Jowonews

Naik Kereta Api Batara Kresna, Jalan-jalan Murah Sembari Menikmati Keindahan Alam Solo Wonogiri

Naik Kereta Api Batara Kresna, Jalan-jalan Murah Sembari Menikmati Keindahan Alam Solo Wonogiri

Kereta Api Batara Kresna disebut juga Kereta Api Batara Kresna adalah rangkaian kereta api yang melayani rute dari Solo (berangkat dari Stasiun Purwosari) menuju Wonogiri dan sebaliknya. Kereta Api Batara Kresna merupakan proyek kerjasama Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). KA Batara Kresna merupakan satu-satunya KA yang melayani angkutan penumpang di Stasiun Wonogiri. Perjalanan dimulai dari Stasiun Solo Purwosari kemudian berhenti di Stasiun Wonogiri. Kereta Api Batara Kresna sebagai transportasi kereta api beroperasi 4 kali dalam sehari. Dua pemberangkatan dari Stasiun Purwosari dan dua pemberangkatan dari Stasiun Wonogiri. Setelah beberapa kali terhenti karena kerusakan kereta, peremajaan jalur, gangguan operasional dan pandemi virus corona, Railbus Batara Kresna akhirnya kembali melayani penumpang per 1 Januari 2021. Rute dan Jadwal Kereta Api Batara Kresna Railbus Batara Kresna memiliki dua rute atau relasi yaitu Purwosari-Wonogiri dan Wonogiri-Purwosari dengan empat pemberangkatan reguler per hari. Untuk keberangkatan Solo disarankan untuk naik di Stasiun Purwosari sebagai stasiun pemberangkatan. Berikut jadwal lengkap Batara Kresna Railbus. Relasi Purwosari-Wonogiri Stasiun Purwosari – Wonogiri berangkat pukul 06.00 WIBberangkat pukul 10.00 WIB Stasiun Solo Kota berangkat pukul 06.21 WIBberangkat pukul 10.21 WIB Stasiun Sukoharjo berangkat pukul 06.56 WIBberangkat pukul 10.56 WIB Stasiun Pasar Nguter berangkat pukul 07.19 WIBberangkat pukul 11.19 WIB Stasiun Wonogiri datang pukul 07.45 WIBdatang pukul 11.45 WIB Relasi Wonogiri Purwosari Stasiun Wonogiri berangkat pukul 08.00 WIBberangkat pukul 12.00 WIB Stasiun Pasar Nguter berangkat 08.28 WIBberangkat 12.28 WIB Stasiun Sukoharjo berangkat pukul 08.51 WIBberangkat pukul 12.51 WIB Stasiun Solo Kota berangkat pukul 09.26 WIBberangkat pukul 13.26 WIB Stasiun Purwosari datang pukul 09.45 WIBdatang pukul 13.45 WIB Cara Pesan dan Harga Tiker Kereta Api Batara Kresna Tarif Railbus Batara Kresna adalah Rp 4.000 per orang. Tiket dapat dibeli melalui aplikasi KAI Access atau di loket tiket di stasiun keberangkatan yaitu Stasiun Purwosari dan Stasiun Wonogiri. Pemesanan baik melalui aplikasi maupun langsung hanya dapat dilakukan pada hari keberangkatan. Railbus Batara Kresna tergolong kereta api lokal sehingga penumpang tidak perlu memberikan hasil negatif tes antigen. Namun, penumpang berusia di atas 12 tahun harus menunjukkan bukti setidaknya vaksinasi dosis pertama. Jika Anda tidak memiliki bukti tersebut karena alasan medis, Anda dapat melampirkan surat keterangan dari dokter spesialis atau dokter rumah sakit umum sebagai pengganti vaksinasi. Penumpang berusia di bawah 12 tahun harus didampingi oleh orang tua. Lokasi Wisata Terdekat dengan Stasiun Tak jauh dari Stasiun Purwosari, ada banyak tempat yang bisa Anda kunjungi, terutama di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, salah satu jalan utama di Solo. Anda bisa pergi ke Solo Grand Mall, Solo Square, Taman Sriwedari, Museum Batik Danar Hadi dan Museum Radya Pustaka. Sedangkan di Wonogiri, Anda bisa mengunjungi Lapangan Giri Krida Bakti atau Waduk Gajah Mungkur, sekitar 30 menit dari stasiun. Jika Anda tidak punya banyak waktu untuk bepergian, Anda bisa mencoba hidangan lezat di Sate Ayam Pak Kabul, Filosofi Teh Wonogiri, Soto Ayam Kerdukepik atau Ayam Panggang Mbok Tiyem. Tips Perjalanan Naik Kereta Api Batara Kresna Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan ketika melakukan perjalanan dengan Railbus Batara Kresna:

Museum Kretek Kudus, Satu-satunya Musem Rokok di Indonesia

Museum Kretek Kudus, Satu-satunya Musem Rokok di Indonesia

Museum Kretek Kudus merupakan satu-satunya museum rokok yang ada di Indonesia. Museum ini memperkenalkan sejarah kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan teknologi modern. Salah satu destinasi wisata edukasi yang penting dikunjungi adalah museum. Berkunjung ke museum akan mendapat cuplikan potongan sejarah dan budaya yang seharusnya mulai dikenalkan sedari dini. Dari museum bisa mendapatkan informasi tetang kehidupan masa lampau yang masih diselamatkan sebagai warisan jati diri bangsa. Sejarah Museum Kretek Museum Kretek adalah salah satu museum yang sayang untuk dilewatkan. Menjadi museum rokok satu-satunya di Indonesia. Berdirinya Museum Kretek untuk menunjukkan bahwa kretek berkembang sangat pesat di Tanah Jawa khususnya di Kota Kudus. Museum Kretek didirikan atas prakarsa dan diresmikan oleh Soepardjo Roestam, Gubernur Jawa Tengah pada 3 Oktober 1986. Gagasan ini bermula dari kunjungan beliau ke Kudus dan menyaksikan langsung potensi kontribusi usaha rokok kretek dalam pergerakan ekonomi daerah. Didirikan di atas lahan seluas 2,5 h dengan pembiayaan dari Persatuan Rokok Kudus (PPRK). Awal Mula Sebutan Kretek Melihat rekam historisnya, sebutan kretek juga tidak lepas dari seorang tokoh bernama H. Djamari. Pada mulanya, rokok kretek tercipta sebagi obat penyakit saluran pernafasan, seperti sakit tenggorokan dan asma. Menurut kisah yang hidup di kalangan pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan H. Djamari pada sekitar tahun 1870-1880. Pada mulanya, H. Djamari merasa sakit pada bagian dada (sesak nafas). Kemudian ia mengambil minyak cengkeh dan dioleskan di dada dan tubuhnya. Ajaibnya, sakit sesak nafasnya reda. Dari pengelaman itulah, ia kemudian melakukan eksperimen menghaluskan cengkeh dan mencampur dengan tembakau yang selanjutnya dilinting menjadi rokok. Dajamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Kabarnya, setelah H. Djamari rutin menghisap rokok ciptaannya, beliau merasa sakitnya hilang. Karena penemuannya ini, banyak orang yang ingin mencobanya, sehingga banyak yang pesan rokok cengkeh buatan H. Djamari. Saat menghisap rokok, maka cengkeh akan terbakar mengeluarkan bunyi kemretek, akhirny rokok temuan H. Djamari ini dikenal dengan sebutan rokok kretek. Rokok kretek semakin dikenal banyak orang, tapi banyak juga yang tidak tahu asal usul atau sejarah apalagi tahu tentang penemunya, H. Djamari. Beliau wafat pada 1890. Dan rokok kretek semakin berkembang hingga 10 tahun kemudian, penemuan H. Djamari itu menjadi dagangan yang memikat di tangan Nitisemito, seorang perintis industri rokok kretek di Kudus. Di dalam Museum Kretek terdapat 1.195 koleksi tentang sejarah kretek, diperkenalkan muali dari sejarah kretek hingga pembuatan produksi rokok kretek dari tradisional hingga menggunaka teknologi modern saat ini, terdapat dokumentasi kiprah Nitisemo sebagai pendiri Pabrik Rokok Bal Tiga, ada juga peralatan dan bahan-bahan tradisional pembuatan rokok kretek seperti alat giling cengkeh, alat giling tembakau, alat perajang tembakau, ada pula benda-benda promosi rokok di masa lalu hingga sekarang, foto-foto para pendiri pabrik kretek dan hasil produksinya, ada pula diorama proses pembuatan rokok kretek serta miniatur rokok kretek dari zaman dahulu. Interior Museum Kretek dipenuhi dengan patung-patung yang apik buatan tangan seniman-seniman Kudus khususnya dari kalangan pendidik. Museum Kretek adalah warisan budaya yang harus dilestarikan karena meiliki arti penting bagi ilmu sejarah khususnya sejarah perindustrian rokok di Kudus. Mayoritas warga di Kudus sejak dulu sudah menggantungkan hidupnya di industri rokok. Tertarik bukan untuk berkunjung ke Museum Kretek ini, bisa wisata sekaligus belajar sejarah dengan menyenangkan. Waterboom Museum Kretek Tidak hanya itu, museum yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kabupaten Kudus ini juga menawarkan sejumlah fasilitas taman bermain anak dan tempat hiburan untuk keluarga seperti waterboom dan bioskop mini yang menayangkan film tentang sejarah kretek di Kota Kudus. Serta terdapat replika rumah adat Kudus yang biasa disebut Joglo Pencu yang berada di halaman museum. Lokasi dan Jam Buka Museum Kretek Museum Kretek berlokasi di Jalan Getas Pejaten No. 155, Kec. Jati – Kudus, Jawa Tengah tidak jauh dari gerbang Kota Kudus dari arah Semarang. Museum ini terbuka untuk umum dengan jam oprasional mulai pukul 8.00 – 16.00 WIB dengan harga tiket Rp 3.000 saja. Namun jika ingin masuk wahana waterbom tambah biaya Rp 10.000 untuk anak-anak dan dewasa Rp 15.000. Ketentuan harga di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebijakan pengelola.

Candi Klero Tengaran, Candi Hindu Peninggalan Kerajaan Singosari

Candi Klero Tengaran, Candi Hindu Peninggalan Kerajaan Singosari

TENGARAN – Jawa Tengah memang kaya akan peninggalan sejarah. Salah satunya adalah Candi Klero Tengaran, di Kabupaten Semarang, yang menarik untuk dikunjungi. Candi Klero atau Candi Tengaran adalah sebuah candi bergaya Hindu yang terletak di Desa Ngentak Lor, Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Candi Klero pertama kali ditemukan pada tahun 1995. Sejarah Candi Klero Nama Candi Klero atau Candi Tengaran diambil dari nama tempat candi tersebut ditemukan saat ini. Lokasi Candi Klero terletak tidak jauh dari Jalan Raya Solo-Semarang. Dari segi keamanan, di sekitar Candi Klero telah dipasang pagar tembok yang kokoh. Bentuk bangunan candi ini terbilang unik. Bentuk candi Klero terdiri dari kaki, badan dan atap. Kaki candi Klero berupa teras berbentuk bujur sangkar berukuran 14 m x 14 mx 1,4 m. Di bagian atas candi terdapat terdapat beberapa tonjolan yang mengelilingi tubuh candi. Tonjolan tersebut diyakini sebagai alas (umpak) yang digunakan untuk menopang tiang. Pengunjung dapat naik ke teras dengan tangga yang dihiasi dengan makara yang tampaknya belum selesai. Di salah satu sudut dinding teras terdapat prasasti pendek dalam aksara Kawi atau Jawa Kuno dalam kondisi yang sudah cukup aus. Tubuh candi Klero memiliki bilik (grbagrha) yang di dalamnya terdapat yoni. Di bawah bagian cerat dari yoni Candi Klero, terdapat ornamen ular yang menopang kura-kura. Menurut informasi, patung Dewa Siwa juga ditemukan di Candi Klero. Namun, patung Siwa dipindahkan oleh Departemen Purbakala karena alasan keamanan. Penjaga Candi Klero Tengaran, Sunardi mengatakan candi tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Hindu Singosari. Bangunan ini merupakan peninggalan umat Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya alat-alat ritual berupa arca Yoni dan Siwa. “Lokasi ramai dikunjungi saat perayaan agama Hindu. Banyak orang yang melakukan sembayang,” kata Sunardi, dikutip dari GenPI.co, Sabtu (10/9/2022). Mereka sering membawa bunga, dupa, dan lilin sebagai alat ritual doa. Di sisi lain, warga sekitar juga kerap mengunjungi Pura Kliwon setiap Selasa atau Jumat. Mereka bahkan menghabiskan malam di candi untuk bermeditasi. Namun, pada siang hari, pengunjung dapat menikmati taman di dalam halaman candi, karena lokasinya yang indah dan udaranya yang segar. “Memasuki kawasan Candi Klero tidak dikenai biaya alias gratis, namun tetap harus menjaga kebersihan,” imbuh Sunardi.

Ragam Aktivitas Seru Saat Berkunjung Ke Kota Lama Semarang

Ragam Aktivitas Seru Saat Berkunjung Ke Kota Lama Semarang

SEMARANG – Kota Lama Semarang merupakan suatu kawasan di Semarang yang pernah menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20. Kawasan ini menjadi saksi bisu sejarah Indonesia pada masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad. Hingga saat ini setidaknya ada sekitar 50 bangunan kuno dengan karakter bangunan Eropa pada tahun 1700-an yang masih berdiri kokoh. Setelah beberapa tahun lalu Pemerintah Kota Semarang melakukan revitalisasi, kini Kota Lama menjadi salah satu tempat wisata favorit di Kota Semarang. Di kawasan ini wisatawan dapat melakukan beragam aktivitas, mulai dari kuliner hingga swafoto. Yuk, simak apa saja aktivitas seru yang dapat dilakukan di Kota Lama Semarang? Blusukan di Gedung Tua Kota Lama Tak hanya berkeliling di jalan-jalan sekitar kota lama dengan bangunan khas Eropa yang eksotis, pengunjung juga dapat masuk dan melihat lebih dalam gedung-gedung bersejarah ini. Untuk masuk ke dalam gedung tua ini, wisatawan dapat bergabung bersama tour organizer lokal. Selain dapat masuk, wisatawan juga mendapatkan informasi sejarah dari setiap gedung yang dikunjungi. Bersepeda Keliling Kota Lama Wisatawan dapat mengelilingi Kota Lama Semarang hingga sudut-sudutnya dengan cepat menggunakan sepeda. Menggunakan sepeda wisatawan dapat melewati gang-gang kecil di antara bangunan-bangunan kuno yang telah direnovasi, namun bentuknya masih asli. Tak perlu membawa sepeda sendiri untuk mengeliling Kota Lama Semarang ini, wisatawan dapat menyewa sepeda hanya Rp.10 ribu per jam atau Rp.50 ribu untuk sehari. Berburu Barang Antik di Pasar Klitikan Bagi para kolektor barang-barang antik, bisa jadi barang yang sedang kamu cari ada di Pasar Klitikan ini. Lokasi pasar barang antik ini berada di belakang Gereja Blenduk atau dekat dengan Taman Srigunting Kota Lama. Barang antik yang tersedia di pasar ini mulai dari setrika arang, koin lama, mainan tempo dulu, boneka bekas, dan berbagai macam barang-barang antik lainnya. Menikmati Secangkir Kopi di Kafe Sekitar Kota Lama Di kawasan Kota Lama terdapat banyak kafe dengan bentuk dan tema yang beragam. Wisatawan dapat memilihnya sesuai dengan selera. Menikmati secangkir kopi dengan latar dan suasana Kota Lama tentu bisa menjadi cerita yang penuh dengan kenangan. Berfoto di Rumah Akar Rumah akar merupakan salah satu spot ikonik yang sering dijadikan tempat mengambil gambar saat mengunjungi Kawasan Kota Lama Semarang. Rumah Akar berlokasi di Jalan Roda 2. Jalan ini berada di samping Galeri UMKM (Depan Old City 3D Trick Art) yang mengarah ke Gedung Manod Diephuis. Bangunan ini dinamakan Rumah Akar karena pada sisi bangunan ini terdapat akar pohon beringin yang menjulang hingga setinggi rumah. Keberadaan akar ini menambah kesan unik dan eksotis pada bangunan tersebut. Bagaimana, menarik bukan? Tidak ada salahnya saat berkunjung ke Semarang mampir sebentar untuk menikmati aura dan suasana Kota Lama Semarang.