MAGELANG, Jowonews.com – Masyarakat Gunung Balak di desa Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merayakan tradisi nyadran di bulan Suro (Muharam) sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein di Magelang mengatakan, sadranan ini merupakan tradisi yang pada intinya merupakan kegiatan rutin yang dipadukan dengan budaya Jawa dan ajaran Islam yang sudah turun temurun.
Selain sebagai sarana mengucap syukur dan mengungkapkan rasa syukur atas karunia yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa, tradisi ini juga digunakan untuk mendoakan leluhur yang dilanjutkan dengan pembersihan dan peletakan bunga pada kuburan di Gunung Balak.
“Ini kami anggap sebagai adat yang unik di desa Pakis karena sadranan yang biasanya hanya terjadi pada bulan Syaban, tidak terkecuali warga desa Pakis, juga terjadi pada bulan Suro,” ujarnya.
Oleh karena itu patut disyukuri sekaligus bangga sebagai warga Kabupaten Magelang, khususnya Desa Pakis, karena dapat menjalankan dan melestarikan tradisi Sadranan Gunung Balak.
Ia berharap agar penyadartahuan tentang Gunung Balak dapat terus tumbuh dan berkembang dan mungkin berlanjut untuk menghidupkan kembali keragaman budaya.
“Kami mengajak masyarakat untuk terus menjunjung tinggi dan melestarikan budaya gotong-royong sebagai identitas bangsa Indonesia, membangkitkan rasa solidaritas yang mendalam, menjaga persatuan dan kesatuan, menciptakan zona aman dan damai dalam masyarakat, yang pada akhirnya dapat mewujudkan masyarakat Kabupaten Magelang (Sedaya Amanah) yang semakin sejahtera dan terpercaya,” ujarnya.
Lurah Pakis Margo Utomo mengatakan, kegiatan sadranan Gunung Balak sudah dilakukan secara turun temurun untuk mendoakan leluhur dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Pakis menjadi lebih sehat, aman, tenteram dan harmonis.
Margo mengatakan, Bupati Magelang telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait rencana pemugaran situs Gunung Balak.
“Kami berharap tahun 2024 Gunung Balak segera dihidupkan kembali dengan tujuan untuk dijadikan destinasi wisata religi,” ujarnya.
Antara/JN