Jowonews

Impor Jateng Turun 30,62 % di Tahun 2020

SEMARANG, Jowonews- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat penurunan nilai impor dari berbagai negara dengan tujuan provinsi sebesar 30,62 persen di sepanjang 2020 di banding tahun sebelumnya. Kepala BPS Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono dalam siaran pers di Semarang, Selasa (2/2), mengatakan, total nilai impor Jawa Tengah selama periode Januari hingga Desember 2020 mencapai 8.719 juta dolar AS Jumlah tersebut lebih rendah di banding tahun sebelumnya yang mencapai 12.567 juta dolar AS. Penurunan, kata dia, juga terjadi pada nilai ekspor Jawa Tengah ke berbagai negara tujuan pada 2020 yang mencapai 4,79 persen. Nilai ekspor Jawa Tengah pada 2020 mencapai 8.093 juta dolar AS, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 8.516 juta dolar. “Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah dengan nilai ekspor non migas mencapai 2.668 juta dolar AS,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sementara Tiongkok menjadi negara pemasok utama komoditas impor Jawa Tengah dengan total nilai impor komoditas non migas mencapai 3.063.juta dolar AS. Adapun neraca perdagangan Jawa Tengah pada 2020, lanjut dia, mengalami defisit sebesar 627 juta dolar AS.

Bea Cukai Permudah Izin Impor Alat Kesehatan Guna Tanggulangi COVID-19

JJAKARTA, Jowonews.com – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) semakin mempermudah impor alat kesehatan dalam rangka penanganan wabah Virus Corona baru atau COVID-19 di Indonesia. Hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2020 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor HK.01.07 Tahun 2020 yang mengatur relaksasi beberapa komoditas alat kesehatan untuk keperluan penanganan COVID-19. Sebelum adanya peraturan tersebut, impor alat kesehatan secara umum berlaku ketentuan pembatasan atau harus memiliki perizinan impor berupa izin edar atau Special Access Scheme (SAS) dari Kementerian Kesehatan. “Dengan diterbitkannya aturan ini maka alat kesehatan, alat kesehatan diagnostik in vitro, serta perbekalan kesehatan rumah tangga yang digunakan untuk penanggulangan COVID-19 dan tercantum dalam peraturan tersebut diberikan relaksasi,” demikian kutipan berdasarkan keterangan resmi DJBC yang diterima di Jakarta, Kamis. Relaksasinya yaitu tidak lagi wajib izin edar, melainkan hanya cukup dengan rekomendasi pengecualian izin dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Permohonan rekomendasi dari BNPB dapat dilakukan secara online yaitu pemohon cukup mengakses laman resmi INSW, lalu klik menu Aplikasi INSW, dan pilih submenu Perizinan Tanggap Darurat. Pemohon dapat memilih menu Pengajuan Rekomendasi BNPB, kemudian mengisi formulir serta mengunggah dokumen persyaratan sesuai dengan jenis permohonan. Selanjutnya, pemohon cukup memantau status pengajuan rekomendasi melalui fitur Tracking Pengajuan Rekomendasi BNPB di laman resmi INSW. Setelah proses analisis selesai, maka sistem akan menerbitkan persetujuan atau penolakan pengajuan rekomendasi yang didasarkan atas barang tujuan nonkomersial dan komersial. Pemohon dengan barang tujuan nonkomersial harus menyerahkan rekomendasi BNPB kepada Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai atau Kantor Wilayah Bea Cukai tempat pemasukan atau Direktorat Fasilitas Kepabeanan untuk Pembebasan Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak Impor. Kemudian Bea Cukai akan menindaklanjuti sesuai syarat yang ditetapkan dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (SKMK) tentang Pembebasan Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak Impor. Setelah itu, pemohon mengajukan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada kantor pabean tempat pemasukan barang dengan mencantumkan nomor dan tanggal SKMK serta nomor dan tanggal rekomendasi BNPB sebagai izin pengecualian ketentuan tata niaga impor. Jika seluruh kewajiban pabean dipenuhi maka pemohon akan mendapatkan Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang (SPPB) sebagai dokumen pengeluaran barang impor. Sementara untuk pemohon dengan barang tujuan komersial cukup mengajukan dokumen PIB kepada kantor pabean tempat pemasukan barang dengan mencantumkan nomor dan tanggal rekomendasi BNPB sebagai izin pengecualian ketentuan tata niaga impor. Setelah seluruh kewajiban pabean dipenuhi nantinya pemohon akan mendapatkan SPPB sebagai dokumen pengeluaran barang impor. (jwn5/ant)

Stabilisasi Harga, Bulog Minta Impor Gula 200.000 Ton

JAKARTA, Jowonews.com – Perum Bulog mengusulkan kepada pemerintah agar menugaskan BUMN pangan tersebut mengimpor gula konsumsi kristal putih sebanyak 200.000 ton demi stabilisasi harga gula yang melambung sekarang ini. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata gula pasir nasional hingga Rabu ini sudah mencapai Rp14.600 per kilogram atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga acuan di tingkat konsumen sebesar Rp12.500 per kg. “Panen tebu kan setelah Lebaran. Kami sudah mengusulkan agar kami ditugaskan untuk melaksanakan importasi gula. Kami mengajukan 200.000 ton. Itu untuk gula konsumsi, bukan raw sugar,” kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh di Kantor Pusat Bulog Jakarta, Rabu. Tri menjelaskan penugasan impor gula ini karena melihat harga gula di tingkat konsumen yang kian meningkat. Selain itu, kebutuhan konsumsi gula menjelang Ramadhan dan  Lebaran juga harus dipenuhi. Di sisi lain, masa panen tebu baru berlangsung pada April-Mei 2020. Pada waktu yang bersamaan, momen Puasa dan Lebaran jatuh pada bulan yang sama, sehingga kebutuhan konsumen terhadap gula pasir harus segera diantisipasi melalui impor. Usulan penugasan impor gula ini juga sudah disampaikan dalam rapat koordinasi terbatas yang digelar di Kemenko Perekonomian pada Senin (17/2/2020). “Banyak pihak yang meminta kalau Bulog harus memiliki stok. Kita sampaikan itu ke rakor bahwa kami butuh untuk stabilisasi harga,” kata Tri. Ia berharap pemerintah segera memutuskan penugasan impor gula ini, mengingat Ramadhan dan Lebaran yang berlangsung dua bulan mendatang. Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono menjelaskan kebutuhan konsumsi gula kristal putih di Indonesia mencapai 2,8 juta ton. Sementara itu, Indonesia hanya mampu memproduksi 2,2 juta–2,3 juta ton. Artinya, ada kekurangan kebutuhan sekitar 500.000–600.000 ton. Kendati demikian, realisasi impor gula yang sudah disepakati pemerintah sebesar 495.000 ton. (jwn5/ant)

Dorong Ekspor Impor, Mendag Sebut Indonesia akan Beli Lebih Banyak Barang dari AS

WASHINGTON DC, Jowonews.com – Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut Indonesia akan membeli lebih banyak barang dari Amerika Serikat (AS) sebagai upaya untuk mendorong kinerja ekspor dan impor antara kedua negara. Terlebih, kedua negara menargetkan untuk bisa melipatgandakan total nilai perdagangan menjadi 60 miliar dolar AS pada 2025 mendatang. “Indonesia akan bersiap untuk membeli lebih banyak dari AS dan kami siap menawarkan produk yang lebih kompetitif kepada pasar AS,” katanya dalam USINDO Strategic Dialogue yang digelar di Washington DC, AS, Kamis waktu setempat. Mendag Agus menilai perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat bersifat saling melengkapi. Kendati saat ini kedua negara tengah menangani masalah akses pasar, terutama terkait penyelesaian negosiasi generalized system of preferences (GSP). Namun, hal itu dilakukan untuk mempertahankan posisi untuk saling menguntungkan bagi masing-masing negara. Pembelian barang yang lebih banyak, dalam hal ini impor, diharapkan bisa menyeimbangkan defisit Amerika Serikat terhadap Indonesia dalam bidang perdagangan barang. “Oleh karena itu, kolaborasi keduanya jadi fondasi yang kuat untuk menjadi solusi ke depan,” tuturnya. Dalam dialog yang juga dihadiri para pebisnis AS itu, Agus hadir menjadi pembicara bersama Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate serta Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar. Selain membahas mengenai perkembangan bidang perdagangan, dalam pertemuan itu delegasi Indonesia juga mempromosikan potensi investasi, termasuk soal peluang investasi pembangunan di ibu kota baru. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan malam (gala dinner) sekaligus jejaring (networking). (jwn5/ant)

Impor dari China Disetop, Harga Bawang Putih di Solo Meroket

SOLO, Jowonews.com – Harga bawang putih di Kota Solo terus meroket seiring dengan dihentikannya pengiriman komoditas tersebut dari China akibat merebaknya virus Corona. “Sekarang bawang putih kating harga jualnya Rp57.000-60.000/kg, kalau kemarin masih Rp55.000/kg,” kata salah satu distributor bawang putih di Pasar Legi Warsini di Solo, Selasa. Ia mengatakan sebelum adanya kenaikan tersebut harga bawang putih di angka Rp46.000/kg. Untuk lonjakan harga sendiri terjadi pada tiga hari terakhir ini. “Kalau dari informasi yang saya terima ya karena ada virus Corona ini, jadi impor distop dulu. Tetapi sampai sekarang konsumen masih banyak yang beli karena kan memang bawang putih merupakan bahan pokok untuk memasak,” katanya. Ia mengatakan jika dibandingkan dengan komoditas lain seperti bawang merah, untuk bawang putih ini lebih cepat habisnya. Oleh karena itu, meskipun ada kenaikan harga, para pedagang mengaku tidak khawatir dengan penurunan penjualan. “Memang konsumen jadi mengurangi pembelian, seperti jika biasanya dia membeli 10 kg, sekarang jadi hanya beli 3 kg. Saya pun jualnya dalam satu hari biasanya bisa sampai 5 kuintal untuk saat ini hanya 2 kuintal,” katanya. Ia mengakui ada penurunan pasokan dari gudang akibat terbatasnya stok. Jika biasanya Warsini bisa memperoleh 150-160 kuintal, untuk saat ini turun menjadi 120 kuintal. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta mencatat komoditas bawang putih menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Solo seiring dengan peningkatan harga yang terjadi beberapa hari terakhir. “Bawang putih menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen. Kalau inflasi di Kota Solo pada bulan Januari 2020 sebesar 0,14 persen,” kata Kepala BPS Kota Surakarta Totok Tavirijanto. Ia mengatakan kenaikan harga bawang putih tersebut tidak lepas dari masih bergantungnya kebutuhan dalam negeri terhadap bawang putih impor. “Pasokan bawang putih kita kan impor dari Tiongkok, di sisi lain negara tersebut sedang terkena wabah virus Corona. Jadi stok bawang putih menipis karena ada pembatasan impor ini,” katanya. (jwn5/ant)

Ini Komoditas yang Banyak Diimpor Indonesia Dari China

JAKARTA, Jowonews.com – Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menyebutkan bahwa selain bawang putih, Indonesia mengimpor sejumlah komoditas hortikultura dari China, seperti bawang bombai dan buah-buahan. “Yang paling besar memang bawang putih, bawang bombai dan juga beberapa buah-buahan, seperti pear, apel, jeruk, tetapi tidak banyak,” kata Prihasto saat ditemui di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Selasa. Dengan ditetapkannya status darurat global terhadap merebaknya virus corona baru CoV/2019-nCoV, Prihasto menjelaskan bahwa Kementan dan Kementerian Perdagangan tetap berhati-hati terhadap produk hortikultura yang diimpor dari negeri tirai bambu tersebut. Meski saat ini penundaan impor bawang putih hanya berlaku dari China, Kementan tetap waspada terhadap pemasukan komoditas pangan dari negara-negara tetangga yang sudah terpapar virus corona, seperti Filipina dan Singapura. “Bagaimana pun kita tidak boleh mengabaikan, walaupun tidak dikatakan tanaman bukan media pembawa untuk virus korona, kita tidak boleh abai, tetap harus hati-hati,” kata dia. Seperti diketahui, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan menghentikan sementara impor dari China terkait beberapa produk yang berpotensi membawa virus corona. Ada pun produk-produk yang berpotensi dilarang untuk diimpor oleh Indonesia antara lain adalah hewan hidup karena penularan virus tersebut melalui hewan. Sementara itu, Agus menuturkan untuk produk hortikultura masih dikaji terkait akan dilarang juga atau tidak karena sampai saat ini masih dinilai negatif dalam membawa virus corona tersebut. “Kalau itu tidak membawa virus. Ini spesifiknya adalah penyebarannya melalui hewan hidup,” kata Menteri Agus. (jwn5/ant)

RI Hentikan Sementara Impor Pangan dari China

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Perdagangan menghentikan sementara barang impor dari China menyusul pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa virus corona sebagai darurat global. “Berkaitan dengan impor, negara yang terjangkit ini China, sementara harus dihentikan. Bahkan turis pun sudah disetop,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto disela kunjungannya ke Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin. Ia menambahkan kebijakan itu dalam rangka menahan penyebaran virus corona ke dalam negeri. “Bahkan seluruh negara sudah demikian. Ini supaya kita tidak terjangkit. Kita ini kan penduduknya 267 juta jiwa. Jadi harus hati-hati,” katanya. Secara spesifik, Agus menyampaikan, impor yang dihentikan sementara itu berkaitan dengan makanan dan minuman. Kebijakan itu berlaku hingga wabah virus corona sudah dapat diselesaikan. “Spesifiknya berkaitan dengan makanan dan minuman itu harus sementara disetop. Ditundalah. Ya bagi pengusaha harus terima, memang begitu kondisinya,” ucapnya. Ia berharap wabah virus corona dapat segera terselesaikan sehingga keadaan kembali normal tanpa kekhawatiran. “Kita nggak tahu sampai kapan. Yang dulu kejadian SARS itu kan kurang lebih sembilan bulan. Mudah-mudahan lebih cepat dari yang dulu. Kita berdoa semua. Ini kan keadaan ‘force majeure’. Kita harus hadapi dengan bijak,” kata Agus Suparmanto. Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya akan berupaya memenuhi pasokan pangan di dalam negeri agar tidak terjadi gejolak harga. “Pak Mendag sudah bilang ini ada persoalan di virus corona yang harus kita waspadai. Jadi, kita siapkan lokal kita. Kita memang men-delay. Tetapi kan tidak boleh kekurangan pasok. Itu yang saya siapkan,” ucapnya. (jwn5/ant)