Jowonews

Logo Jowonews Brown

Madhang

Selat Solo, Steak Ala Eropa Khas Jawa

Selat Solo

Selat Solo adalah hidangan khas Solo yang berasal dari masa penjajahan Belanda. Selat Solo merupakan salah satu dari banyak kuliner khas Kota Surakarta yang terkenal di kalangan wisatawan. Di balik kelezatannya, ternyata hidangan ini adalah perpaduan antara masakan Eropa dan Indonesia yang dikenal dengan nama Bistik Jawa.

Selat Solo memiliki rasa manis, asam, dan gurih. Hidangan ini memiliki aroma rempah yang khas. Selat Solo atau Bistik Jawa adalah hidangan daging yang diolah dengan berbagai jenis sayuran.

Warna coklat pada hidangan ini berasal dari penggunaan kecap. Dahulu, hidangan bistik Jawa ini hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan, namun sekarang mudah ditemui di berbagai restoran.

Sejarah Selat Solo

Menurut buku Etnografi Kuliner Makanan dan Identitas Nasional (2021) oleh Adzkiyak, selat Solo pertama kali muncul ketika Benteng Vastenburg yang terletak di depan gerbang Keraton Surakarta mulai dibangun. Makanan ini merupakan hasil dari pertemuan dan rapat yang sering diadakan oleh pihak Keraton dan pihak Belanda.

Pada pertemuan tersebut, selalu disajikan makanan yang tidak cocok di mana orang Belanda harus diberikan daging saat makan sedangkan pihak Keraton terbiasa makan makanan dengan sayuran.



Keluhan kedua pihak tersebut kemudian direspon dengan menciptakan menu baru yang menggabungkan bahan-bahan seperti wortel (wortelen), selada (sla), kentang (aardappel), buncis (boon), mentimun (komkommer), telur (ei), dan saus kecap (sojasaus) serta saus mayones.

Selat Solo merupakan perpaduan bistik dan salad. Penggunaan nama selat berasal dari kata “slachtje” yang berarti salad. Dagingnya disebut steak yang berasal dari bahasa Belanda, “biefstuk”.

Di Eropa, daging untuk steak disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang. Raja-raja Kasunanan Solo tidak terbiasa makan daging seperti itu. Oleh karena itu, daging yang seharusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti, dan telur.

Bahan-bahan ini dicampur, kemudian dibentuk seperti lontong dan dibungkus daun pisang. Selanjutnya, bahan tersebut dikukus sampai matang. Daging yang sudah matang didinginkan. Setelah itu, diiris tebal dan digoreng dengan sedikit margarin.

BACA JUGA  Nasi Tumpang Lethok Klaten, Kuliner Tradisional Penggugah Selera
Penyajian Selat Solo

Selat Solo disuguhkan dengan sayuran seperti wortel dan buncis yang direbus, tomat, dan daun selada. Untuk memberikan rasa kenyang, steak juga disajikan dengan kentang goreng. Di atas daun selada biasanya ditambahkan saus mustard. Terkadang ada yang menambahkan acar mentimun. Ciri khas lain dari Selat Galantin terletak pada kehadiran telur rebus.

Gabungan steak dan salad sayuran membuat Selat Solo terlihat berwarna-warni sehingga menggoda siapa pun untuk segera menikmatinya.



Sama seperti steak, Selat Solo juga diberi taburan lada hitam bubuk dengan butiran sedikit kasar sehingga memberikan sedikit sensasi pedas. Untuk sausnya, tercium pula aroma pala.

Penyajian Selat Solo sangat berbeda dengan penyajian steak khas Eropa. Selat Solo disajikan dengan rempah yang cukup kuat dan disajikan dalam keadaan dingin. Sedangkan steak Eropa biasanya disajikan tanpa rempah dan disajikan dalam keadaan panas.

Simak Informasi lainnya dengan mengikuti Channel Jowonews di Google News

Bagikan berita ini jika menurutmu bermanfaat!

Baca juga berita lainnya...