SURAKARTA, Jowonews.com – Kerajinan belangkon atau topi adat jawa produksi di daerah sentra Kampung Potrojayan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada musim hajatan bulan ini permintaan naik dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Permintaan belangkon pada musim hajatan bulan ini, memang ada kenaikan, tetapi hanya sekitar 10 hingga 20 persen dibanding sebelumnya, kata M Fahmi (40) salah satu perajin di Kampung Potrojayan Solo, Minggu.
Fahmi mengatakan belangkon merupakan topi atau perlengkapan pakaian adat jawa yang sering digunakan pada saat acara-acara upacara sakral seperti pernikahan dan acara besar lainnya khususnya di daerah Jawa Tengah dan DIY.
Masyarakat jika memasuki musim hajatan seperti Agustus hingga Oktober atau sehabis Lebaran banyak yang mencari atau pengenakan pakaian adat jawa sehingga permintaan konsumen bertambah.
“Pada musim hajatan permintaan belangkon rata-rata sekitar 450 buah per bulan yang kualitas bagus atau naik sekitar 20 persen,” katanya.
Menurut dia, permintaan belangkon selain dari Solo, juga datang dari daerah lain seperti Semarang Yogyakarta dan Jawa Timur.
Bahkan, Fahmi juga mengaku selain memproduksi belangkon untuk pakaian seragam adat jawa, sebagai barang cenderamata yang kualitas bahan baku kainnya lebih kasar.
Harga kerajinan belangkon bahan baku halus dijual mulai Rp45 ribu per buah hingga Rp150 ribu per buah, sedangkan untuk cenderamata dijual sekitar Rp15.000per buah.
Menurut Fahmi, semua proses pembuatan menggunakan cara manual , dan dengan dibantu dua tenaga kerja mampu membuat rata-rata sekitar 400 buah belangkon per bulannya.
“Kerajinan belangkon ini, turun-temurun dari orang tuanya. Ketika masih sekolahs erng membantu orang tuanya membuat belangkon, kemudian sekarang sudah bisa mandiri,” katanya.
Dari hasil kerajinan belangkon tersebut, kata dia, hasilnya cukup lumayan omzet kotor rata-rata mencapai belasan juta rupiah per bulan bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. (JWN3/Ant)
