Kerajaan Kediri (Kadiri), dalam peta sejarah nasional, sangat popular. Demikian juga pengaruhnya terhadap kehidupan sekarang, kerajaan ini sering kali menjadi referensi bagi masyarakat awam dalam menanggapi fenomena kontemporer. Terkadang, masyarakat awam yang marginal, miskin, dan putus asa itu bernostalgia lagi terhadap kejayaan Kerajaan Kediri. Hal ini tentunya tak lepas dari mitos Ratu Adil yang diwakili oleh Prabu Jayabaya, yang sudah mengakar kuat dalam ingatan massa kejawen.
Kerajaan Kediri memiliki peradaban kebudayaan yang tinggi. Bahkan, pada masanya, sudah dihasilkan beberapa karya sastra. Di antaranya adalah cerita Kakawin Barata-Yudha yang diterjemahkan dari kitab Bharata-Yudha ke Bahasa Jawa kuno, dan dengan cerita yang agak berbeda dari cerita-cerita sebelumnya, yaitu menceritakan tentang perang saudara antara Panjalu dan Janggala.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Dalam bidang spiritual, Kerajaan Kediri juga sangat maju. Pada masa kejayaannya, tempat ibadah dibangun di mana-mana. Para guru kebatinan mendapat tempat yang terhormat. Bahkan, Sang Prabu kerap melakukan tirakat, tapa brata, dan semadi. Ia suka bermeditasi di tengah hutan yang sepi. Laku prihatin dengan cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan-tidur. Hal ini menjadi aktivitas ritual sehari-hari.
Lalu, Kapan Kerajaan Kediri itu berdiri? Apa saja sumber sejarah yang menceritakan sejarah Kerajaaan Kediri? Bagaimana keadaan masyarakatnya? Dan, apa penyebab runtuhnya Kediri? Itulah deretan pertanyaan yang coba dijelaskan pada bab ini. Bab ini dapat dikatakan kelanjutan dari Kerajaan Kahuripan yang dipecah menjadi dua, yaitu Jenggala dan Panjalu (Kediri).
Baca selanjutnya Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Kediri