Jowonews

Meski Pandemi, Orang Tua Diimbau Tetap Sekolahkan Anak ke PAUD

JAKARTA, Jowonews- Meski masih dalam suasana pandemi, orang tua diimbau menyekolahkan anaknya ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). “Kami mengimbau orang tua yang memiliki anak usia dini, untuk tetap memasukkan anaknya. Karena PAUD itu penting menjadi fondasi tumbuh kembang dan kesiapan anak- anak kita untuk bersekolah di jenjang berikutnya,” ujar Dia menambahkan jika anak ikut PAUD maka mereka akan memperoleh beberapa keuntunga. Di antaranya, anak yang ikut PAUD memperoleh stimulasi tumbuh kembang yang lengkap. Anak yang mengenyam pendidikan di PAUD juga akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik di jenjang pendidikan berikutnya. “Anak yang ikut PAUD memiliki angka mengulang dan angka putus sekolah yang lebih rendah. Juga banyak riset yg membuktikan bahwa anak yang ikut PAUD akan memiliki kesejahteraan yang lebih baik kelak ketika dewasa,” tambah dia. Selain itu, anak yang ikut PAUD akan memperoleh pendidikan karakter yang lebih awal dan lebih baik. Dia menilai ada kecenderungan orang tua menunda anaknya masuk PAUD karena pandemi Covid-19. Hasbi menambahkan Kemendikbud melakukan sejumlah upaya agar orang tua mau memasukkan anaknya ke PAUD. Langkah-langkah yang sudah dilakukan Kemendikbud, antara lain, melakukan kampanye secara masif melalui berbagai saluran (media tv, media sosial. Serta menjaln kerja sama dengan organisasi pegiat PAUD) untuk mengedukasi orang tua mengenai penting anak tetap masuk PAUD pada masa pandemi. “Kami juga melakukan fasilitasi terhadap guru PAUD dan orang tua agar mereka dapat bekerja sama melaksanakan kegiatan belajar dari rumah bagi anak-anak PAUD.” Kemendikbud juga melakukan relaksasi terhadap BOP PAUD tahun 2020 sehingga beban biaya orang tua dan guru dalam melaksanakan belajar dari rumah menjadi lebih ringan.

Anak Keluarga Perokok Cenderung Alami Kekurangan Asupan Gizi

JAKARTA, Jowonews.com – Peneliti Southeast Asian Ministers of Education Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) dr Grace Wangge, PhD mengatakan anak yang berasal dari keluarga perokok cenderung mengalami kekurangan asupan gizi. “Pihak sekolah juga perlu menyadari bahwa terdapat hubungan erat antara prestasi belajar anak dengan pola konsumsi keluarga perokok,” katanya dalam peluncuran dua usulan kebijakan terkait pembangunan sumber daya manusia di Jakarta, Selasa. Dia menambahkan salah satu aspek yang erat kaitannya dengan peningkatan status kesehatan dan gizi anak, adalah peningkatan pengetahuan siswa dan pencegahan menjadi perokok. Ia menyatakan bahwa belanja bahan makanan pada rumah tangga perokok lebih rendah dibandingkan rumah tangga non-perokok. “Hal itu menyebabkan berkurangnya asupan makanan bergizi dalam keluarga dan akhirnya berimbas pada kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada pelajaran sekolah,” katanya. Saat ini, kata dia, upaya pengendalian tembakau di sekolah diatur dalam PP 109/2012 dan Permendikbud 64/2015. Akan tetapi pelaksanaan kedua peraturan tersebut di sekolah masih belum optimal. “Begitu pula evaluasi maupun penelitian mengenai pelaksanaan pengendalian tembakau dan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ini belum pernah terdokumentasi dengan baik keberhasilannya,” katanya. Grace menambahkan sebanyak 32,1 persen anak sekolah (rentang usia 10-18 tahun) di Indonesia pernah mengonsumsi produk tembakau. Direktur SEAMEO RECFON, Muchtaruddin Mansyur mengatakan kebiasaan orang tua merokok di rumah juga mendorong anak untuk merokok setiap hari. “Perilaku merokok dalam keluarga terbukti memengaruhi kesehatan dan status gizi anak, tidak hanya pada anak usia sekolah namun juga balita,” katanya. SEAMEO RECFON, katanya, juga mendorong adanya upaya perbaikan gizi anak sekolah, terutama di daerah yang mempunyai angka prevalensi keluarga dengan perokok yang tinggi. Selain itu, SEAMEO RECFON juga mendorong pemerintah membuat kebijakan mengenai pendidikan orangtua mengenai akibat rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan anak. Dua usulan kebijakan yang diusulkan SEAMEO RECFON yakni “Percepatan Penanganan Stunting dengan Pemanfaaatan Pajak dan Cukai Rokok” dan “Pembangunan SDM Unggul Melalui Pengendalian Tembakau dan Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Sekolah”, demikian Muchtaruddin Mansyur. (jwn5/ant)

Akademisi: Gizi Seimbang untuk Tumbuh Kembang Anak

PURWOKERTO, Jowonews.com – Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengingatkan pentingnya asupan gizi seimbang untuk mendukung tumbuh kembang anak. “Asupan makanan dengan gizi seimbang sangat penting agar anak memiliki tumbuh kembang yang optimal,” katanya di Purwokerto, Banyumas, Minggu. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman tersebut menambahkan pemenuhan gizi yang seimbang berarti mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. “Kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu, khususnya anak-anak,” katanya. Dia mengatakan, gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan anak. “Dengan gizi yang seimbang maka diharapkan anak memiliki tubuh sehat, tidak mudah terserang penyakit infeksi dan lain sebagainya,” katanya. Dia juga mengatakan, untuk memenuhi asupan gizi seimbang bagi anak maka diperlukan peran aktif orang tua khususnya ibu. “Misalkan dengan memberikan anak makanan yang beragam, yang memiliki protein yang tinggi, serta sayur mayur,” katanya. Makanan dengan kandungan protein yang baik, kata dia, bisa didapat dari ikan, daging, telur, tempe, tahu, dan lain sebagainya. Selain itu, kata dia, orang tua juga perlu memperhatikan konsumsi gula harian pada anak-anak mereka. “Perhatikan konsumsi gula harian guna menjaga kesehatan anak hingga masa yang akan datang,” katanya. Ia menambahkan, kualitas dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. “Semakin beragam jenis makanan yang dikonsumsi maka akan makin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi karena tubuh akan memperoleh berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan,” katanya. Dengan demikian, kata dia, mengonsumsi aneka ragam pangan menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan gizi seimbang. “Namun yang juga penting adalah perlu memperhatikan segi keamanan makanan, guna memastikan makanan bebas dari kuman penyakit atau bahan berbahaya,” demikian Yudhi Wibowo. (jwn5/ant)