Jowonews

Logo Jowonews Brown

KONSEP PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM PARADIGMA BARU

Oleh: Achmad Nur Sho’im, S.Pd

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang memberi keleluasaan pada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Pembelajaran berdiferensiasi ini guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran ini guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara peserta didik yang pintar dengan yang kurang pintar.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat perlu diimplementasikan pada pembelajaran kurikulum merdeka. Dimana kurikulum merdeka ini dititikberatkan pada kebutuhan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Dan Kurikulum ini juga dibantu dengan adanya profil pelajar Pancasila yang dikembangan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek ini tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang peserta didik untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didik dan manajemen kelas efektif.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar peserta didik dapat mengeksplorasi isi kurikulum, guru juga memberikan berbagai kegiatan yang masuk akal sehingga peserta didik dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan dimana peserta didik dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru memaksakan kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat dan keinginan peserta didik. Kebutuhan belajar peserta didik tidak semuanya terpenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan berbagai kegiatan dan beragam pilihan.

Indikator keberhasilan suatu pembelajaran berdiferensiasi adalah peserta didik merasa nyaman dalam belajar, adanya peningkatan keterampilan baik segi hard skill atau soft skill, dan adanya kesuksesan belajar dari seorang peserta didik yaitu mampu merefleksikan diri kemampuannya dimulai dari titik awal pembelajaran sampai peningkatan diri selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi ini bukan berarti mencapai tujuan akhir peserta didik harus mencapai KKM yang diharapkan tetapi melalui pembelajaran ini aka nada pergeseran penambahan nilai ke arah yang lebih baik. Misalkan seorang peserta didik kemampuannya dibawah rata-rata kelas, yaitu awalnya mendapatkan nilai 60 setelah melalui proses pembelajaran berdiferensiasi ini meningkat menjadi nilai 80, berarti ada kemajuan belajar anak sehingga tidak bisa seorang guru memaksakan peserta didik mendapat target KKM sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu seorang guru harus menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil resiko dalam menerapkan berbagai ide strategi pembelajaran berdiferensiasi.

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...