Jowonews

Logo Jowonews Brown

Kabar Ndeso

Kelapa Upat-Upat Magelang, Ukurannya Jumbo dan Dagingnya Tebal

Kelapa jumbo asal Magelang yang biasa disebut upat-upat kini tengah dalam penelitian Kementerian Pertanian

MAGELANG – Kelapa jumbo asal Magelang yang biasa disebut Kelapa Upat-upat kini tengah dalam penelitian Kementerian Pertanian. Kelapa yang dikembangkan Pemerintah Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang ini lebih bongsor dan bobot daging buah kelapa lebih banyak sekitar 30 persen dibanding daging kelapa pada umumnya.

Dikisahkan Kepala Desa Banyuadem, Supriyadi, kelapa upat-upat ini pertama kali ditemukan oleh Martorejo pada kurun tahun 1920. Dulunya jabatan ini bernama Martorejo, terus menjadi Kamituwo atau kini disebut sebagai Kasi Pemerintahan Desa.

“Dia memiliki kelapa besar ini sebanyak empat pohon, terus tujuh anaknya disuruh menanam sembilan bibit. Jadi di sini awalnya ada 63 pohon kelapa upet-upet,” katanya, Rabu (20/7/2022).

Sekarang, Desa di Lereng Gunung Merapi ini telah memiliki 436 pohon kelapa upat-upat yang didaftarkan agar mendapatkan sertifikasi pembibitan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Kelapa upat-upat ini juga sudah diteliti Balai Penelitian Tanaman Palma Kementerian Pertanian.

“Terdapat 63 orang peneliti yang meneliti dari garis besar kelapa (diameter), beratnya daging dan beratnya air,” katanya.



Disimpulkan kelapa jumbo atau kelapa Upat-upat di Kabupaten Magelang ini daging buahnya paling berat mencapai 960 gram. Paling kecil 500 gram.

Sebagai perbandingan, rata-rata berat kelapa Upat-upat mencapai 2.700 gram per butir. Sementara bobot kelapa lainnya hanya berkisar 1.500-2.000 gram.

Sementara itu Camat Srumbung, Budi Riyanto, mengatakan setelah mendapat sertifikasi, bibit kelapa itu akan dimasukkan dalam e-katalog untuk mendapatkan pelanggan dari luar desa. Pihak Desa Banyuadem akan bekerja sama dengan desa lain untuk pembibitan.

Di kesempatan yang sama, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Magelang, Widiarto, mengatakan, warga sendiri yang melakukan penamaan kelapa Upat-upat.

BACA JUGA  Sebanyak 20 Tokoh dan Destinasi Wisata di Jawa Tengah Terima Anugerah Pariwisata

“Ini jenisnya masih penamaan lokal itu upat-upat karena produksinya sangat tinggi dan tiap janjangnya itu luar biasa. Akhirnya kita angkat dengan harapan ke depan menjadi pohon induk terpilih (PIT) dan dilepas oleh Kementerian Pertanian,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan menguji kandungan lemak dan kandungan minyaknya. Termasuk menghitung jumlah daging kelapa kering atau kopra.

“Jadi kopra itu rata-rata 5 butir estimasinya untuk 1 kg kopra. Ini 2-3 butir sudah 1 kg (kopra). Kalau di statistik perkebunan (hitungan produksi) kelapa itu tidak per butir, tapi per kg kopra. Jadi kilo kopra itu estimasinya itu tadi. Kalau tadi (kelapa varietas lainnya) 5, ini 2-3 butir kelapa kok sudah jadi 1 kilogram kopra. Jadi memang kelapanya luar biasa besar,” pungkasnya.

Foto: Doc. Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...