Jowonews

Tertular Covid-19, Tujuh Tenaga Kesehatan RS Muhammadiyah Meninggal Dunia

JAKARTA, Jowonews–Tujuh tenaga kesehatan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Korban yang meninggal adalah satu dokter spesialis dan enam perawat. “Kalau kita lihat tren di Indonesia memang cukup tinggi kematian dokter akhir-akhir ini. Bulan Juli ada 30 dokter meninggal, trennya itu meningkat,” kata Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Agus Samsudin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (27/8). Sementara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut terdapat 89 dokter meninggal karena terpapar Covid-19. Agus mengatakan perlindungan bagi para nakes di Indonesia harus menjadi perhatian bersam. Karena saat ini banyak yang tanpa gejala, sehingga orang tidak tahu mengenai kapan dan di mana penularan terjadi. “Kami mohon yang pertama kepada semuanya saja untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Mulai dari yang sederhana memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak fisik ataupun protokol yang disiapkan khusus oleh para tenaga kesehatan dengan seluruh APD yang harus dikenakan,” katanya. “Yang kedua, masih tetap harus menghindari kerumunan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Dia juga meminta direksi rumah sakit memperhatikan kedisiplinan pelaksanaan protokol kesehatan. Dan segera mengambil tindakan yang diperlukan seandainya terjadi penularan mulai dari tes usap para nakes, pelacakan kasus dan membantu melakukan isolasi mandiri jika ada yang terpapar. Agus menghimbau pemerintah untuk membuat kajian khusus dan prosedur tambahan jika diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan. “Perlindungan terhadap tenaga kesehatan menjadi keniscayaan bagi kita semua. Dengan demikian, berarti kita melindung tidak hanya masyarakat secara umum, tapi juga khususnya para tenaga kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan di republik ini. Wabah belum berakhir, kita harus tetap berusaha, kuat dan konsisten untuk melawan Covid-19,” ujarnya.

Isolasi Diri Karena Covid-19, Warga Dibayar Rp 2,5 Juta

LONDON, Jowonews- Pemerintah Inggris akan membayar warga berpenghasilan rendah yang mengisolasi diri karena dipastikan atau diduga mengidap corona, virus penyebab penyakit Covid-19 Inggris, sementara itu, sedang meningkatkan langkah-langkah untuk mengendalikan wabah tersebut. Kebijakan baru itu diambil setelah kalangan politisi oposisi mendesak pemerintah untuk menerapkan sistem pembayaran. Hal ini ditengah kekhawatiran bahwa sebagian warga tidak akan bisa mematuhi panduan kesehatan karena mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemerintah mengatakan warga yang dinyatakan positif mengidap corona akan mendapat bantuan uang 130 pound (sekitar Rp2,5 juta) selama periode karantina, 10 hari. Anggota-anggota rumah tangga mereka, yang harus melakukan karantina mandiri selama 14 hari, akan mendapat 182 pound (sekitar Rp3,5 juta). Uang bantuan itu akan diberikan kepada warga yang berada dalam sistem bantuan kesejahteraan, yang dikenal sebagai Universal Credit atau Working Tax Credit, atau warga yang tidak mampu bekerja dari rumah. Skema itu akan coba diterapkan pertama kali bagi warga di Blackburn, Pendle, dan Oldham, yang mengalami karantina wilayah karena tingkat penularan virus di daerah mereka lebih tinggi. “Masyarakat Inggris telah mengorbankan banyak hal untuk membantu memperlambat penyebaran virus. Mengisolasi diri jika dinyatakan positif Covid-19, atau telah melakukan kontak dengan seseorang yang mengidapnya, tetap penting untuk tetap memantau wabah di daerah setempat,” kata Matt Hancock, menteri kesehatan sebagaimana dilansir Antara. Lebih dari 65.000 orang di Inggris meninggal akibat virus corona, menurut kantor statistik pemerintah. Lonjakan wabah di Inggris berlangsung lebih lama dan menyebar ke lebih banyak tempat daripada di negara-negara Eropa yang terpukul paling parah, seperti Italia dan Spanyol.

Mau Subsidi Gaji Rp 2,4 Juta? Ini Syaratnya

JAKARTA, Jowonews- Pemerintah hari ini meluncurkan program subsidi gaji pegawai Rp 2,4 juta untuk 4 bulan. Namun ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkannya. Syarat tersebut, kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, antara lain, bergaji di bawah Rp 5 juta per bulan dan terdaftar sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan. Syarat lainnya, adalah Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan Nomor Induk Kependudukan, peserta aktif program jaminan sosial ketenagakerjaan, dan memiliki rekening bank yang aktif. Syarat lengkap bagi para penerima bantuan diatur dalam Peraturan Menaker (Permenaker) Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Pemerintah Berupa Subsidi Gaji/Upah Bagi Pekerja/Buruh Dalam Penanganan Dampak Covid-19 “Subsidi ini diharapkan mampu menjaga serta meningkatkan daya beli pekerja atau buruh dan mendongkrak konsumsi sehingga menimbulkan multiplier effect (efek berlipat ganda) pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Ida dalam acara peluncuran subsidi gaji pekerja oleh Presiden Joko Widodo, Kamis (27/8). 15,7 Juta Pekerja Ida mengatakan jumlah penerima bantuan subsidi gaji ini sebanyak 15,7 juta pekerja. Pada tahap pertama penyaluran, subsidi gaji akan disalurkan melalui transfer bank kepada 2,5 juta pekerja. Kemudian penyaluran selanjutnya akan dilakukan bertahap hingga mencapai 15,7 juta pekerja. “Data terakhir menunjukkan jumlah rekening penerima yang berhasil dikumpulkan BPJS Ketenagakerjaan sejumlah 13,8 juta orang atau 88 persen dari target. Sedangkan data yang sudah divalidasi dan diverifikasi oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan kriteria Permenaker sejumlah 10,8 juta orang atau 69 persen dari target,” ujar Ida, sebagaimana dilansir Antara. Pemerintah menargetkan dapat menyalurkan bantuan subsidi gaji kepada total 15,7 juta pekerja pada akhir September 2020. Tahapan subsidi gaji yang disalurkan adalah setiap 2 bulan (tahap pertama) selama empat bulan. Sehingga pada tahap pertama ini, bantuan subsidi gaji yang disalurkan sebesar Rp1,2 juta. Sisa subsidi gaji akan disalurkan pada 2 bulan berikutnya. “Proses penyaluran bantuan ini dilaksanakan melalui bank penyalur yang terhimpun dalam Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) dan akan ditransfer langsung ke masing-masing rekening pekerja atau buruh,” ujar Ida.

Jokowi: Percepat Bantuan Langsung Tunai ke Masyarakat

JAKARTA, Jowonews- Presiden RI Joko Widodo menginginkan percepatan penyaluran bantuan langsung tunai kepada masyarakat dalam berbagai skema cash transfer sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional. “Untuk pemulihan ekonomi skema cash transfer bantuan langsung kepada masyarakat, saya minta dipercepat,” kata Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas dengan topik Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/8). Sejumlah skema yang dimintanya agar dipercepat penyalurannya, yakni bantuan langsung tunai (BLT) desa, bantuan sosial tunai, bantuan pangan nontunai (BNPT) yang jumlahnya sudah ditambah, banpres produktif usaha mikro, hingga bantuan untuk subsidi gaji pegawai. Kepala Negara menyadari masih ada kendala teknis dalam pelaksanaan dan penyaluran bantuan tersebut. Oleh karena itu, Presiden meminta semua persoalan yang menghambat segera tuntas. Jokowi mencontohkan untuk bantuan subsidi gaji, banyak yang terkendala urusan data dan akun rekening bank. “Kita harapkan pertengahan Agustus sampai medio September sudah selesai sehingga bisa mengungkit growth kita,” kata Presiden Jokowi sebagamana dilansir Antara. Pada kesempatan itu, Presiden menekankan bahwa pemulihan di bidang ekonomi tetap seiring dengan bidang kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi

Kasus Covid-19 di Purbalingga Bertambah, Pembelajaran Tatap Muka Ditunda

PURBALINGGA, Jowonews- Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di Purbalingga ditunda. Hal ini menyusul masih adanya penambahan kasus positif Covid-19. “Sebelumnya, kami memang sudah menyiapkan rencana pembelajaran tatap muka bagi anak-anak sekolah. Namun, dengan melihat perkembangan kasus positif Covid-19 di Purbalingga, pembelajaran tatap muka untuk sementara kami tunda lagi,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi di Purbalingga, Ahad (23/8). Bupati menjelaskan bahwa selama beberapa waktu belakangan sempat tidak ada penambahan kasus Covid-19 di wilayah setempat. Selain itu, kegiatan tes cepat dan tes usap secara massal juga menunjukkan hasil yang baik. “Namun, ternyata dalam satu pekan ini kasus Covid-19 di Purbalingga kembali bertambah menjadi 15 kasus aktif . Sehingga kami mengambil kebijakan untuk menunda pembelajaran tatap muka,” ucapnya sebagaimana dilansir Antara. Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga untuk memetakan zona wilayah sebaran Covid-19. Bupati juga menginformasikan total pasien Covid-19 di wilayah setempat berjumlah 86 orang. “Dari 86 pasien, sebanyak 70 orang di antaranya sudah sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah. Seorang meninggal dunia, dan 15 lainnya masih dirawat intensif di fasilitas kesehatan,” katanya. Dari 15 pasien yang masih dirawat intensif tersebut, sembilan orang di antaranya merupakan pasien baru. “Ada sembilan orang yang merupakan pasien baru, artinya meskipun jumlah pasien sembuh terus bertambah, penambahan jumlah kasus Covid-19 juga masih terjadi di wilayah ini,” tuturnya. Bupati mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan, rajin cuci tangan, dan menggunakan masker ketika berada di luar rumah, serta menjaga jarak fisik. “Disiplin dalam penerapan protokol kesehatan merupakan kunci penting mencegah Covid-19,” katanya menekankan.

WHO Tegaskan Anak-anak Harus Pakai Masker

ZURICH, Jowonews-– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan anak berusia 12 tahun ke atas harus menggunakan masker seperti orang dewasa. Sedangkan anak usia 6 – 11 tahun harus menggunakan masker dengan prosedur berbasis risiko. Hal tersebut termuat dalam dokumen WHO dan Badan Anak-anak PBB (UNICEF) di situs WHO bertanggal 21 Agustus. Demikian Reuters, sebagaimana dikutip Antara, Ahad (23/8). Anak-anak berusia 12 tahun ke atas secara khusus harus menggunakan masker ketika menjaga jarak satu meter dengan yang lainnya. Sementara keharusan anak-anak usia 6-11 tahun menggunakan masker tergantung pada sejumlah faktor. Antara lain intensitas penularan di area tersebut, kemampuan anak untuk menggunakan masker, akses mendapatkan masker, dan pengawasan orang tua yang memadai. Potensi dampak pada pembelajaran dan perkembangan psikososial, serta interaksi anak dengan orang yang berisiko tinggi mengembangkan penyakit serius, juga harus menjadi dasar pertimbangan. Anak-anak berusia di bawah lima tahun tidak diharuskan menggunakan masker berdasarkan keamanan dan keinginan sepenuhnya dari anak, lanjut mereka. Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua berpotensi memiliki peran yang lebih aktif dalam penularan Covid-19 ketimbang anak-anak yang lebih muda, kata WHO dan UNICEF. Keduanya mengatakan perlu lebih banyak data untuk memahami lebih baik peran anak-anak dan remaja dalam penularan corona jenis baru, virus yang menyebabkan Covid-19 WHO pertama kali mengimbau masyarakat agar menggunakan masker di depan publik pada 5 Juni guna membantu mengurangi penyebaran virus corona. Namun terlebih dahulu belum mengeluarkan pedoman spesifik untuk anak-anak. Sejak pertama kali muncul di China tahun lalu, virus corona telah menjangkiti lebih dari 23 juta orang di dunia. Sebanyak 798.997 orang telah meninggal dunia menurut hitungan Reuters.

Bernyanyi Berisiko Tularkan Virus Covid-19

LONDON, Jowonews- Bernyanyi tidak lebih berisiko daripada berbicara jika dihubungkan dengan risiko penyebaran virus corona, menurut para ilmuwan Inggris, Kamis. Menurut mereka, volume justru merupakan faktor risiko terpenting. Pekan lalu pemerintah Inggris merevisi pedoman miliknya untuk memungkinkan para profesional maupun nonprofesional melanjutkan latihan dan pertunjukkan,. Hal itu dapat dilakukan selama mereka bisa menjaga jarak sosial yang sesuai dengan aturan Covid-19 dan menghapus kebutuhan untuk mitigasi ekstra saat bernyanyi. Keputusan itu diinformasikan oleh sebuah riset para ilmuwan yang berbasis di Universitas Bristol. Mereka meneliti jumlah aerosol dan percikan yang dihasilkan oleh 25 penyanyi profesional yang melakukan latihan bernyanyi, berbicara, bernapas, serta batuk Para peneliti menemukan bahwa massa aerosol yang dihasilkan meningkat tajam seiring peningkatan volume saat bernyanyi atau berbicara, sebanyak 20-30 kali. Namun, secara substansial bernyanyi tidak memberikan aerosol yang lebih banyak ketimbang berbicara pada volume yang sama. Dan tidak terjadi perbedaan signifikan dalam produksi aerosol di antara genre berbeda seperti paduan suara, teater musikal, opera, jazz, musik rock, atau pop. “Riset membuktikan penularan virus dalam partikel aerosol kecil yang dihasilkan ketika seseorang bernyanyi atau berbicara sama untuk kedua aktivitas yang menghasilkan jumlah partikel yang sama,” kata Direktur Centre for Doctoral Training in Aerosol Science ESPRC, Jonathan Reid, sebagaimana dikutip Reuters dan dilansir Antara.. “Penelitian kami memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk rekomendasi Covid-19 bagi tempat seni agar beroperasi secara aman baik bagi pemain maupun penonton, dengan memastikan bahwa ruangan memiliki ventilasi yang tepat untuk mengurangi risiko penularan udara.” Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui kemungkinan penularan virus corona melalui udara setelah sejumlah wabah terkait dengan ruangan di tempat tertutup seperti selama latihan paduan suara. Tetapi pihaknya meminta lebih banyak bukti mengenai hal itu. Studi tersebut merupakan pracetak, yang artinya belum ditinjau oleh sesama rekan ilmuwan.

Mayoritas Kecamatan di Batang Zona Merah Covid-19

BATANG, Jowonews- Hat-hati. 11 dari 15 kecamatan di Batang berstatus zona merah penyebaran virus Covid-19. “Oleh karena, kami minta pada warga disiplin menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, jaga jarak, dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19,” kata Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Muchlasin, Jumat (21/8). Berdasarkan data per 21 Agustus 2020, jumlah kasus Covid-19 sebanyak 166 kasus. Dari jumlah tersebut 79 orang dinyatakan sembuh, 75 menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri, serta 12 meninggal dunia. Adapun jumlah kasus positif covid-19 didominasi wilayah Kecamatan Batang sebanyak 56 kasus. Disusul Kecamatan Warungasem (15), Subah (14), Bawang (12), Blado (11), Kandeman (9), Banyuputih (9), Limpung (9), Pecalungan (7), Tulis (6), Bandar (6), Wonotunggal (4), Gringsing (3), Reban (2), dan Tersono (1). Muchlasin yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang ini mengatakan perkembangan data terakhir hanya empat kecamatan yang sementara keluar dari zona merah. Yaitu Blado, Reban, Tersono, dan Tulis. Bantuan Tunai Rp 1 Juta “Sesuai program Zero Covid-19 maka puluhan pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri akan mendapat bantuan pemkab. Yaitu uang tunai Rp1 juta dan sembako berupa beras,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Bupati Batang Wihaji, sebelumnya mengatakan sebagai langkah penegakan hukum untuk antisipasi penyebaran Covid-19, pemkab telah mengeluarkan peraturan bupati hasil turunan Instruksi Presiden RI Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19. “Perbup protokol kesehatan untuk memutus mata rantai Covid-19 dengan cara melakukan operasi secara intensif ke lapangan. Bagi pelanggar protokol kesehatan akan mendapat sanksi mulai dari teguran lisan, tertulis, dan denda,” katanya.