Jowonews

Covid-19 Meningkat, Banyumas Tambah Jam Malam

PURWOKERTO, Jowonews- Penambahan waktu pelaksanaan jam malam dilakukan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah untuk meminimalkan penularan Covid-19. “Jam malam yang semula dimulai pukul 22.00 WIB dimajukan kembali menjadi pukul 20.00 WIB,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu. Menurut dia, penambahan jam malam itu dilakukan karena ada kekhawatiran yang cukup besar setelah ada peningkatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada saat Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banyumas melonggarkan jam malam. Dari sebelumnya yang dimulai pukul 20.00 WIB hingga 06.00 WIB menjadi pukul 22.00 WIB hingga 06.00 WIB. Oleh karena itu, kata dia, Bupati Banyumas Achmad Husein selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banyumas meminta Polresta Banyumas untuk melaksanakan jam malam. “Saat jam malam, kami melakukan patroli sambil melihat situasi yang ada, situasi perkembangan pandemi Covid-19 yang ada,” katanya. Ia mengatakan jika saat patroli jam malam ditemukan adanya kerumunan warga, pihaknya akan menyarankan mereka untuk segera membubarkan diri. “Penutupan (ruas jalan) akan kami lakukan berdasarkan situasi. Ketika ada situasi ramai, maka di ujung jalan yang menuju lokasi itu akan kami lakukan penutupan. Kemungkinan dalam dua hari ke depan, akan kami ‘setting’ kembali penutupan itu,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Kapolresta mengakui jika saat sekarang sudah banyak ruas jalan di Purwokerto yang mulai ramai kembali pada malam hari, antara lain di sekitar Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Lebih lanjut, dia mengimbau masyarakat luas khususnya warga Kabupaten Banyumas untuk tidak menganggap remeh pandemi Covid-19. “Jangan anggap remeh Covid-19 ini. Memang tidak terasa bagi yang sehat dan akan terasa pada saat orang yang kita cintai mempunyai komorbid atau penyakit bawaan, itu yang akan berdampak sangat jelas pada saat orang yang terkonfirmasi positif mempunyai penyakit bawaan,” katanya menegaskan. Sebelumnya, Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan pihaknya akan memperketat kembali sejumlah aktivitas mengingat angka reproduksi efektif di Banyumas saat sekarang kembali berada di atas 1, sedangkan “positivity rate” naik menjadi 4 persen. Oleh karena itu, kata dia, jam malam yang sempat diperlonggar mulai pukul 22.00 WIB hingga 06.00 WIB, akan kembali diperketat menjadi pukul 20.00 WIB hingga 06.00 WIB. “Bioskop yang rencananya akan kembali dibuka dalam minggu ini, kami tunda hingga sampai waktu yang belum dipastikan,” katanya di Purwokerto, Senin (9/11). Sementara berdasarkan data yang disajikan dalam laman covid19.banyumaskab.go.id per tanggal 11 November 2020, pukul 11.39 WIB, jumlah warga Kabupaten Banyumas yang terkonfirmasi positif COVID-19 sejak terjadinya pandemi hingga saat ini mencapai 937 orang. Dari jumlah tersebut diketahui sebanyak 685 orang dinyatakan sembuh, 27 orang meninggal dunia, serta 225 orang masih terkonfirmasi positif. Dari 225 orang itu, 142 orang di antaranya dirawat di rumah sakit, 7 orang di fasilitas isolasi khusus, dan 83 orang menjalani isolasi m

Liburan Panjang, Tim Jogo Tonggo Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

BOYOLALI, Jowonews- Tim Jogo Tonggo Boyolali diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan Covid-19 terkait dengan kedatangan pemudik dari luar kota saat liburan panjang mulai 28 Oktober hingga 1 November mendatang. “Kami mengimbau Tim Jogo Tonggo di tingkat RW untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasannya mengantisipasi pemudik pulang ke kampung halaman pada liburan panjang, sehingga, penularan Covid-19 dari luar daerah dideteksi sedini mungkin,” kata Kepala Dinkes Boyolali dr.  Ratri S Survivalina usai mengikuti evaluasi Program Jogo Tonggo dengan Pemprov Jateng secara daring di Dinas Kominfo Boyolali, Senin (24/10). Dia menjelaskan Tim Jogo Tonggo bisa diminta melakukan pemeriksaan awal dengan tes cepat atau dilanjutkan tes usap bagi pemudik. Hal ini sebagai penjagaan lingkungan masyarakat dari penyebaran virus corona jenis baru itu. Ia menjelaskan evaluasi Program Jogo Tonggo, di mana program ini menjadi unggulan Kabupaten Boyolali. Program ini dibuat dan disusun di setiap RW, untuk mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian penyebaran Covid-19 di wilayah masing-masing. Program Jogo Tonggo di Boyolali dilakukan secara terintegrasi dan terpadu lintas sektor. Sektor terkait di luar kesehatan, antara lain Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Desa, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, serta Dinas Pendidikan dan kebudayaan. Organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tersebut, masing-masing berperan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Mereka memberikan dukungan Tim Jogo Tonggo di masing-masing RW, supaya tim dapat melaksanakan pengawasan dan pengendalian Covid-19 dari berbagai aspek. Termasuk meningkatkan pemberdayaan atau menggali potensi masyarakat di wilayah masing-masing. Efektif Program Jogo Tonggo, katanya, efektif dilakukan karena dikerjakan orang-orang paling dekat dengan masyarakat. Pengawasan oleh tim itu dilakukan paling akurat dan dari masyarakat sendiri, terutama yang terdekat dengan lingkungannya. Pihak RW merupakan lingkungan yang dekat kepada masyarakat. Mereka mengetahui siapa-siapa saja warga yang sering bepergian atau mempunyai aktivitas yang kemungkinan menjadi sumber penularan Covid-19. Oleh karena itu, katanya, dari level terbawah tersebut dapat diantisipasi seandainya ada potensi penularan virus. “Jika sudah terjadi hal itu, maka dilakukan program-program pencegahan agar tidak terjadi penularan yang lebih meluas kepada masyarakat lainnya,” kata Ratri sebagaimana dilansir Antara. Ia mengimbau masyarakat tetap melakukan aktivitas dengan memperhatikan protokol kesehatan. Tes cepat atau usap sebelum dan sesudah bepergian sebagai keperluan penting. Masyarakat yang melakukan aktivitas, katanya, harus tetap menerapkan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. “Jangan lupa menjauhi kerumunan karena adanya libur panjang mendatang, dapat berpotensi untuk menjadi salah satu sumber penularan COVID 19. Tanpa dukungan dari seluruh dukungan anggota masyarakat, kami tidak bisa menurunkan kasus COVID-19 di Boyolali,” kata Ratri

Wisata Karimunjawa Dibuka, Kasus Covid-19 Tetap Nihil

JEPARA, Jowonews- Pulau Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, masih bisa mempertahankan statusnya sebagai satu-satunya kecamatan di Jepara yang berzona hijau. Meskipun sejak sepekan sebelumnya dibuka kunjungan wisatawan dari berbagai daerah di tanah air. “Hingga saat ini, memang tidak ada temuan kasus Covid-19 di Karimunjawa. Kami berharap dukungan semua pihak, terutama wisatawan yang datang ke Karimunjawa untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan,” kata Camat Karimunjawa Nor Soleh di Jepara, Sabtu (24/10). Ia juga berharap keterbukaan dari biro wisata untuk menyampaikan data wisatawan, termasuk tempat penginapannya dan objek wisata yang hendak dikunjungi. Ketika data kunjungan wisatawan tercatat dengan baik, setidaknya ketika terjadi permasalahan terkait Covid-19 bisa langsung dilakukan penelusuran kontak. Sehingga potensi penularannya bisa dicegah sedini mungkin. Sejak Pulau Karimunjawa terbuka untuk kunjungan wisatawan pada tanggal 16 Oktober 2020, kata dia, hingga kini memang belum ditemukan adanya wisatawan yang tidak mematuhi protokol kesehatan. “Petugas juga tidak mungkin mengawasi semua wisatawan. Karena hingga kini belum mengetahui data wisatawan secara detail, termasuk tempat menginapnya,” ujarnya. Terkait penerapan protokol kesehatan di hotel, dia mengakui, tidak mengkhawatirkan dari organisasi mereka juga cukup peduli dalam memerangi Covid-19. Sedangkan untuk pemilik homestay yang dikelola secara personel harapannya juga tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kewajiban mematuhi protokol kesehatan tidak hanya berlaku untuk wisatawan, melainkan warga Karimunjawa juga harus mematuhi terlebih saat ini banyak orang luar Karimunjawa yang berdatangan. Ia berharap dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, maka upaya pemulihan ekonomi dan kesehatan juga harus berjalan beriringan di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, kata dia, warga Karimunjawa yang biasanya mendapatkan pemasukan dari kunjungan wisatawan, sejak 17 Maret hingga 16 Oktober 2020 tidak lagi memiliki pemasukan. Sehingga keputusan dibuka kembali objek wisata Karimunjawa memang disambut warga yang memang menggantungkan hidupnya dari wisatawan. Meskipun demikian, beberapa warga Karimunjawa juga ada yang mengkhawatirkan akan terjadinya penularan Covid-19 ketika ada wisatawan yang abai dengan protokol kesehatan. Indah yang merupakan warga Desa Kemojan, Karimunjawa, mengakui ada kekhawatiran dengan dibukanya kembali wisata ke Karimunjawa karena yang berkunjung dari berbagai daerah di tanah air, termasuk ada turis asingnya. “Mudah-mudahan, semua disiplin mematuhi protokol kesehatan dan tidak memalsukan hasil tes cepat (rapid test) Covid-19,” ujarnya. Berdasarkan laman https://corona.jepara.go.id/, tercatat dari 16 kecamatan di Kabupaten Jepara hanya Kecamatan Karimunjawa yang temuan kasus Covid-19 masih nihil. Sedangkan kecamatan lainnya terdapat temuan kasus dengan jumlah bervariasi, termasuk kasus meninggal dunia karena Covid-19.

Angka Kesembuhan Pasien Covid-19 di Indonesia di Atas Standar WHO

JAKARTA, Jowonews- Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia diklaim terus membaik. Meski demikan, angka kematiannya masih berada di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). “Angka kesembuhan dari tanggal 20 September pada posisi 72,5 persen dan kita di bawah standar WHO waktu itu. Kalau tidak salah WHO sekitar 74-75 persen. Tanggal 21 Oktober itu berada pada posisi 79,73 persen. Berarti ada penambahan kasus sembuh mencapai lebih dari 7,20 persen,” kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo  dalam diskusi Satgas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (22/10,), sebagaimana dilansir Antara. Doni menegaskan kenaikan angka kesembuhan itu merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Indonesia harus berbangga karena jumlah pasien yang sembuh sangat banyak. Dengan per hari ini terdapat 301.006 orang telah dinyatakan sembuh dari total kasus 377.541 orang. Pencapaian tersebut berarti tenaga kesehatan di Indonesia terutama dokter semakin banyak pengalaman dalam merawat pasien Covid-19. Dalam kesempatan tersebut Doni mengucapkan terima kasih atas usaha yang dikeluarkan tenaga kesehatan yang telah bekerja keras membuat angka kesembuhan di seluruh daerah mengalami peningkatan. Tapi dia juga mengakui bahwa angka kematian pasien Covid-19 di Indonesia masih berada di atas standar WHO yaitu 3,45 persen. Atau berada di atas standar global 2,8 persen. Doni mengatakan angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti hipertensi, diabetes, kanker dan penyakit paru-paru. “Kami sekali lagi mengingatkan kepada saudara-saudara semuanya yang memiliki penyakit atau gejala penyakit yang sudah kami sampaikan tadi itu harus betul-betul berhati-hati,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.

Santri Berperan Penting dalam Penanganan Covid-19

SEMARANG, Jowonews- Para santri disebut mempunyai peranan besar pada penanganan maupun pencegahan Covid-19 di lingkungan pondok pesantren yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jateng Kiai Haji Abu Choir pada webinar bertema “Santri Sehat, Indonesia Kuat, Jogo Santri Di Masa Pandemi Covid-19” di Semarang, Kamis. (22/10). “Untuk menangani kasus Covid-19 di pesantren, pendekatannya harus berbeda dengan masyarakat umum. Semoga ada titik temu, ada program Jogo Santri dan Jogo Kiai,” ucapnya sebagaimana dilansir Antara. Menurut dia, pondok pesantren memiliki budaya sendiri sehingga lebih tepat bila disebut sebagai subjek dan pendekatan dalam menangani COVID-19 berbeda. “Kami hanya membutuhkan stimulasi. Ponpes merupakan lembaga pendidikan yang mandiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan umum lainnya,” ujarnya. Ia mengakui sebenarnya jumlah kasus Covid-19 di pondok pesantren seperti gunung es karena pengelolanya cenderung bersikap tertutup. “Ada ketakutan pondok pesantren harus ditutup jika ada kasus santri yang terpapar Covid-19,” ucapnya. “Sebenarnya pandemi ini adalah persoalan bersama, bukan hanya pesantren. Harus ada keterbukaan agar ada tindakan yang diperlukan, pondok pesantren maupun pemerintah sama-sama terbuka. Semua tersenyum, maka akan terwujud pesantren yang sehat dan kuat di Jawa Tengah,” katanya. Dampak Sosial Abu Choir juga mengingatkan pemerintah untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan melakukan tes usap secara massal di pondok pesantren tanpa mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana pendukung. Termasuk memikirkan dampak sosial yang mungkin timbul. “Sebab jika yang positif terpapar jumlahnya ribuan bagaimana? Juga nutrisinya, siapa yang menanggung makan? Jika sebuah pesantren diumumkan ada yang positif terpapar Covid-19, maka masyarakat akan menjauhi pesantren. Jadi, dalam hal ini bukan sekadar soal positif dan negatif soal Covid-19,” ujarnya. Dokter Budi Laksono selaku perwakilan dari Satgas Penanganan Covid-19 Jateng, angka yang terpapar Corona dan yang dinyatakan sembuh selalu berubah setiap harinya. “Jika ada yang terpapar Covid, tidak usah bingung mencari dari mana asalnya. Yang terpenting adalah melakukan ‘tracing’, selama sepekan sudah berhubungan dengan siapa saja. Dengan cara itu kita bisa mencegah penyebaran Covid-19,” katanya. Ia melihat data santri yang terpapar Covid-19 di pondok pesantren itu seperti pemburu yang memburu ayam di kandang. “Pemburu langsung bisa melihat banyak, padahal di luar kandang (masyarakat umum, red) lebih banyak lagi. Jangan lupa paparan Covid-19 di perkantoran di Jateng juga banyak. Bila dites massal kemungkinan bisa mencapai puluhan, bahkan bisa jadi hingga 50 persen perkantoran terpapar Covid-19,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Kantor UNICEF Perwakilan Jawa dan juga menjabat sebagai Tim Komunikasi Satgas Covid-19 Arie Rukmantara menambahkan program Jogo Santri bisa jadi suri-teladan dalam memutus mata-rantai Covid-19. “Secara kuantatif anak-anak yang terpapar Covid-19 memang tidak besar. Namun satu anak pun jangan sampai kena Corona. Oleh sebab itu memang harus ada perubahan melaksanakan pendidikan. Adik-adik santri berubah cara belajarnya, memang harus beradaptasi. Cara belajar yang dimodifikasi, ponpes mampu mencari cara terbaik sistem pembalajaran di masa pandemi yang tidak berakhir dalam waktu yang cepat,” katanya. Pada webinar yang digelar oleh Yayasan Setara bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Diponegoro dengan dukungan UNICEF ini juga digelar dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2020.

Jateng Waspadai Klaster Sekolah dan Pesantren

SEMARANG, Jowonews- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mewaspadai klaster penyebaran Covid-19 di pondok pesantren dan sekolah dengan melakukan berbagai tindakan preventif. “Hingga saat ini, dua klaster itu mendominasi kasus Covid-19, di samping sejumlah klaster lain yang masih ditemui kasus corona,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu (14/10). Ia menyebutkan untuk klaster pondok pesantren dan sekolah itu tercatat jumlah kasus mencapai 648 kasus. Sehingga jika bisa ditangani dengan baik, maka penurunan kasus akan bisa terjadi dengan signifikan. Untuk klaster pondok pesantren, kata dia, tersebar di Kebumen, Banyumas, dan daerah lain. Kendati demikian, pihak pondok pesantren bersama pemerintah setempat telah mengambil langkah cepat seperti di melakukan “lock down” di lokasi ponpes dan yang berada di dalam ponpes tidak boleh keluar. “Demikian juga sebaliknya, yang berada di luar ponpes dilarang masuk, sedangkan untuk Banyumas, penanganannya dilakukan dengan mengisolasi mereka yang terinfeksi Covid-19 di sejumlah hotel dan tempat diklat di sekitar pondok pesantren,” ujarnya sebagaimnana dilansir Antara. Hal senada juga disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang menyampaikan ada beberapa klaster yang menjadi perhatian, diantaranya klaster pondok pesantren, sekolah, perkantoran, dan lainnya. Ganjar berharap agar tidak ada stigma negatif baik terhadap penderita Covid-19 maupun yang sudah sembuh. “Oleh karena itu dilakukan juga mitigasi klaster, serta menggencarkan penegakan disiplin melalui operasi yustisi penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19,” katanya.

Waspada Covid-19, Para Santri Diminta Tidak Keluar Masuk Ponpes

TEMANGGUNG, Jowonews- Sejumlah pondok pesantren di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, diminta tingkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19. “Kami minta pondok-pondok pesantren di seluruh Kabupaten Temanggung untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai terjadi klaster pondok pesantren,” kata Bupati Temanggung M. Al Khadziq di Temanggung, Selasa (6/10). Agar tidak muncul klaster pondok pesantren, Khadziq meminta para santri membatasi aktivitas dengan tidak keluar masuk pondok pesantren. “Saya minta pondok pesantren untuk sementara tidak menerima tamu dari luar pondok pesantren dulu. Demi kehati-hatian,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia menyampaikan setiap ada kasus positif Covid-19, satgas langsung melakukan pelacakan terhadap kontak erat kemudian melakukan tes usap. Bagi mereka yang hasil tes usapnya positif langsung diminta karantina di tingkat kabupaten, bertempat di Asrama BLK Temanggung dan Gedung Pemuda. “Kalau yang bersangkutan tidak mau maka dia harus menandatangani surat pernyataan sanggup menjalankan karantina mandiri di rumah. Kemudian juga disertai surat pernyataan dari kades dan ketua satgas jogo tonggo bahwa mereka siap untuk mengawasi yang bersangkutan agar selama masa karantina tidak keluar rumah,” katanya. Khadziq juga meminta masyarakat kalau tidak perlu sekali supaya menahan diri di rumah. Namun pihaknya menyadari bahwa ekonomi memang harus berjalan. “Kalau urusannya dengan ekonomi mau tidak mau tetap harus bepergian ke luar kota tidak apa-apa. Tetapi mohon kehati-hatiannya. Terapkan betul protokol pencegahan Covid-19 dengan senantiasa jaga jarak, pakai masker, dan jangan lupa sering cuci tangan menggunakan sabun,” katanya. 

Lagi, 3 Dokter Meninggal Akibat Covid-19

JAKARTA, Jowonews- Lagi, tiga dokter gugur akibat Covid-19 di awal bulan Oktober ini. Dengan demikian, Sabtu (3/10) ini, jumlah total dokter yang meninggal virus SARS-CoV-2 itu menjadi 130 orang. “Berita duka kembali datang dari dunia medis. Dalam tiga hari awal Oktober 2020 ini bertambah tiga dokter meninggal dunia akibat Covid-19, ” kata External PR Lead untuk Tim Mitigasi PB IDI Elizabeth dalam keterangan persnya, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (3/10) di Jakarta. Berdasarkan data yang disampaikan IDI, dari 130 dokter yang telah gugur tersebut, 84,6 persen atau 110 dokter di antaranya adalah dokter laki-laki. Sementara 15,4 persen atau 20 dokter lainnya adalah dokter perempuan. Menurut sebaran wilayah provinsi, ke-130 dokter yang telah gugur dalam perjuangan melawan Covid-19 tersebar di 18 provinsi di Indonesia. Antara lain adalah masing-masing 1 dokter di Sulawesi Utara, Banten dan Papua Barat. Masing-masing 2 dokter di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya, masing-masing 3 dokter di Riau dan Kalimantan Timur, Masing-masing 4 dokter di Aceh, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Lalu, 5 di Bali, 6 di Sulawesi Selatan, 9 di Jawa Tengah, 11 di Jawa Barat, 19 di DKI Jakarta, 22 di Sumatera Utara dan 31 dokter di Jawa Timur. Sementara itu, berdasarkan profesi kedokterannya, dari total 130 dokter yang meninggal tersebut, 67 di antaranya dokter umum, termasuk 4 guru besar di dalamnya. Kemudian dokter spesialis sebanyak 61 dengan 5 guru besar telah termasuk di dalamnya, serta 2 residen. Kemudian, berdasarkan data kematian per bulan, dari 130 dokter tersebut 12 dokter di antaranya meninggal pada Maret, 13 dokter pada April, 6 dokter pada Mei. Selanjutnya, 10 dokter pada Juni, 29 dokter pada Juli, 32 dokter pada Agustus, 25 dokter pada September dan 3 dokter yang meninggal pada Oktober. Di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang masih terus meningkat, IDI meminta kepada seluruh masyarakat, terutama awak media, untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah guna mencegah penularan Covid-19. “Kami mohon rekan media tetap melaksanakan protokol kesehatan dalam bertugas, seraya mengingatkan pada keluarga, rekan kerja, teman, ataupun orang terdekat lainnya untuk juga menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari,” demikian Elizabeth.