour seperti itu, wedangan hik itu lebih merakyat,” katanya.
Pembicaraan di Solo cerita soal politik, dan seni itu ya di hik itu, oleh karenanya maka itu harus diberdayakan antara politik, dan seni itu saling ada keterkaitan. Berbicara politik dengan seni itu sangat ada kaitannya jika seni itu dibawa kearah bubrah itu juga bisa misalkan berkesenian sambil diberikan minuman keras maka itu menjadi bubar. (JN01/JN03)