PURWOKERTO, Jowonews.com — Sekitar 2.000 pelajar Lajnah Pendidikan dan Pengajaran (LPP) Al Irsyad Al Islamiyyah, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar doa bersama serta penggalangan dana untuk muslim Rohingya yang menjadi korban penindasan di Myanmar.
Kegiatan yang digelar di Alun-alun Purwokerto, Jumat (8/9) diikuti pelajar dari seluruh jenjang pendidikan LPP Al Irsyad Al Islamiyyah, mulai dari kelompok bermain, taman kanak-kanak, hingga sekolah menengah atas termasuk siswa “boarding school” serta melibatkan guru dan wali murid.
Selain membawa puluhan bendera Merah Putih, sebagian pelajar itu juga mengenakan ikat kepala warna hijau bertuliskan “Save Rohingya” serta membawa poster bertuliskan “Save Rohingya From Genocide”. Dalam kegiatan doa bersama itu juga diisi berbagai orasi dan penggalangan dana untuk muslim Rohingya.
Salah seorang orator memberikan apresiasi kepada Pemerintah Republik Indonesis yang telah memerintahkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk menjalankan misi diplomasi ke Myanmar dalam rangka memberi solusi terkait dengan krisis kemanusiaan di negara itu terutama yang menyangkut muslim Rohingya.
“Menteri Luar Negeri kita merupakan Menlu yang pertama datang ke Myanmar,” kata orator itu.
Selain menuntut penghentian penindasan terhadap muslim Rohingya, tuntutan agar hadiah Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi ditarik kembali juga disuarakan oleh para orator.
Hal itu disebabkan Aung San Suu Kyi yang merupakan pemimpin de facto Myanmar tidak berkutik meskipun penindasan terhadap muslim Rohingya telah lama berlangsung.
Kepala Biro Pendidikan Menengah LPP Al Irsyad Al Islamiyyah Sodikun mengatakan tujuan dari doa bersama itu berupa penggalangan dana untuk membantu muslim Rohingya yang mengungsi terutama ke Bangladesh.
“Penggalangan dana sudah dimulai di sekolah. Anak-anak sudah mulai mengumpulkan dananya dan ini merupakan yang kedua,” katanya. (jwn5/ant)
